Jam pulang sekolah Celya bertepatan dengan jam istirahat di perusahaan PT. Antar Mega. Aleya segera meninggalkan kantor menuju sekolah Celya, hal ini sering dilakukan olehnya saat mbak Nia tak bisa menjemputnya. Beruntung Celya gadis kecil yang penuh pengertian sehingga dia akan duduk dengan tenang sambil menggambar jika sedang menunggu sang mama bekerja.
"Hai sayang, mama gak telat kan ?!" Aleya segera turun dari mobil dan menghampiri putrinya yang sudah berdiri di pos penjagaan r bersama pak satpam.
Celya tersenyum lebar dan berlari kala melihat sang mama menjemputnya. Hal kecil yang sebenarnya gadis kecil itu sangat mendambakan setiap hari dijemput oleh sang mama namun iapun harus mengerti keadaan mamanya yang harus bekerja.
"Terima kasih pak," Aleya lalu menggandeng tangan mungil putrinya dan menuntunnya memasuki mobil.
Setelah memakainya seatbelt pada Celya, perlahan Aleya menginjak gas menuju sebuah resto makanan cepat saji yang menjadi favorit anak-anak. Ia tak ingin terlambat tiba di kantor setelah jam istirahat. Aturan jam kerja perusahaan sangat ketat dan Aleya tak ingin mendapat masalah. Sebagai orang tua tunggal ia sangat membutuhkan pekerjaan ini demi masa depan Celya.
"Ma, Celya mau kentang juga supaya gak bosan nungguin mama kerja," Celya memang sangat menyukai kentang apalagi kentang goreng khas resto tersebut.
"Ok. Tapi kita makan dulu dan ingat harus cepat, mama gak boleh terlambat tiba di kantor, " Aleya tersenyum lembut dan mengusap pucuk kepala putrinya.
Seperti anak-anak pada umumnya jika sedang berada di tempat ramai, Celya pun tetap berdiri dengan setia di samping Aleya. Gadis kecil itu sangat penurut dan mendengar setiap kata yang diucapkan oleh sang mama.
Setelah makanan sudah ditangan, Aleya dan Celya memilih tempat duduk yang terletak di sudut ruangan. Keduanya lalu menikmati makan siangnya dengan hikmat tanpa bersuara sedikitpun. Hal yang sangat jarang dilakukan oleh Aleya bersama putri semata wayangnya.
Selesai dengan urusan makan siang, Aleya dan Celya keluar lalu berjalan menumu mobil mereka. Sebuah mobil sederhana yang cukup nyaman untuk mereka berdua. Dengan bergandengan tangan keduanya berjalan dari arah parkiran menuju lobby perusahaan. Sambil berbicara keduanya terus melangkah hingga tanpa mereka sadari sepasang mata menatap ibu dan anak itu dengan tajam.
Langkah Najib terhenti ketika menyaksikan sebuah pemandangan yang tiba-tiba membuat hatinya sakit dan denyut jantungnya terasa melambat bahkan terasa sesak.
"Dia anakmu ?!" Suara berat milik Najib yang tak mungkin dilupakan oleh Aleya seketika menghentikan candaannya bersama putrinya.
Jantung Aleya seolah berhenti sejenak. Panik dan takut seketika menguasai seluruh jiwanya. Sementara Celya menatap pria yang baru pertama kali ini dilihatnya. Setelah berhasil menguasai perasaannya, Aleya memberanikan diri menatap Najib.
"Iya pak, kebetulan pengasuhnya sedang pulang kampung. Maaf jika harus membawanya ke kantor." Aleya berusaha menguasai emosinya agar tak terdengar aneh di telinga pria itu.
"Ayahnya dimana ?!"
"Papa sudah meninggal om." Kali ini Celya yang mewakili sang mama untuk menjawab pertanyaan pria yang tidak ia kenal. Aleya memang mengatakan jika papa Celya sudah berbeda alam dengan mereka agar gadis kecil itu tak bertanya atau merasa menderita jika teman-teman sebayanya memiliki seorang ayah sedangkan dia tidak.
Aleya sudah mengantisipasi semuanya. Ia pun tak pernah lagi berharap akan bertemu kembali dengan pria itu. Apalagi dalam jangka waktu yang lama dan pasti pria itu sudah menikah dan bahagia dengan kehidupannya. Aleya bukan tipe wanita perusak rumah tangga orang lain.
"Wah, kamu cantik sekali. Namamu siapa ?!"
"Maaf pak, kami harus pergi. Jam istirahat sudah selesai." Aleya langsung menarik tangan putrinya sebelum gadis kecil itu menjawab pertanyaan bos barunya itu.
