Berlumuran Darah
Di kamar, Hana terbangun dari tidur nya. Hana perlahan beranjak turun dari sofa. Dalam keadaan masih mengerjap-ngerjap kan kedua mata nya, Hana memperhatikan sekeliling nya yang tidak sudah tidak ada Kevin di kamar tersebut. Hana kemudian berjalan keluar dari kamar. Saat pintu terbuka, ia di kejutkan oleh seorang wanita paruh baya yang berdiri tepat di depan nya. Hal tersebut sontak membuat Hana hampir serangan jantung di buat nya.
"Astaga!." Ucap Hana dengan terkejut.
Melihat Hana begitu terkejut, membuat wanita tersebut malah tersenyum ke arah Hana. Hana yang melihat pun hanya terdiam dengan menatap wanita di depan nya dengan terheran-heran.
"Selamat pagi nona Hana," Sapa wanita tersebut dengan ramah.
"Perkenal kan saya pelayan tuan Kevin di rumah ini. Nama saya Ijah, panggil saja bi Ijah," Ucap wanita tersebut memperkenalkan diri nya ke Hana.
"Saya Hana," Balas Hana singkat. Hana melihat-lihat ke sekeliling rumah terlihat seolah mencari seseorang.
"Tuan Kevin belum pulang, dia mungkin sebentar lagi juga pulang," Tutur bi Ijah yang menyadari jika Hana mencari Kevin.
"Bi, tolong bantu saya pergi dari rumah ini. Saya mohon bi," Pinta Hana dengan keputusasaan. Hana sangat berharap jika bi Ijah mau membantu nya.
"Maaf nona. Bibi tidak bisa membantu. Sebaik nya nona tetap tinggal di rumah ini dan jangan pernah mencoba untuk kabur dari sini," Tutur bi Ijah.
"Saya harus pergi dari sini bi. Saya tidak mau tinggal di sini," Hana berjalan dengan tergesa-gesa menuju pintu utama. Namun bi Ijah dengan cepat menahan nya.
"Nona, jika kau berhasil lari dari rumah ini, kau tetap akan di tangkap kembali oleh tuan Kevin," Bi Ijah menahan tangan Hana agar tidak keluar dari rumah.
"Tidak bi. Aku harus berusaha pergi dari sini. Jika berhasil, dia tidak akan bisa menemukan aku lagi." Hana melepaskan tangan bi Ijah dari tangan nya. Hana berlari menuju pintu utama. Namun di saat pintu terbuka, ia tak sengaja menabrak dada bidang seseorang.
"Awwh," Hana memegang kepalanya sembari melihat ke benda yang ia tabrak. Alangkah terkejut nya Hana ketika melihat siapa di depan nya. Seseorang yang ia tabrak ternyata tak lain ialah Kevin. Kevin menatap Hana dengan wajah datar nya. Lelaki tersebut terlihat memegang pisau yang penuh dengan darah. Hana yang melihat pun di buat terdiam. Hana perlahan mundur menjauh dari Kevin. Hana menatap mata pisau di tangan Kevin dengan penuh ketakutan.
"Kau mau kemana?, berani nya kau mencoba keluar dari rumah ini," Ucap Kevin dengan terus berjalan mendekati Hana.
"Bi, kembali berkerja. Masalah ini, biar saya saja menangani nya," Titah Kevin. Bi Ijah yang mendengar pun mengiyakan dan belalu pergi ke dapur.
"Kau mau apa?," Tanya Hana dengan penuh ketakutan. Kedua kaki nya menggigil menahan takut.
"Kembali ke kamar!," Titah Kevin. Karena sangat takut, Hana pun berjalan melangkah perlahan menuju kamar. Namun belum beberapa langkah berjalan, Hana terjatuh dan tak sadarkan diri. Kevin yang melihat pun, dengan cepat menangkap tubuh Hana dan menopang nya. Kevin membawa Hana kembali ke kamar dan membaring kan nya di atas sofa.
"Dia kira aku ingin membunuhnya?," Pikir Kevin.
"Ternyata seorang penipu seperti nya sangat menyayangi nyawa nya," Gumam Kevin sembari menatap Hana yang belum sadar kan diri. Kevin membuat kan Hana tersadar dengan sendiri nya. Menunggu Hana sadar, Ia sempat ke kamar mandi untuk membersih kan diri nya dari lumuran darah di beberapa bagian tubuh nya. Bukan darah nya, namun darah orang lain yang menjadi lawan atau musuh nya.
