Mr. Galak
Artha itu cuman anak SMA biasa yang hobi main basket. Tampangnya juga biasa aja, malah cederung mungil kayak boneka dufan haha. Tapi Artha punya playlist lagu kesukaan....dan playlist ini akan menemani Artha selama menghadapi hidupnya yang naik turun bak rollercoaster.
^^^-anonim^^^
...----------------...
“Mama akan bertunangan dengan Om Samuel.”
Artha mendongak, pandangan langsung berubah kaku menebak-nebak apa ini prank jenis baru yang dilakukan Aluna Putri, tapi sayang Aluna tidak terlihat bercanda, tampangnya justru sangat serius menatap Artha lekat-lekat.
“Kamu kenal Om Samuel kan? Ia mapan dan baik dengan keluarga kita. Om Samuel sudah menganggap kamu seperti anaknya sendiri. Om Samuel udah janji ke mama, dia akan sekolahin kamu dimanapun kamu mau”
“S-sejak kapan?…” Bibir Artha terasa kelu. Ia ingat setahun lalu di pemakaman Gibran papanya, Aluna memperkenalkan Samuel Wijaya sahabat Gibran dan Aluna. Sejak hari itu Aluna tiba-tiba mendapat pekerjaan sebagai sekretaris Samuel, membuat mereka sering bersama kemanapun Samuel pergi. Aluna dan Samuel menjadi dekat, pria itu sering main ke rumah dan Artha menepis semua kecurigaan dihatinya dengan meyakini bahwa diluar pekerjaan Samuel, Aluna, dan Gibran adalah sahabat. Lagipula Samuel sangat baik padanya. Tapi sekarang ketika Aluna mengatakan akan bertunangan dengan Samuel, dunia Artha seakan runtuh. Belum kering makam Gibran dan Aluna berencana menikah? Apa jangan-jangan setahun ini hanya Artha yang bersedih karena Gibran?
“Mama ingin kita hidup bahagia dan tenang tanpa harus mikirin uang. Om Samuel bisa menjamin semua itu. Suatu saat kamu akan ngerti kenapa mama ambil keputusan ini” kata Aluna tidak menjawab pertanyaan Artha.
“Mama nikah sama Om Samuel murni karena uang?”
Aluna menggeleng. “Mama cinta sama Om Samuel.”
Hancur sudah hati Artha. Jadi seperti ini rasanya ketika menyadari perasaan seseorang yang kita percaya terbagi ke orang asing? Sakit dan sedih. Artha ingin menangis, tapi tubuhnya terlalu lelah untuk meraung menyesali keputusan Aluna dan saat ini Artha mendadak sangat merindukan Gibran. Sebagai ganti bibir Artha tersenyum pahit.
“Apapun yang mama mau, aku dukung.”
Aluna menatap tidak percaya, Artha ternyata sangat mengerti dirinya. Bibir wanita itu tersenyum lebar menggenggam tangan Artha erat. “Makasih Tha, mulai hari ini mama jamin, kamu akan bahagia. Mama sayang sama kamu” kata Aluna tanpa tahu ia baru saja menorehkan luka dalam di hati Artha.
...----------------...
“Kenalin nama saya Nathan Atmaja, kalian bisa manggil saya Nathan”
“Panggil sayang boleh nggak?” teriak Cici Ceriwis dari belakang menimbulkan tawa geli sekelas. Nathan tersenyum manis, wajah cakepnya sukses membuat cewek-cewek kelas 2-MIA 1 terpesona, sementara barisan cowok hanya bisa menatap dengki melihat cewek sekelas berubah centil, overacting ribut mencoba menarik perhatian Nathan. Daus paling sengsara, tanpa kasihan Sari langsung menendangnya minggat dari kursi.
“Sialan!” maki Daus misuh-misuh karena kepalanya kepentok meja. “Kalo gue jadi gila gimana?”
“Alah belagu lu, isi kepala dari kain perca aja sok banget ngerasa pinter. Udah lu minggat jauh-jauh, Nathan mau duduk disini” ujar Sari cuek.
“Sudah-sudah! Daus kembali ke tempat duduk kamu. Nathan duduk di pojok sana ya” tunjuk Ibu Amita ke arah kursi seorang cewek yang sedang garuk-garuk kepala.
“Ih bu, Nathan jangan duduk sama Artha. Kasihan Nathan, Artha kan kutuan, lihat tuh bu mulai garuk-garuk rambut” ujar Cantika dari depan. Sekelas ketawa lagi, tapi yang diejek hanya pasang tampang cuek bebek.
“Hai” sapa Nathan pada Artha, cewek itu mengangguk lalu melempar tip-x ke arah Cantika, ia terkekeh geli ketika Cantika mengomel melapor kelakuannya pada Ibu Amita.
“Artha, sekali lagi kamu berulah. Kamu belajarnya di tengah lapangan. Sekalian sama Rehan dan Doni” ujar Ibu Amita mendelik ke arah Rehan dan Doni yang sedang main cubit-cubit pentil. “Sekarang buka buku paket biologi halaman 34” perintah Ibu Amita membuat sekelas grasa-grusu mencari buku biologi.
