Ayah Lingling yang mempercayai perkataan Lingling langsung menghukum Ning Xi dan Istrinya, Ayah Lingling merasa bersalah pada Ibu Lingling yang sudah tiada karena selama ini tidak mengetahui penderitaan Putrinya hanya karena terlalu sibuk.
Di dalam kamarnya Lingling membaringkan tubuhnya, lelah yang dirasakannya membuatnya tanpa sadar tertidur lelap.
Awan putih yang dikelilingi para Naga mengejutkan Lingling, kedamaian di depan matanya seakan bisa dirasakan olehnya dan itu membuatnya ikut merasa bahagia.
Tok tok tok.
Lingling membuka matanya setelah mendengar pintu kamarnya diketuk terus-menerus, Lingling baru sadar ternyata yang dilihatnya tadi hanya mimpi tapi semua seperti kenyataan baginya.
"Nak," panggil suara dari luar kamar Lingling.
"Iya sebentar" sahut Lingling membuka pintu.
Lingling menatap wanita paruh baya di depannya sambil tersenyum, wanita itu ada di dalam ingatan Lingling dan wanita paruh baya itu yang merawatnya dari kecil.
"Bibi Cie," ucap Lingling, nama itu teringat langsung di kepala Lingling.
"Bibi senang kamu selamat Nak, seharusnya dari awal kamu tidak perlu menghiraukan mereka dan pergi ke tempat perburuan Naga," sahut Bibi Cie.
"Tidak apa-apa Bi, pergi ke sana juga tidak buruk," ucap Lingling sambil tersenyum.
"Bibi mau antar ini titipan Ayahmu, semoga berguna untukmu," sahut Bibi Cie sambil memberikan tas penyimpanan ke Lingling.
"Terima kasih Bi, tapi aku tidak membutuhkannya," ucap Lingling.
"Sudah terima saja Nak, itu Ayahmu memberikannya tulus padamu," sahut Bibi Cie.
"Kalau begitu tolong sampaikan terima kasihku padanya," ucap Lingling yang terpaksa menerima tas penyimpanan pemberian Ayahnya.
"Bibi pergi dulu ya, apapun yang terjadi padamu dan bagaimanapun keadaanmu Bibi akan selalu ada untukmu," sahut Bibi Cie sambil tersenyum.
Hanya mendapat kasih sayang dari orang yang bukan keluarganya, kasihan sekali pemilik tubuh ini," dalam hati Lingling.
"Tunggu apa lagi cepat buka tas itu," ucap Sai.
Lingling langsung membuka tas penyimpanannya dan mengeluarkan isinya, tiga jenis pil dan satu gulungan yang baru dikeluarkan Lingling ditaruhnya di depannya.
"Pil penyembuh, pil penerobos tingkat, pil penguat energi dan gulungan jurus tinju semesta," ucap Sai.
"Semua itu akan berguna untukmu, tapi untuk saat ini lebih baik kamu minum pil penguat energi saja dulu," sambung Sai.
"Hemmm, aku akan mengikuti perkataanmu," sahut Lingling sambil mengibaskan bawahan bajunya.
Lingling langsung menelan pil penguat energi yang dipegangnya, tepat setelah pil masuk ke tenggorokannya Lingling bisa merasakan tubuhnya kembali berenergi lagi.
"Ahhhhhh, aku merasa tubuhnya kembali bertenaga," ucap Lingling sambil membentangkan tangannya.
"Tentu saja, efek penguat energi memang seperti itu," sahut Sai.
"Sekarang kita lakukan pelatihan lautan aura nadi spiritualmu yang baru kamu bentuk kemarin," sambung Sai.
"Baiklah," sahut Lingling.
"Pertama tutup matamu, kosongkan pikiranmu dan perlahan rasakan lautan aura nadimu yang mulai bergejolak," ucap Sai.
Lingling melalukan apa yang dikatakan Sai, pikirannya yang sudah dikosongkannya membuatnya mudah merasakan gejolak aura nadinya.
Panas dingin terus berganti dirasakan Lingling dari aura nadinya, perlahan hawa panas yang berada di aura nadinya mulai menyebar keseluruh tubuhnya.
"Arrrrrkkkkkhhhhhh," teriak Lingling.
"Tahan sebentar lagi," ucap Sai.
Lingling mencoba menahan sebisanya, setelah menahan cukup lama hawa panas di dalam tubuh perlahan menghilang. Baru saja tubuhnya tidak lagi merasa panas hawa dingin menusuk tulangnya.
"Arrrrrrrrrrkkkkkhhhh," Lingling kembali berteriak tidak kuat menahan dingin di dalam tubuhnya.
"Sudah selesai, buka matamu," ucap Sai.
Lingling langsung membuka matanya, Lingling memperhatikan tubuhnya yang ternyata baik-baik saja.
"Lautan aura nadi spiritualmu sudah melebar dari sebelumnya, asal kamu tau semakin lebar aura nadimu semakin cepat pelatihanmu meningkat," ucap Sai.
