Merasa Kasihan

Merasa Kasihan

"Walaupun tuan Kevin sudah berhasil membalaskan dendam nya. namun saat berkelahi dengan kepala rentenir, ketua mafia sebelum nya tertembak dan meninggal. Setelah kematian ketua mafia terdahulu, membuat Kevin mau tak mau harus menggantikan posisi dan menjadi ketua mafia. Jadi tuan Kevin tidak bisa berhenti lagi," Jelas bi Ijah.

"Tapi, tuan Kevin tidak asal membunuh orang. Tuan Kevin hanya membunuh orang yang lebih jahat dari diri nya," Sambung bi Ijah.

"Jadi waktu dia Berlumuran Darah, Kevin benar-benar habis membunuh orang bi?," Tanya Hana dengan penuh ketakutan.

"Iya nona."

"Tapi Hana lihat bibi tidak takut melihat darah. Apa bibi sudah biasa melihat sesuatu yang begitu?," Tanya Hana.

"Bibi sudah biasa. Bahkan ada yang lebih dari sekedar darah, bibi sudah melihat nya. Bibi pernah melihat tuan Kevin menembak seorang lelaki di gudang belakang hingga lelaki tersebut meninggal," Bisik bi Ijah.

"Bagaimana bisa aku berakhir di rumah yang semengerikan begini." Ucap Hana pelan namun tetap masih terdengar di telinga bi Ijah.

"Sudah takdir nona." Bi Ijah berdiri dari duduk nya dan kembali membersih kan kolam renang. Ia menyaring dedaunan yang terjatuh di kolam dan membuangnya. Sementara Hana, wanita itu masih duduk dan merenung memandang kolam dengan tatapan kosong.

"Ternyata aku benar-benar berakhir di kandang singa. Lelaki itu bisa saja sewaktu-waktu membunuh ku jika aku melakukan kesalahan atau membuat nya marah." Ucap Hana di dalam hati nya. Hana kemudian berdiri dari duduk nya dan berjalan masuk ke dalam rumah dengan tatapan kosong.

"Nona, mau kemana?," Tanya bi Ijah.

'Berisitriahat bi. Hana harus menenangkan pikiran Hana." Jawab Hana dengan berlalu pergi masuk ke dalam rumah. Hana berjalan masuk menuju kamar. Sesampai nya di kamar, Hana duduk di tepian sofa dan menyandarkan punggung nya di kepala sofa.

"Pantas saja dia begitu. Ternyata lelaki itu mengalami masa pahit di masa lalu." Gumam Hana. Mengingat cerita yang di katakan bi Ijah pada nya membuat Hana merasa iba pada Kevin. Tidak dapat di bayang kan bagaimana perasaan Kevin yang melihat kematian ibu nya dan juga melihat wanita lain tidur bersama ayah nya. Membayang kan saja membuat dada Hana terasa sesak. Apa lagi Kevin yang menjalani nya.

Di satu sisi Hana merasa sangat kasihan dengan apa yang di alami Kevin. Namun di sisi lain Hana juga merasa takut dengan bagaimana seorang Kevin. Karena lelaki itu seorang mafia dan pembunuh, hal tersebut membuat Hana takut dan selalu was-was.

* * * *

Malam kembali menyapa. Angin malam terasa sangat dingin membuat siapa saja yang merasakan nya menjadi kedinginan. Begitupun Hana yang membalut kan tubuh nya dengan selimut tebal. Di saat Hana mulai memejam kan kedua mata nya, tiba-tiba seseorang membuka pintu kamar. Hana pun dengan cepat melihat ke arah pintu. Alangkah terkejut nya Hana, ketika melihat seseorang lelaki yang berjalan masuk ke kamar dengan berlumuran darah. Seseorang tersebut tak lain ialah Kevin.Hana turun dari sofa sembari melepaskan selimut dan menghampiri seseorang tersebut.

"Kau terluka?," Tanya Hana dengan memperhatikan darah yang mengalir di perut lelaki tersebut.

"Bukan urusan mu!, menjauh lah. Jangan memperdulikan aku." Ucap Kevin dengan melepaskan baju yang berlumuran darah pada tubuh nya. Lelaki tersebut terlihat jelas menahan kesakitan namun tetap berusaha untuk tetap terlihat biasa saja.

"Apa di rumah ini ada kotak P3K?," Tanya Hana tanpa memperdulikan perkataan Kevin.