“Gue boleh-” belum selesai perkataan Nathan, Artha sudah terlebih dahulu menggeser buku paketnya. “Thanks”
“Hooh” angguk Artha singkat lalu sibuk mencoret-coret di atas buku tulisnya. Nathan mengintip sejenak. Buset! Jelek amat tulisannya, kayak nggak pernah sekolah, batin Nathan takjub.
“Ada pena nggak? Pinjem dong, punya gue macet nih” tanya Artha memalingkan wajah. Nathan gelagapan buru-buru mencari pena di dalam tas. “Nanti gue balikin, semester depan tapi” ujar Artha santai sukses membuat Nathan nyengir lebar.
...----------------...
Hampir sebulan Nathan menjadi siswa SMA merah putih. Selama sebulan ini juga Nathan resmi masuk ke dalam tim basket sekolah dan bergabung dengan grup sepeda yang menyebut diri mereka the Nanos alias nano-nano karena banyak rasa. Kenapa Nathan bisa menjadi anggota the Nanos? Singkat, Satya, sepupunya adalah anggota the Nanos yang hobi gowes setiap sore. Dari empat anak the nanos, dua di antaranya adalah anak 2-MIA 1, Ilham si juara kelas dan Cecep si rangking terakhir kelas, ditambah Nathan The Nanos resmi menjadi lima anggota.
“Biar nyaingin boyband Korea yang lagi naik daun itu, apa namanya? anak jalanan?” kata Cecep pede.
“Stray kids” koreksi Ilham.
Menurut Atlanta selaku ketua The Nanos, kelompok ini dibuat untuk menunjukan pada dunia bahwa anak SMA itu nggak selalu melulu berurusan dengan tawuran, rokoan, alkohol, balap motor. Masih banyak hal positif yang bisa dilakukan oleh anak SMA seperti bersepeda ke sekolah atau gowes di sore hari. Tapi berdasarkan info dari Cecep The Nanos didirikan karena Atlanta dilarang membawa motor setelah kecelakaan parah dua tahun lalu. The Nanos memiliki anggota yang cakap sebagai calon cendekiawan terbaik negara. Ilham juara satu kelas dan paralel sekolah, Satya salesman hobi jualan dan baru diketahui bapaknya pemilik perusahaan mie instan, Cecep si atlet karate nasional, Atlanta si atlet basket sekolah, Sean anggota futsal sekaligus sang pangeran sekolah yang tidak diketahui secara detail asal usulnya selain rumor anak orang kaya, dan terakhir tentu saja Nathan yang belum diketahui apa kelebihannya.
“Nath, Amelia nitip pesan lu diminta ikut patungan buat bayar kue ulta Ibu Ninik wali kelas kita. Gue minta nomor lu Nath, buat masukin ke grup kelas” kata Artha saat istirahat di kantin.
“Bayar berapa?” tanya Nathan setelah mengetik nomor ponselnya.
“Lima belas ribu perorang, kuenya segede altar” jawab Artha sembarangan dan berlalu pergi. Nathan ketawa, teman duduknya itu memang terkenal lucu di kelas, ada saja celetukan aneh yang ia lemparkan dengan wajah datarnya namun sukses membuat Nathan ketawa geli.
“Cantik ya?” ujar Sean membuat Nathan berpaling.
“Siapa? Artha?”
“Hmm”
“B aja sih, tapi gokil anaknya”
“Lu suka?”
“Enggak. Lu sendiri suka?” tanya Nathan balik. Sean menyedot es jeruk dengan senyum tipis.
“Artha itu murid berprestasi kesayangan guru, nggak pernah bikin onar. Tapi bisa lu bayangin nggak kalo dia bermasalah dan dikeluarkan dari sekolah?”
“Buset Sean! Omongannya... Lu kayak benci banget sama Artha. Kenapa sih? Pernah ditolak Artha?” goda Atlanta dari samping. Sean berpaling, ekspresinya sedikit tersinggung mendengar ucapan Atlanta.
“Lu mau coba?”
“Apa? Ngeluarin Artha dari sekolah? Gila! Gue nggak sejahat itu” tolak Atlanta ketus.
“Coba dekati Artha” koreksi Sean. “Kalo lu bisa dapat Artha sebelum kenaikan kelas, gue bisa bantu lu dapat SIM tanpa sepengetahuan nyokap lu dan mobil gue bebas lu pake.”
Atlanta langsung tertarik, kecelakaan dua tahun lalu membuatnya terancam seumur hidup tidak akan diizinkan membuat SIM karena mamanya melarang Atlanta untuk mengendarai kendaraan jenis apapun. “Lu serius? Demi Artha lu rela mobil lu gue pake?”
Kedua alis Sean terangkat naik. “Deal?”
“Deal!” angguk Atlanta tanpa berpikir dua kali menyambut uluran tangan Sean. “Lu mau ikut taruhan Nath? Mobil Sean banyak, lu bisa milih pake nunjuk” tawar Atlanta.
Nathan menggeleng keras. “Nggak, gue punya adek cewek, ntar karmanya ke dia lagi”
“Ah cemen lu” kekeh Atlanta disambut cengiran singkat Nathan.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 50 Episodes
Comments