Membalas

Lingling menganggukkan kepalanya mengiyakan perkataan Sai, saat ini tujuan hidupnya sudah jelas untuk membantu ras Naga, mungkin itu juga alasan kenapa dia dilahirkan kembali.

"Sebelum pergi aku ingin mengatakan satu hal padamu," ucap Sai.

"Katakan saja," sahut Lingling.

"Setiap Naga memiliki kemampuan yang berbeda, karena terlalu lama di luar Dunia Naga kemungkinan mereka tidak akan mudah memberikan permata mereka sepertiku, jadi kamu harus berusaha untuk meyakinikan mereka bagaimanapun caranya," ucap Sai.

"Lalu apa aku juga harus melawan mereka?" tanya Lingling.

"Tentu saja, maka dari itu perjalananmu masih panjang, kamu harus memperkuat tingkat pelatihanmu," sahut Sai.

"Biaklah, aku juga tidak ingin terus lemah," ucap Lingling.

"Kalau begitu tunggu apa lagi, sekarang saatnya kita pergi," sambung Lingling yang langsung berdiri dan berjalan ke luar kamarnya.

Lingling berjalan melewati halaman utama bersiap melangkahkan kakinya ke arah gerbang, Lingling seketika menghentikan langkahnya saat seseorang dari belakang memanggil namanya.

"Lingling kamu tidak bisa pergi dari sini," teriak Ning Xi.

"Kenapa?" tanya Lingling santai.

"Hari ini aku akan menantang mu untuk melawanku, akan ku buktikan ke semua orang termasuk Ayah kalau kamu hanyalah sampah yang tidak berguna," sahut Ning Xi.

"Apa kamu yakin? aku takut kalau menerima tantanganmu kamu yang akan malu sendiri," ucap Lingling menyunggingkan bibirnya mengejek sang Kakak tiri.

Suara keributan membuat Ayah dan Ibu tiri Lingling keluar dari dalam rumah. Lingling tertawa kecil melihat Ibu tirinya yang berjalan membungkuk, pasti punggung Ibu tirinya masih terasa sakit setelah dipukul bambu puluhan kali.

"Ada apa ini," teriak Ayah Lingling.

"Ayah aku ingin menantangnya bertarung hidup dan mati," ucap Ning Xi.

"Apa kamu sengaja ingin membunuh Adikmu? walau dia bisa bela diri pelatihannya masih di bawahmu," sahut Ayah Lingling.

"Heeeeh, mereka tidak tau tingkatan pelatihanmu bahkan di atas Kakakmu yang hanya ditingkat emas bintang 1," ucap Sai.

"Tantangan seperti ini kapan lagi datang padaku, aku terima saja tantangannya," sahut Lingling pelan sambil tersenyum.

"Itu tidak masalah untukmu, tapi tambahkan beberapa syarat dan minta senjata pusaka sebagai hadiah," ucap Sai.

"Tentu saja," sahut Lingling.

Ning Xi terus memperhatikan Lingling yang tertawa sendiri, Ning Xi berharap Ayahnya mau mengizinkannya untuk bertarung dengan Lingling agar harga dirinya kembali naik lagi.

"Aku tidak keberatan bertarung hidup dan mati dengan Kak Ning, tapi aku memiliki syarat," ucap Lingling.

"Apa kamu yakin Nak?" tanya Ayah Lingling.

Hehehe, mencari kematian datang sendiri, aku menjadi tidak sabar," dalam hati Ning Xi.

"Tentu saja aku yakin, tapi syaratnya tidak murah," ucap Lingling.

"Katakan apa syaratnya?" tanya Ayah Lingling.

"Yang pertama kalau aku menang aku mau senjata pusaka sebagai hadiah, dan yang kedua kalau aku menang aku mau dia dan dia mendapatkan hukuman setimpal," ucap Lingling sambil menunjuk Ning Xi dan Ibu tirinya.

Baru bisa sedikit bela diri saja sudah sombong, aku tidak sabar ingin melihatmu mati di tangan Putriku," dalam hati Ibu tiri Lingling.

"Untuk yang terakhir kalau aku menang izinkan aku mengakhiri semua hubungan dengan keluarga Xi, di masa depan apapun yang terjadi padaku atau pada keluarga Xi kita sama sekali tidak perlu peduli satu sama lain," ucap Long Xi.