Najib terus menatap punggung Aleya yang semakin menjauh dan akhirnya menghilang di balik pintu lift khusus karyawan. Ada perasaan aneh saat melihat mata bulat milik gadis kecil itu.
"Kok anak itu mirip banget dengan matanya si bos dan hidung serta alisnya, apa mungkin papa anak itu salah satu keluarga pak bos ?" Andika menatap Najib dengan wajah serius. Beberapa kali ia melihat gadis kecil itu sebelum kedatangan Najib namun kali ini ia benar-benar takjub dengan kemiripan keduanya.
Ucapan Andika membuat Najib terdiam dan buru-buru menuju lift khusus untuknya . Ia akan menjernihkan pikirannya diruang kerjanya. Kepalanya mendadak pusing memikirkan ucapan asistennya itu. Melihat reaksi sang bos membuat Andika bingung dan mengikuti langkah pria muda itu. Masih dengan rasa penasarannya, Andika ikut memasuki lift
"Selidiki gadis kecil itu ." Najib menyandarkan kepalanya sembari menutup mata. Kini mereka sudah berada di ruang kerja CEO.
Bayangan masa lalu kembali terlintas dibenaknya namun bukannya menemukan titik terang, justru pikirannya semakin tak karuan bak benang kusut. Saat acara malam penamatan sekolahnya, ia mabuk berat dan tak mengingat dengan baik kejadiannya. Hanya saja saat terbangun ia menemukan dirinya terbangun disamping Marina, gadis yang berkali-kali dipakai oleh beberapa siswa disekolahnya. Namun anehnya seprei putih tersebut bernoda merah. Hingga sekarang teka teki itu belum terpecahkan.
Mendengar perintah atasannya yang baru dua hari menjadi bosnya membuat Andika menduga-duga. Ternyata dibalik wajah tenang dan dingin milik pria muda itu menyimpan sebuah peristiwa dimasa lalu. Entah benar atau tidak dugaannya. Akan tetapi jika benar maka ke depannya ia akan memiliki banyak pekerjaan tambahan.
Sementara di ruangan divisi keuangan, Aleya duduk dengan wajah pucat sehingga membuat prihatin rekan seruangannya. Mereka merasa sesuatu yang buruk baru saja dialami oleh wanita itu.
"Jika kamu kurang sehat, pulang aja Leya. Pak manajernya pasti mengerti. Jam pulang kantor juga beberapa jam lagi bak akan berpengaruh dengan pekerjaanmu," Stefi menatap Aleya dengan iba.
Para karyawan diruang divisi keuangan sangat memaklumi kondisi Aleya yang seorang ibu dengan membesarkan seorang anak. Wanita muda yang harus berperan sebagai ibu sekaligus ayah bagi gadis kecil itu.
"Aku baik-baik aja, hanya saja ada sedikit kejadian yang tak mengenakkan." Aleya menimpali rekan kerjanya asal. Tidak mungkin ia mengatakan yang sebenarnya.
"Ya sudah, jangan dipikirkan. Semua manusia pernah mengalami hal yang tak mengenakkan. Kamu harus kuat demi Celya." Stefi menguatkan Aleya dengan menggenggam tangannya.
Satu kesyukuran Aleya bekerja dilingkungan yang penuh dengan pengertian dan saling mendukung serta tak pernah mencampuri urusan orang lain ataupun mencari tahu kehidupan pribadi rekan kerjanya.
Aleya kembali fokus pada pekerjaannya dengan sekali-kali memperhatikan putri kecilnya yang menyibukkan diri dengan buku gambarnya. Tak lupa mulutnya tampak mengunyah kentang goreng.
"Ma, masih lama ya, Celya ngantuk." Kentang gorengnya sudah habis membuatnya mengantuk.
"Bereskan dulu buku-bukunya, masukkan dalam tas dengan rapisetelah itu Celya boleh berbaring disofa panjang. Pekerjaan mama tanggung kalau ditinggalkan," Dengan lembut Aleya menjelaskan pada gadis kecil yang penuh pengertian. Tanpa banyak bertanya lagi, Celya melakukan perintah sang mama lalu membaringkan tubuh mungilnya pada sofa panjang.
🌷🌷🌷🌷🌷
SELAMAT MEMBACA READERS
TERIMA KASIH ATAS DUKUNGANNYA.
LOVE YOU ALL 🤗🤗
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 39 Episodes
Comments
irma hidayat
ayo test DNA aja najib
2024-12-05
0
siti lestari
lanjut kak
2023-02-13
0
Nana_Ratna
bagus ga ada yg nyinyir n Julid.. what a good support system
2023-02-13
0