Di dalam hutan Lingling mulai memperhatikan sekelilingnya, baru beberapa detik Lingling berada di dalam hutan suara langkah kaki hewan spiritual terdengar berjalan mendekat ke arahnya.
Hoss, hoss, hoss.
Lingling terkejut melihat rusa bertanduk emas yang berada tidak jauh darinya, perasaan takjub karena baru pertama kali melihat Rusa bertanduk emas membuat Lingling melupakan seberapa bahayanya hewan spiritual itu.
"Jangan hanya diam, kalau kamu terus diam seperti itu siap-siap saja menunggu kematian mu," ucap Sai.
Baru selesai Sai berbicara rusa bertanduk emas langsung berlari ke arah Lingling, refleks cepat dari kehidupan sebelumnya saat menjadi pembunuh bayaran menyelamatkan Lingling yang berhasil menghindar.
"Rusa sialan cari mati," ucap Lingling kesal sendiri, andai tadi dirinya tidak sempat menghindar badannya pasti sudah terkena tanduk Rusa itu.
"Itu bukan salahnya, cepat selesaikan," sahut Sai yang malah menyalahkan Lingling.
Wheeeeeessssss.
Wheeeeeeeessssss.
Lingling berlari ke arah Rusa sambil mengayunkan pedang usang nya yang sudah berkarat, ayunan pedang Lingling yang bergerak cepat membuat sang Rusa tidak sempat menghindarinya.
"Cih, ternyata ini sangat mudah," ucap Lingling bangga berhasil membunuh sang Rusa.
"Apa yang kamu banggakan, Rusa itu hanya hewan spiritual level 2 jelas saja kamu dengan mudah membunuhnya" sahut Sai.
"Cepat ambil inti hati hewan spiritual itu sebelum hewan spiritual lain mengepung mu," sambung Sai.
Lingling bergegas mengambil inti hati Rusa bertanduk emas seperti yang dikatakan Sai, inti hati yang sudah berada di tangan Lingling membuat Lingling bingung harus menyimpan di mana inti hati Rusa bertanduk emas itu.
"Langsung kamu telan saja, inti hati hewan spiritual masih bisa bertahan sampai 3 jam sebelum diserap," ucap Sai.
"Baiklah, kalau begitu aku akan langsung menelannya," sahut Lingling.
Selesai menelan inti hati Rusa bertanduk emas Lingling kembali melanjutkan perjalanannya, dalam dua jam Lingling berhasil membunuh beberapa hewan spiritual level 3 ke bawah.
"Haaah, haaaah, haaaah. Apa itu sudah cukup," ucap Lingling sambil mengatur nafasnya yang tidak beraturan.
"Tentu saja belum, tapi lebih bagus kamu serap saja dulu semua yang kamu telan itu baru lanjut lagi," sahut Sai.
Lingking langsung bersandar di bawah pohon besar sambil menutup matanya, perlahan inti hati yang ditelannya tadi mulai menyatu dengan sedikit kekuatannya dan menyebar ke seluruh tubuhnya.
Setelah menyerap inti hati selama 2 jam Lingling kembali membuka matanya, Lingling yang baru membuka mata samar-samar mendengar suara desisan ular dari semak yang tidak jauh darinya.
"Bahaya, cepat pergi," ucap Sai.
"Kenapa?" tanya Lingling tidak mengerti.
Seeeesssssstttttsssss.
Seeeesssssssstttttsssss.
Desisan yang terdengar semakin dekat membuat Lingling semakin waspada, benar saja dari balik semak Ular kepala 3 mendekati Lingling sambil terus menjulurkan lidahnya.
"Ular kepala tiga," ucap Lingling yang kaget.
"Ular kepala tiga hewan spiritual level 5, kamu masih belum mampu menghadapinya," sahut Sai.
"Tidak masalah, cepat atau lambat aku pasti akan berhadapan dengan hewan spiritual level 4 atas, aku hanya perlu berusaha lebih keras," ucap Lingling.
"Kalau begitu kamu harus ingat satu hal, jangan sampai kamu terkena racun Ular itu walau hanya sedikit," sahut Sai.
Ular kepala tiga terus melenggak-lenggok kan kepalanya mengikuti setiap gerakan Lingling, Ular kepala 3 yang terkenal tanpa ampun langsung menyerang Lingling yang terdiam.
Wheeeeessssss.