Mendengar dua syarat dari Lingling Ayah Lingling merasa ragu Lingling bisa menang, tapi syarat yang terakhir dari Lingling seperti Lingling yakin dirinya bisa memenangkan pertarungan, tapi syarat yang ketiga menang atau kalah bukannya tetap saja dirinya akan kehilangan Putrinya.

"Suamiku kamu harus menyetujuinya, kalau kamu memihak salah satu dari mereka mau ditaruh di mana harga diri keluarga Xi," ucap Ibu tiri Lingling.

"Baiklah aku setuju, syaratmu juga tidak masalah, kapan kalian akan melakukan pertarungan?" tanya Ayah Lingling.

"Sekarang," sahut Ning Xi dan Lingling bersamaan.

"Kalau begitu kalian berdua pergilah ke halaman belakang nanti aku akan menyusul," ucap Ayah Lingling pasrah.

Ning Xi berjalan pergi sambil menggenggam erat cambuknya, akhirnya hari kematian Lingling tiba juga dan dirinya yang akan menjadi pencabut nyawanya.

"Ibu yakin kamu bisa membunuhnya dengan mudah," ucap Ibu tiri Lingling sambil mengelus kepala Putrinya.

"Nak Lingling kalau pertarungan ini hanya paksaan Bibi bersedia memohon pada Ayahmu untuk tidak melakukannya," ucap Bibi Cie yang merasa khawatir pada Lingling.

"Tidak perlu Bi, ini bukan paksaan aku juga sudah tidak sabar untuk pertarungan hari ini," sahut Lingling.

"Kalau begitu Bibi yakin kamu pasti menang Nak, anak Kucing juga bisa menjadi Singa kalau dirinya terancam," ucap Bibi Cie.

"Terima kasih Bi, Bibi sudah percaya padaku," sahut Lingling yang langsung memeluk Bibi Cie.

Melihat Lingling berjalan ke tengah Bibi Cie meremas bajunya, Bibi Cie bukan tidak percaya Lingling bisa menang tapi tubuh Lingling sangat lemah bagaimana jika tenaganya habis sebelum pertarungan berakhir itu akan membahayakan nyawanya.

"Heeeeeh, kalau sampai Anak asuh Bibi mati jangan menangis ya," ucap Ibu tiri Lingling sambil menutup mulutnya yang tersenyum.

"Aku yakin Nak Lingling pasti menang," sahut Bibi Cie.

Teng teng.

Salah satu pengawal Ayah Lingling membunyikan Bell tanda pertarungan dimulai. Lingling mengeluarkan pedang usangnya yang digunakan saat pemburuan Naga, Lingling akan menggunakan pedang usang pemberian Ning Xi untuk mengalahkannya.

"Hahahaha, pedang usang biasa ingin kamu pakai membunuhku, apa tidak salah," ucap Ning Xi menertawakan Lingling.

"Tanpa senjata pusaka membunuhmu mudah bagiku," sahut Lingling menyunggingkan bibirnya.

Anak sombong ini benar-benar membuatku muak, akan kuhabisi dia dalam satu kali serangan," dalam hati Ning Xi

Cheeeeeeettttaaaaaaaarrrr.

Cheeeeeeettttaaaaaaaarrrr.

Cambukan dadakan dari Ning Xi membuat Bibi Cie terkejut, Bibi Cie menutup mulutnya tidak menyangka Ning Xi menyerang Lingling seperti itu.

"Itu tidak adil, Lingling belum siap," teriak Bibi Cie.

"Hahahahaha memangnya kenapa, Anakku Ning Xi memang pintar memilih waktu yang tepat," ucap Ibu tiri Lingling sangat senang.

Debu yang mengelilingi tempat Lingling membuat Ning Xi berpikir dia berhasil membunuh Lingling dalam satu serangan, Ning Xi tersenyum puas tanpa tau bahwa Llingling bahkan tidak terkena cambukan nya.

"Ayolah cambukan seperti itu tidak akan bisa membunuhku," ucap Lingling yang keluar dari dalam debu tebal.

"Haaaah, dia masih hidup!" teriak Ibu tiri Lingling terkejut setengah mati.

"Serang lagi dia Putriku jangan biarkan dia hidup lebih lama," teriak Ibu tiri Lingling.

"Baik Bu, Ibu tenang saja," sahut Ning Xi.

Lingling hanya tersenyum melihat semangat Ibu dan Anak, Lingling jadi tidak sabar ingin melihat bagaimana ekspresi Ibu tirinya saat Putri kesayangannya kalah apalagi jika sampai mati, Lingling sangat menunggu ekspresinya itu.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!