Raynaldo dan Zalano

voment please.. ..

Empat tahun kemudian...

Seorang pria dengan setelan jas biru dongker yang membungkus tubuh atletisnya ke luar dari mobil mewahnya dengan wajah datarnya. Siapa yang tidak kenal dengan Raynaldo Kehliano? Pria bujangan yang mampu menghipnotis wanita, bukan pria dengan sejuta sifat minusnya. Tapi pria dewasa yang mampu membuat para wanita kagum akan hebatnya pria itu.

Direktur utama Kehl Inc. perusahaan tekhnologi ternama di dunia. Pria muda dengan gelar billionare itu selalu saja memikat hati banyak wanita, tapi semuanya terlihat sia-sia karena sampai saat ini laki-laki itu masih enggan mempunyai hubungan dengan wanita. Seolah ke hilangannya dulu adalah pukulan telak yang mampu menjadi penghalangnya untuk bersanding dengan wanita manapun.

Banyak yang menganggapnya gay atau petarung ONS (One Night Stand), namun pada nyatanya tidak seorangpun bisa membuktikan ucapan ataupun desas desus yang beredar. Pria itu bersih dari tuduhan negatif yang sering kali beredar tanpa bukti di luar sana. Pria itu memang sering mengunjungi club malam, tapi itu atas bujuk rayu semua sahabatnya dan untuk menghargai persahabatan mereka.

Pria itu jarang tersenyum, dan dalam dunia bisnis Dia terkenal sangat tegas pada semua relasi bisnisnya, Ia tidak menerima kata batal dalam setiap kerja sama yang Ia lakukan. Lalu Ia juga tidak segan akan membuat bangkrut perusahaan lain yang sengaja mempermainkannya.

Sifatnya itu sudah banyak di ketahui oleh perusahaan lainnya yang ingin mengajukan kerja sama dengan perusahaan Aldo. Pria itu akan langsung membatalkan kerja sama saat itu juga jika Aldo menganggap akan merugikan perusahaan. Bukan apa-apa, tapi jika perusahaannya bangkrut maka Ia kasihan pada ratusan karyawannya yang selama ini sudah ikut andil membesarkan nama Kehl.

"Tuan, Anda sudah di tunggu tuan Alan?" Aldo, sapaan orang padanya. Aldo mengernyitkan dahinya mendengar nama yang tidak asing itu.

"Alan?" ulangnya, pria berjas hitam itu mengangguk lalu membukakan pintu ruangan kerja direktur untuk Tuannya.

"Aldo." sapa seorang laki-laki yang tidak kalah tampan dengan Aldo, Alan. Pria dengan setelan jas rapi dan senyum yang sudah lama Aldo ingin lihat kembali.

"Kapan Lo pulang?" tanya Aldo yang duduk di kursi ke besarannya tanpa mau membalas rentangan tangan sahabatnya sejak Dia duduk di sekolah tingkat pertama. Alan mendengus, Aldo memang sengaja melakukannya.

"Lo makin sakit." Alan tidak menjawab malah menggerutu karena tidak di hiraukan oleh sahabatnya. Aldo menaikkan satu alisnya, Ia hafal akan reaksi Aldo yang selalu berlebihan menanggapi sesuatu.

"Apa ada masalah?" tanya Aldo, Alan memutar matanya malas. Aldo terkekeh lalu berdiri memeluk Alan ala laki-laki. Siapa sangka jika laki-laki dingin seperti Aldo bisa berekspresi jika bersama Alan? Ya hanya Alan sahabat dekat dan keluarganya selain sahabat-sahabatnya yang lain, Leo ataupun Arkan.

Alan sendiri sudah terkekeh atas sifat jahil Aldo padanya. Ternyata Aldo juga merindukannya, sahabatnya itu benar-benar sok jual mahal.

Orang tua Aldo meninggal, Mommynya neninggal sejak Ia berusia 9 tahun dan Ayahnya meninggal 2 tahun yang lalu. Dan banyak ke pedihan yang Ia lalui selama ini, dan Ia selalu menghilangkan semua itu pada pekerjaannya yang terus menuntut.

"Lo itu selalu dingin! Cairkanlah sedikit." ucap Alan tanpa ragu pada Aldo dan Aldo malah tertawa mendengar ucapan Alan. Alan adalah satu-satunya sahabat yang selalu menekan Aldo untuk berubah, satunya sahabat yang selalu ada di saat Aldo dalam masa terpuruk. Keluarga Alan adalah keluarga yang selalu menyediakan apapun yang di perlukan Aldo, tempat berlindung Aldo juga saat Aldo baru menapaku dunia bisnis yang kejam.

"Gue belum tahu, bisa atau enggaknya." Aldo mengedikkan bahu. Alan ikut mengutip masa lalu mereka.

"Dia selalu cantik." puji Alan, Aldo tersenyum.