Serangan dadakan dari sang Ular berhasil dihindari Lingling, Lingling tidak menyangka serangan Ular kepala 3 sangat cepat.
"Haaaah, haaaah. Sialan hampir saja aku mati," ucap Lingling.
Whuuuuuuuuuuussssssss.
Semburan bisa sang Ular kembali mengejutkan Lingling, walau sempat menghindar Lingling masih bisa mencium bau dari bisa ular kepala 3 hingga membuatnya merasa pusing.
"Kontrol dirimu, kalau kamu tidak sadarkan diri sekarang kamu bisa mati," ucap Sai.
"Aku tidak kuat," sahut Lingling.
Bruuuuuuuuk.
Lingling yang tidak bisa menjaga kesadarannya terjatuh pingsan. Kesempatan berharga dimanfaatkan sang Ular kepala 3 bergerak cepat ke arah Lingling untuk menghisap kultivasinya dan menyebarkan racunnya di tubuh Lingling.
"Tidak boleh mati."
Jedug.
Lingling langsung membuka matanya setelah mendengar teriakan tepat di telinganya, Lingling yang melihat Ular kepala 3 semakin mendekat bergegas mengambil pedangnya.
"Matilah," teriak Lingling sambil mengayunkan pedangnya.
Wheeeeeeeessssssss.
Ayunan pedang Lingling membelah Ular kepala 3 menjadi 2 bagian.
Lingling kembali tidak bertenaga setelah sang Ular kepala 3 mati, dalam setengah sadarnya Lingling masih tidak percaya dirinya bisa membunuh hewan spiritual level 5.
***
Tetesan air membangunkan Lingling, Lingling yang perlahan membuka mata baru sadar diri belum sempat menelan inti hati Ular kepala 3.
"Gawat, sudah berapa lama aku tidak sadarkan diri," ucap Lingling setengah berteriak.
"Tenang saja baru 2 jam lebih," sahut Sai.
"Kalau begitu aku harus menyerapnya sekarang, aku tidak mau usahaku yang membuatku hampir mati lagi terbuang begitu saja," ucap Lingling yang bergegas mengambil inti hati Ular kepala 3 dan langsung menyerapnya.
"Hampir mati lagi, apa maksud Anak ini," pikir Lingling tidak mengerti apa yang dikatakan Lingling barusan.
Satu jam berlalu begitu saja saat Lingling menyerap inti hati Ular kepala 3, dari dalam tubuhnya Lingling bisa merasakan aliran kekuatannya meningkat dan menyebar ke seluruh tubuhnya.
"Lumayan, diumur mu yang masih muda sudah berada ditingkat emas bintang 3 awal, jika orang lain tau mereka pasti terkejut karena kamu menerobos hanya dalam satu malam," ucap Sai.
"Aku kira aku sudah sampai ditingkat emas bintang 3 akhir, ternyata masih ditingkat emas bintang 3 awal," sahut Lingling sedikit kecewa.
"Kamu hanya menyerap beberapa inti hati hewan spiritual, sudah sampai ditingkat itu saja sudah lumayan bagimu. Lebih baik saat ini kamu segera kembali pulang, sampai di sana kamu bisa berlatih dengan begitu menerobos tingkat tidaklah sulit untukmu dan aku bisa memberitahumu apa yang kubutuhkan darimu," ucap Sai.
Lingling langsung mengepalkan tangannya setelah mendengar Sai menyuruhnya pulang, Lingling sudah tidak sabar ingin memberikan pelajaran pada Ibu dan Kakak tirinya.
"Walau aku belum seberapa kuat dendam sepertinya tetap harus dibalas, mereka semua yang berani mengatai ku sampah sudah sepantasnya mendapatkan hukuman," ucap Lingling.
Berada ditingkat emas bintang 3 awal diumur 17 tahun Lingling termasuk jenius, tapi kenapa anak ini seperti belum puas," pikir Sai.
Sepanjang perjalanan Lingling sudah tidak sabar ingin melihat ekspresi Kakak tirinya yang mengharapkan kematiannya, walau memang benar Lingling yang sebenarnya sudah mati dan sudah digantikan oleh dirinya dendam sang pemilik tubuh akan dibalas kan oleh Lingling.
"Haaaaaaah, tunggu saja, Aku tidak akan tinggal diam, setelah ini mereka harus menerima akibatnya karena sudah membuat pemilik tubuh ini mati," ucap Lingling pelan sambil mengepalkan tangannya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 35 Episodes
Comments