"Begitu ternyata, tapi aku baru pertama kali merasakannya," sahut Lingling.
"Sekarang kamu berlatih sendiri bela diri yang kamu ketahui, setelah selesai kamu bisa mencoba menguasai jurus di gulungan itu," ucap Sai.
"Aku mengerti, aku akan mencobanya," sahut Lingling yang langsung berdiri.
Haaaaaaak. Haaaaak.
Hiyaaaaaaak.
Lingling terus mengulang gerakan menyerang dan pertahanannya, Ling juga menggabungkan keduanya menjadi gerakan menyerang dan bertahan menjadi dalam satu gerakan.
"Haaaah, haaaah, walau sudah menelan pil penambah energi tetap saja tubuh ini cepat lelah," ucap Lingling.
"Itu karena tubuhmu memang lemah," sahut Sai.
Cih, benar juga apa katanya, coba tubuhku yang dulu pasti aku tidak selemah saat ini," dalam hati Lingling merasa kesal sendiri.
"jangan buang waktu lagi, kamu harus menguasai jurus tinju semesta dari gulungan itu," ucap Sai.
Emmm.
Lingling menganggukkan kepalanya, tanpa banyak berpikir Lingling bergegas membuka gulungan yang ada di depannya.
Sinar yang keluar dari dalam gulungan mengejutkan Lingling, gerakan meninju yang keluar dari dalam gulungan langsung masuk ke dalam kepala Lingling
Lingling mencoba mengikuti setiap gerakan dengan cepat, kepalan tangannya yang sudah mengepal erat bersiap dilepas Lingling.
"Tinju Pembela Dunia," teriak Lingling.
Buuuug buuuug buuuug buuuug.
Tinju bertubi-tubi menghantam tembok dan menghancurkannya seketika, Lingling terdiam tidak percaya hanya dengan satu tinjuan jarak jauh bisa menghancurkan tembok yang terbuat dari batu.
"Bagus-bagus kamu sudah bisa menguasai jurus itu dengan cepat, tapi itu hanya jurus tingkat rendah tidak bisa dibandingkan dengan jurus tingkat tinggi," ucap Sai.
"Hemmm, tidak masalah walau hanya jurus tingkat rendah, suatu hari nanti aku pasti bisa menguasai banyak jurus tingkat tinggi," sahut Lingling sambil memperhatikan tangannya.
Merasa Lingling sudah banyak kemajuan Sai berpikir memberitahu Lingling yang sebenarnya, mungkin memang sudah saatnya memulai mencari saudaranya sebelum kehancuran dunia terjadi.
"Sepertinya sudah cukup pelatihanmu, sudah saatnya aku memberitahumu rahasia terbesar ras Naga ku dan kamu manusia yang akan menjadi penyelamatnya," ucap Sai.
"Maksudnya?" tanya Lingling tidak mengerti.
"Apa kamu masih ingat mimpimu tadi?" tanya Sai balik.
"Aku mengingatnya," sahut Linhling.
"Tempat itu bernama Dunia Naga, hanya tersisa 5 tahun lagi Dunia Naga akan sepenuhnya dihancurkan, kehancuran yang mungkin membuat ras Naga hanya menjadi legenda," ucap Sai.
"Apa yang harus kulakukan? apa kalau Dunia Naga hancur kamu juga akan menghilang? apa itu berpengaruh pada dunia ini?" tanya Lingling
"Tentu saja aku akan menghilang dan itu tidak hanya aku saja, tugasmu adalah mengumpulkan 88 jiwa Naga sebelum 5 tahun, tapi yang paling utama kamu harus mencari ketujuh Adikku setelah itu Naga sisanya akan mudah kamu temui dengan bantuan mereka," sahut Sai.
"7 Naga lainnya, di mana aku menemukan mereka semua?" tanya Lingling.
"Aku sendiri juga tidak tau, kamu harus mencarinya dengan caramu sendiri," sahut Sai.
"Apa aku boleh bertanya satu lagi," ucap Lingling.
"Hem, tanyakan saja," sahut Sai.
"Kenapa harus aku?" tanya Lingling.
"Penyihir dunia Naga pernah meramal, yang bisa menyelamatkan dunia Naga adalah seorang manusia yang bisa mengerti dan berbicara dengan Naga, hanya manusia itu yang akan menjadi satu-satunya penyelamat," sahut Sai.
"Tidak heran kamu terkejut saat aku mengerti apa yang kamu katakan," ucap Lingling.
"Ya karena itu aku yakin kamulah yang ada di dalam ramalan," sahut Sai..
Lingling hanya menganggukkan kepala, sebenarnya Llingling masih tidak menyangka dirinya bisa ada di dalam ramalan Naga tapi karena Sai satu-satunya yang membantunya setelah terlahir kembali tidak mungkin dirinya menolak permintaannya walau beresiko untuknya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 35 Episodes
Comments