"Ya, Dia selalu cantik dan Gue dulu tidak bisa lepas darinya." jawab Aldo dengan menatap bingkai foto tepat di hadapannya. Foto besar itu masih Aldo simpan untuk menghormati ke pergian wanita itu. Sungguh Aldo sudah mampu menghilangkan ke sedihan itu.

"Lo sudah temukan mereka?" tanya Alan dengan kepalanya yang masih bersandar pada headtender sofa tamu sahabatnya.

"Tidak mudah menemukan mereka! Rumah sakit Lo bahkan tidak ada yang mengenal mereka." Alan menatap sahabatnya dengan badan tegap, Aldo tersenyum. Dia tahu bahwa Alan juga terkejut. Aldo paham karena rumah sakit milik Ayah Alan adalah kelas atas dengan Dokter dan ke amanan jangan di tanyakan.

"Lo yakin? Lalu bagaimana dengan suster-suster itu?" tanya Alan hampir tidak percaya dengan perkataan Aldo.

"Bahkan setelah malam di mana suster itu kasih tahu Gue bahwa Dokter itu akan temui Gue, Dia juga seolah tertelan bumi." Alan berkesiap, hampir tidak percaya jika rumah sakit milik keluarganya akan ke colongan seperti ini.

"Lo sudah minta CCTV pada pihak ke amanan?" tanya Alan, Aldo tersenyum. Dia tahu bahwa Alan begitu khawatir padanya.

"Lo tahukan kalau pihak utama dari rumah sakit saja yang bisa ke ruang ke amanan itu?" Alan berdecak tidak habis pikir dengan otak sahabatnya itu.

"Ck, Lo ke napa enggak bilang ke Gue?" tanya Alan kesal, ini sudah 4 tahun dan sahabatnya batu itu baru bilang sekarang, Alan mendengus.

Alan mengakui bahwa rumah sakit milik keluarganya memiliki ke amanan yang benar-benar ketat, bahkan untuk penjaga rekap CCTV saja harus berpendidikan tinggi dengan tingkat ke mampuan di atas rata-rata. Alan mengakui ke setiaan mereka, tidak menerima apapun untuk membocorkan apapun yang terjadi di perusahaan demi ke selamatan para pekerjanya. Dan hanya satu orang yang dapat mengakses semua aset milik keluarga Alan, dan itu tentu bukan Alan.

"Gue enggak mau ganggu Lo." Alan semakin geram. Jika Aldo berpikir seperti itu, bukannya Aldo bisa meminta tolong pada Ayahnya?.

"Gue sahabat Lo kan?" tanya Alan, Aldo mengernyitkan dahi lalu mengangguk.

"Lo masih anggep Gue sahahat Lo atau enggak?" tanya Alan lagi.

"Baik-baik, Gue menyerah." serah Aldo yang tahu bagaimana sifat Alan yang mudah merajuk, namun sifat itulah yang membuat persahahatan mereka terasa berbeda.

"Kapan Lo punya waktu?" tanya Alan yang juga tahu betul jadwal Aldo yang super sibuk.

"Kapanpun Lo bisa." jawab Aldo enteng.

"Lo masih sering pergi ke club?" tanya Aldo dengan menyesap anggur tuanya, Alan mengangguk.

"Lo mau ikut?".

"Tidak!".

"Lalu?" tanya Alan penasaran, Ia tahu Aldo tidak pernah suka dengan club malam. Namun Ia penasaran ke napa sahabatnya itu bertanya soal club malam padanya? Alan memiringkan kepalanya, ingin memastikan apakah Aldo sudah dapat menikmati hidup layaknya billionare lainnya?.

"Apa?" bukannya menjawab, Aldo balik bertanya karena mendapat tatapan mengintimidasi serta senyum menggelikan dari Alan.

"Baiklah! Gue pergi dulu, besok Gue tunggu di rumah sakit jam 10 pagi." Alan berdiri menatap sahabatnya yang baik-baik saja meski nyatanya berbanding terbalik.

"Kapan Lo kembali?" tanya Aldo.

"Lo enggak berniat ngusir Guekan?" tanya Alan balik, Aldo terkekeh.

"Gue tahu Lo sangat sibuk! Om Zidan pasti ngasih Lo banyak pekerjaan." ucap Aldo mengejek, tahu betul orang tua Alan adalah pemilik berbagai perusahaan dan rumah sakit ternama di seluruh negara. Zalano Kelvin anak dari Zidan Kelvin

""Lo salah! Gue akan menetap di sini!".

voment please.. ..

Terpopuler

Comments

tetep lanjut

2021-05-11

0

VANESHA ANDRIANI

VANESHA ANDRIANI

wow

2021-03-18

0

Arimbi Sibarani

Arimbi Sibarani

hmm

2020-11-07

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!