Gerbang besar kota Kasari sudah dilewati Lingling yang keluar dari hutan, Lingling berhenti sejenak memperhatikan sekelilingnya, kota tempat pemilik tubuh sebelumnya yang merasa sangat tersiksa kini telah di pijaknya.
"Itu bukannya Lingling Anak tidak berguna keluarga Xi, bukannya dia sudah mati," bisik para warga yang melihat Lingling kembali dan terlihat baik-baik saja.
Pendengaran Lingling yang tajam bisa mendengar pembicaraan mereka, walau mendengarnya Lingling hanya menyunggingkan bibirnya sambil terus berjalan begitu saja.
"Sepertinya kamu tidak mudah terprovokasi," ucap Sai.
"Heeeeh, menghadapi mereka tidak ada untungnya, jadi lebih baik berhadapan langsung dengan yang memulainya saja," sahut Lingling santai.
"Pemikiran yang bagus," ucap Sai.
Lingling yang sudah sampai di depan rumah keluarga Xi bergegas masuk, dua penjaga yang berjaga dibalik gerbang masih tidak percaya apa yang mereka lihat.
"Bukannya dia yang tidak berguna sudah mati," ucap salah satu penjaga yang terus menatap Lingling.
"Aku juga mendengarnya seperti itu dari Nona Ning Xi," sahut penjaga lainnya.
Lingling menghentikan langkahnya dan memutar badannya menatap kedua penjaga dengan tajam, Berani sekali dua penjaga itu mengatainya tidak berguna, apa keduanya berpikir status mereka lebih tinggi dari pemilik tubuh sebelumnya.
"Kalau kalian berdua tidak bisa menjaga mulut, aku tidak keberatan merobeknya," ucap Lingling.
Kedua penjaga langsung terdiam dan menundukkan kepala, mereka merasa tatapan tajam yang diberikan Lingling ke mereka bukan seperti Lingling yang biasanya.
"Wah wah wah, aku kira ada apa ternyata Adikku tersayang sudah kembali, aku kira kamu sudah mati," ucap Ning Xi .
"Heeeh, aku tidak mungkin mati sebelum orang sepertimu mati terlebih dulu," sahut Lingling menyunggingkan bibirnya.
"Lancang, sebagai Anak tertua keluarga Xi aku akan memberikanmu pelajaran," teriak Ning Xu tidak terima Lingling berani menjawab perkataannya.
Ning Xi langsung mengambil cambuk yang ada di pinggangnya, cambuknya yang terbuat dari kulit-kulit hewan spiritual bersiap diayunkannya ke Lingling.
"Dasar tidak berguna terima ini," teriak Ning Xi.
Cheeeeeeettttaaaaaaaarrrr.
Cheeeeeeettttaaaaaaaarrrrr.
Suara cambukan menggelegar. Ning Xi tersenyum setelah dua kali mengayunkan cambuknya, Ning Xi yakin tubuh Lingling yang lemah pasti penuh Luka saat ini.
"Cih, apa hanya segitu saja kemampuanmu Kakak, kamu sungguh membuatku kecewa," ucap Lingling menyunggingkan bibirnya.
"Itu tidak mungkin," sahut Ning Xi.
Ning Xi tidak percaya melihat Lingling baik-baik saja, Lingling yang tidak bisa bela diri dan tidak memiliki kultivasi bagaimana bisa menghindari cambukannya.
"Itu pasti hanya kebetulan, terima ini," teriak Ning Xi bersiap mengayunkan kembali cambuknya.
Cheeeeeeettttaaaaaaaarrrr.
Cheeeeeeettttaaaaaaaarrrrr.
Suara cambukan kembali menggelegar. Kali ini tidak menghindar, Lingling langsung menangkap cambuk Ning Xi yang mengarah padanya.
"Jenius keluarga Xi, apa segini saja kemampuanmu," ucap Lingling terang-terangan menghina Ning Xi.
"Lepaskan cambukku," sahut Ning Xi.
"Baiklah, karena kamu sangat suka mencambuk orang lain rasakan saja sendiri cambukmu," ucap Lingling yang tiba-tiba tersenyum.
Lingling menarik cambuk Ning Xi hingga terlepas dari tangannya, cambuk yang sudah berada di tangannya membuat Lingling menyunggingkan bibirnya dan berjalan mendekati Ning Xi bersiap mencambuknya.
"Kamu mau apa? mau mencambukku, kamu bahkan tidak punya tenaga untuk itu," ucap Ning Xi mengejek Lingling.
"Benarkah, kalau begitu mari kita buktikan," sahut Lingling.
Cheeeeeeettttaaaaaaaarrrr.