"Menjauh lah dari ku. Sudah aku katakan bukan urusan mu!," Ucap Kevin sembari membuka lemari untuk mengambil pakaian dan mengganti nya. Sementara Hana, ia berlari keluar dari kamar untuk untuk menemui bi Ijah. Hana mengambil kotak obat di kamar bi Ijah dan membawa nya masuk ke kamar nya.

"Luka nya sangat besar. Biarkan aku mengobati nya," Pinta Hana sembari membuka kotak tersebut .

"Sudah aku katakan aku tidak membutuhkan bantuan mu!, jangan jangan memaksa ku!," Cetus Kevin dengan menatap Hana dengan penuh kemarahan.

"Kau bisa mati kehabisan darah jika luka mu tidak segera di tangani." Jelas Hana sembari menarik tangan Kevin meminta lelaki itu untuk duduk di sofa.

"Memang nya kau siapa berani mengatur aku!," Bentak Kevin.

"Aku? aku istri mu. Apa kau lupa," Balas Hana. Ia tak tau harus mengatakan apa pada lelaki di depan nya hingga tanpa sadar ia mengucap kan perkataan itu. Namun Kevin yang mendengar perkataan Hana, berhasil membuat nya terdiam dan duduk di sofa.

"Tahan sedikit. Aku akan menjahit nya," Ucap Hana sembari membersih kan luka tersebut dan menyiram nya dengan cairan obat-obatan.

"Kau bisa menjahit luka?," Tanya Kevin tak yakin.

"Tentu saja. Aku ini seorang dokter." Jawab Hana.

Kevin yang mendengar pun hanya terdiam memperhatikan Hana yang mulai menjahit luka di perut nya. Kevin hanya terdiam membiarkan Hana menjahit luka tersebut hingga selesai.

Setelah selesai, Hana pun membalut luka tersebut dengan kain kasa. Kevin hanya terdiam memperhatikan Hana yang terlihat begitu serius mengobati luka di perut nya.

"Apa masih sakit?," Tanya Hana sembari melihat ke arah Kevin. Sementara Kevin yang mendengar pun hanya terdiam dan tak menjawab pertanyaan Hana. Lelaki itu memalingkan wajah nya.ke arah lain.

"Istirahat lah di kamar. Jangan terlalu banyak bergerak agar luka nya tidak kembali mengeluarkan darah," Tutur Hana sembari menutup kotak obat.

"Kau kira aku punya waktu untuk berbaring. Aku punya perkerjaan." Kevin beranjak dari sofa dan berdiri.

"Jangan keras kepala. Tetap lah berbaring. Biarkan luka itu kering dulu," Hana menahan Kevin dengan tangan nya agar Kevin kembali ke atas sofa. Namun lelaki itu malah menepis tangan Hana. Kevin mengambil baju di lemari yang tadi nya belum sempat ia ambil. Ia memakai baju nya dan berjalan keluar dari kamar tanpa memperdulikan perkataan Hana.

"Benar-benar keras kepala." Ucap Hana yang menatap punggung Kevin yang hampir menghilang di balik pintu.

* * * *

Kevin berjalan keluar dari rumah dan masuk ke dalam mobil. Ia mengemudi menjauh dari rumah nya. Di sepanjang perjalanan, Kevin kembali teringat dengan perkataan Hana pada nya tadi. "Aku istrimu." kata tersebut entah mengapa begitu membekas di kepala nya. Ia tak mengerti kenapa kata-kata tersebut mampu membuat nya menurut pada Hana dan membiarkan wanita itu mengobati nya.

"Singkirkan pikiran yang tidak penting." Ucap Kevin dengan diri nya sendiri. Kevin kembali fokus mengemudi menuju markas nya. Hingga tak butuh waktu lama, ia akhir nya sampai tepat di depan markas nya. Saat turun dari mobil, seorang lelaki berdiri di depan nya dengan menunduk. Seseorang tersebut tak lain ialah bawahan nya.

"Bagaimana?, apa orang itu masih hidup?," Tanya Kevin.

"Masih tuan. Dia tetap tidak mengaku jika dia mata-mata dari bagian dari Arlon," Tutur bawahan nya.

"Bunuh saja jika dia tidak mengaku." Titah Kevin yang kembali masuk ke dalam mobil dan menjauh dari markas.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!