* * * *
"Apa nona tidak apa-apa tuan?, nona tidak sadarkan diri sudah sangat lama. Bagaimana jika kita panggil kan dokter pribadi tuan untuk memeriksa keadaan nona Hana?," Bi Ijah duduk di tepian sofa sembari menatap Hana yang masih belum juga sadar kan diri. Wanita itu terlihat sangat kawatir dengan keadaan Hana.
"Tidak perlu bi. Dia sudah lama tersadar," Tolak Kevin.
"Sudah sadar?, maksud tuan?," Tanya bi Ijah heran.
"Dia hanya berpura-pura tidak sadar. Lihat lah, kedua mata nya berkedip-kedip," Jawab Kevin.
"Dia mengetahui jika aku sudah lama tersadar. Ternyata lelaki ini sangat susah untuk di bohongi," Ucap Hana di dalam hati nya. Hana berusaha untuk tetap tenang seolah dirinya benar-benar masih pingsan.
"Nona, bangunlah. Tidak ada yang mau membunuh mu di sini. Ayo bangun untuk makan bersama kami. Bibi tau nona pasti lapar karena tidak makan seharian lebih," Ucap Bi Ijah sambil mengelus kepala Hana dengan lembut.
"Benar kah bi?, lelaki itu tidak akan membunuh ku?," Tanya Hana dengan membuka kedua mata nya dan melihat ke arah Kevin.
"Tidak nona. Ayo bangun," Ajak bi Ijah dengan memegang tangan Hana.
"Jika dia tidak ingin membunuh ku, kenapa kedua mata nya menatap ku begitu?," Tanya Hana dengan penuh ketakutan. Hana menatap ke lelaki di samping nya dengan penuh kewaspadaan.
"Sudah bi. Biar kan saja dia mati kelaparan," Ucap Kevin sembari berlalu pergi meninggal kan kamar.
"Nona, patuh-patuh saja pada tuan Kevin. Jangan mencari masalah dengan nya. Lagi pula tuan Kevin sudah menjadi suami nona Hana, jadi sebaiknya nona tidak memikir kan rencana yang tidak perlu di lakukan," Tutur bi Ijah.
"Patuh?, bi, aku hampir di bunuh oleh nya. Bagaimana aku harus patuh dengan nya," Jelas Hana. Bi Ijah yang mendengar pun menarik nafas nya dengan panjang dan mengeluarkan nya dengan perlahan.
"Nona, kau tidak akan di sakiti tuan Kevin jika kau patuh pada nya," Ucap Bi Ijah.
"Sudah. Ayo sekarang nona turun untuk makan. Tuan Kevin pasti sudah menunggu di ruang makan," Tutur bi Ijah. Hana yang mendengar pun mengiyakan dan berjalan mengikuti bi Ijah menuju dapur.
Sesampai nya di dapur, terlihat Kevin yang saat itu sedang duduk sendirian di meja makan. Saat menyadari kedatangan Hana, Kevin pun memulai menyantap makanan nya. Sementara Hana, ia menarik kursi yang jarak nya sangat jauh dengan Kevin. Hana duduk dengan perlahan dan penuh kewaspadaan.
"Selamat makan tuan dan nona," Ucap Bi Ijah sembari keluar dari ruang makan.
"Bi, mau kemana?," Tanya Hana.
"Bibi mau membersihkan kolam renang di belakang,".Jawab bi Ijah dengan senyuman.
"Bukan kah bi Ijah mengatakan untuk makan bersama?, kenapa malah bibi pergi?," Tanya Hana. Hana benar-benar belum siap untuk makan hanya bersama Kevin.
"Bibi hanya mengantar nona untuk makan, bukan bibi yang makan," Tutur bi Ijah. Hana yang mendengar pun kembali terdiam sembari menatap bi Ijah yang sudah hampir tidak terlihat lagi.
Setelah kepergian bi Ijah, Hana dengan penuh keberanian untuk tetap duduk dan makan. Mengingat ia sudah sangat kelaparan, hal tersebut membuat Hana mau tak mau harus makan. Sementara Kevin, hanya terdiam dan fokus menikmati makanan nya tanpa melihat ke arah Hana.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 63 Episodes
Comments