Cheeeeeeettttaaaaaaaarrrrr.
"Arrrrrkkkkkhhhhhh, sakit."
"Ibu tolong aku Ibu," teriak Ning Xi.
"Hentikan, apa yang kamu lakukan pada Ning Xi?" teriak Weng Xi Ibu tiri Lingling.
"Ibu lihatlah, Adik mengambil cambukku dan dan mencambukannya padaku," ucap Ning Xi yang langsung memeluk Ibunya.
"Beraninya kamu berbuat seperti itu pada Kakakmu, dasar Anak tidak berguna," teriak Ibu tiri.
"Heeeeeh, hahahahaha. Padahal dari awal kamu sudah melihat Anakmu memprovokasiku tapi sekarang kamu mau menyalahkan ku," sahut Lingling.
Cih, kenapa Anak ini berbeda dari biasanya," dalam hati Ibu tiri Lingling mengepalkan tangannya melihat perbedaan Lingling.
"Ayahmu sudah dekat, apa kamu akan terus melanjutkannya," ucap Sai.
"Tentu saja, ini akan menjadi semakin menarik," sahut Lingling.
"Diam kamu Anak tidak berguna yang hanya bisa mempermalukan nama keluarga. Seharusnya aku kirim saja pembunuh bayaran untuk menghabisi mu agar kamu tidak lagi kembali ke rumah ini," ucap Ibu tiri Lingling.
"Kamu ingin membunuhnya!" sahut Liong Xi Ayah kandung Lingling.
"Suamiku," ucap Ibu tiri Lingling terkejut.
"Suamiku kamu salah dengar, aku tidak mungkin membunuh Anak kita walau aku Ibu tirinya," sambung Ibu tiri Lingling.
"Aku mendengarnya dengan jelas, jadi selama aku tidak ada seperti ini perlakuanmu padanya, bahkan kamu sampai mau membunuhnya, apa kamu masih ingin menyangkalnya," sahut Ayah Lingling.
"Dengarkan aku dulu suamiku, lihatlah Ning Xi dibuat sampai seperti ini olehnya, sebagai seorang Ibu wajar bukan kalau aku marah," ucap Ibu tiri Lingling sambil memeluk Anaknya. kondisi tubuh Ning Xi yang saat ini penuh luka pasti akan membuat suaminya menghukum Lingling.
"Ning Xi kenapa kamu bisa sampai seperti ini," sahut Ayah Lingling yang langsung berjalan ke arah Ning Xi.
"Sakit Ayah," ucap Ning Xi memasang wajah sedihnya.
Ayah Lingling berjalan ke arah Lingling dengan tatapan tajamnya, selama ini Ayah Lingling tidak tau apa yang sudah terjadi pada Lingling, yang Ayahnta tau Lingling hanya tidak berbakat tanpa tau penderitaan apa yang dirasakannya.
"Apa kamu yang melakukannya?" tanya Ayah Lingling.
"Iya, aku yang melakukannya," sahut Lingling antai.
"Apa alasannya?" tanya Ayah Lingling lagi.
"Balas dendam, selama ini aku sudah cukup menderita karena mereka, bahkan yang dirasakan dia tidak sebanding dengan yang kurasakan selama ini," sahut Lingling menunjuk ke arah Ning Xi.
Ayah Lingling langsung terdiam, selama ini Lingling tidak pernah bercerita apa-apa padanya apa lagi dirinya jarang di rumah, sebenarnya apa yang sudah dilewatkannya hingga Anaknya memiliki dendam seperti itu.
"Jangan dengarkan dia suamiku, yang dikatakannya tidak benar, aku tidak pernah seperti itu," ucap Ibu tiri Lingling
"Diamlah," bentak Ayah Lingling matanya berganti menatap tajam sang istri.
"Maafkan Ayah, selama ini Ayah tidak tau kamu menderita, kenapa kamu tidak pernah bercerita pada Ayah," ucap Ayah Lingling sambil menatap Lingling.
"Cih," sahut Lingling yang langsung berjalan pergi begitu saja.
"Heeeeh, sadis sekali caramu tadi, tapi aku sangat menyukainya," ucap Sai.
"Ini masih belum seberapa, kedua orang itu harus merasakan yang lebih dari ini," sahut Lingling mengepalkan tangannya.
"Kalau saja aku menuruti keegoisanku sudah mati dia, aku harus bersabar kesempatan masih banyak untuk membalas mereka," dalam hati Lingling.
Dendamnya sangat besar pada mereka semua dirinya tidak akan membiarkan keluarga Xi dan semua orang yang membuatnya menderita merasakan bahagia, mereka semua harua lebih menderita darinya pikir Lingling.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 35 Episodes
Comments