Episode sebelumnya...
"Emang boleh yah?. " Tanya Deni berhati-hati agar tidak menyinggung perasaan Livia.
###
Happy Reading and Enjoy Guys.
"Boleh aja sih. " Ucap Livia .
"Beneran Livia?. " Deni terlihat sangat senang dan langsung menarik Livia u tuk menatap wajahnya.
"Iya boleh... Asalkan.... " Livia mentap wajah Deni dari kepala hingga ke telapak kakinya.
"Asalkan apa?. " Deni menatap Livia penuh harap.
"Asalkan kamu mandi di laut Nyi Roro Kidul untuk membersihkan dirimu yang kotor itu dan bau itu, hahahaha. " Ejek Livia sambil tertawa dan mendorong tubuh Deni menjauh darinya.
Deni yang mendapat perlakuan seperti itu merasa sedikit kecewa karena sangat berharap Livia mau menciumnnya.
Namun, Deni tidak patah semangat dalam hatinya ia berdoa semoga suatu saat nanti Livia akan mau menciumnya. Deni akan melipat gandakan rasa sabarnya lagi untuk gadis pujaan hatinya itu.
###
Besok paginya Livia berangkat ke sekolah di antar oleh orang tuanya, gadis itu berjalan berlenggak lenggok ala model berjalan menuju ke kelasnya. Tinggal, beberapa langkah lagi gadis itu akan sampai tiba-tiba seseorang menarik tangannya dengan keras.
"Aw aw sakit aduh apa-apaan sih. " Teriak Livia kesakitan.
"Livia." Panggil laki-laki yang menarik tangannya itu ketika mereka sudah sampai ke tempat yang agak sepi.
"Apaan sih Radit, gak jelas banget deh. " Omel Livia kepada laki-laki bernama Radit salah satu mantan Livia, yang masih terobsesi pada dirinya namun Livia sama sekali suda tidak tertarik kepada laki-laki bernama Radit ini.
"Liat mata aku Livia, lihat dan tatap. " Ucap Radit memaksa Livia untuk menatap wajah cowok tersebut.
"Apaan sih kasar banget. " Livia menghempaskan tangan Radit yang masih mencengkram tangannya.
"Apa sih yang kamu liat dari si Deni itu, jelas-jelas aku lebih baik dari dia kenapa kamu malam milih dia dari pada jalan sama aku?. "Tanya Radit dengan nada suara yang sengaja di tekankan.
"Gak mau, siapa juga yang mau sama cowok kasar kayak kamu ini, idih big no deh. " Sinis Livia.
"Apa kamu bilang? laki-laki kasar? Emangnya kamu sendiri udah lebih baik dari aku? Awas ya kalau sampai kamu nggak putusin si Deni itu liat aja sesuatu yang buruk bakalan terjadi sama kalian berdua. " Ancam Radit.
"Gak jelas banget tau nggak kamu, Dit. Siaap juga yang mau sama laki-laki modelan kamu gini hah? Ngancem? Iya? Kamu pikir aku takut? . " Bukannya takut Livia justru mengancam balik laki-laki yang sangat terobsesi padanya itu.
"Oke, kamu nantangin yah? Awas aja kalau sampi minggu depan kalian masih belum putus bencana akan menimpa kalian berdua. " Ancam Radit lagi.
"Dih udah kayak bencana alam aja, dramatis banget sih. " Ejek Livia.
"Tunggu aja, awas!. " Livia dan Radit saking bertatapan untuk beberapa saat, kemudian laki-laki itu pergi meninggalkan Livia dengan wajah yang kesal.
"Emangnya dia siapa? Dih sok kecakepan, kayak duitnya banyak, aja. Cowok sialan" umpat Rania menatap punggung Radit yang semakin jauh melangkah.
Livia kemudian berjalan masuk ke dalam kelasnya karena pembelajaran akan segera berlangsung.
TIN.. TING.. TING..
Dua jam kemudian lonceng jam istirahat akhirnya berbunyi.
Livia segera pergi ke kelas Deni untuk mengajaknya pergi ke kantin bersama-sama.
Beberapa pasang mata menatap iri kepada Deni yang berhasil berpacaran dengan gadis populer di sekolahnya itu, beberapa di antaranya bersorak sambil menggoda Deni.
"Cie cie cie di jemput ayang. " Teriak salah satu teman kelas Deni
"Emang kalau lagi jatuh cinta dunia serasa milik berdua yang lain mah numpang. " Timpal yang lainnya.
Seisi kelas Deni kemudian tertawa, Deni hanya bisa tersenyum malu-maku sementara Livia asik melambai-lambaikan tangannya bagaikan Miss Universe yang sedang memperkenalkan dirinya.
"Yuk, aku udah lapar banget. " Deni langsung menarik tangan Livia.
"Ih Deni, main tarik-tarik aja. " Keluh Livia.
"Iya, iya maaf deh nih aku lepasin. " Deni kemudian melepaskan pegangan tangannya. Namun, Livia berinisiatif untuk memegang tangan Deni lagi.
"Kan aku gak bilang lepasin. " Omel Livia.
"Iya deh iya, terserah kamu aja. " Ucal Deni pasrah semaunya Livia saja.
"Aku mau makan mie ayam sama lontong yah hari ini, minumnya aku mau jus jeruk, terus nanti pulang sekolah aku mau di jajanin yah Deni. " Ucao Livia dengan nada manja namun tetap saja cara bicaranya seperti seseorang yang sedang memerintah.
"Iya Livia, apa sih yang nggak buat kamu. " Deni tidak ingin ambil pusing agar Livia tetap nyaman bersamanya apapun akan ia lakukan agar gadis itu senang.
Sesampainya di kantin Deni langsung mengambilkan pesanan Livia, lalu terakhir mengambil pesanannya sendiri. Mereka berdua pun asik menikmati makanannya masing-masing.
Beberapa pasang mata kembali memperhatikan mereka lagi, membuat Deni merasa kurang nyaman sebenarnya namun, sepertinya ia harus terbiasa dengan hal itu karena pacarnya adalah orang yang populer di sekolahnya. Jadi, wajar saja jika ada banyak orang yang akan memperhatikan mereka berdua.
"Kenapa Deni? Kok bengong. " Tanya Livia memperhatikan Deni yang hanya mengaduk-aduk makanannya.
"Gapapa kok Livia, makn lagi yuk di habisin yah makannya biar kamu sehat. " Ucap Deni penuh perhatian kepada Livia.
"Kamu mau aku gendut yah, terus gak ada yang suka lagi sama aku. " Omel Livia.
"Nggak Livia, bukan gitu maksud aku....."
"Udah ah, jadi malas makan aku. " Livia menghentikan makannya padahal mie ayamnya belum setengah mangkuk gadis itu habiskan.
"Iya deh iya, maaf Livia yang cantik, yang seksi dan terbaik deh 100 persen maafin aku yah, kalau kamu habisin makananya kami boleh deh minta hadiah apa aja. " Ucap Deni, mencoba mengambil hati Livia yang sedang badmood.
"Beneran Den?. "
Deni menganggukkan kepalanya, sambil sm tersenyum ke arah Livia. Benar saja Livia langsung antusias kembali dan melanjutkan makannya.
###
"Radit ngancem kamu?. " Deni tidak menyangka jika Livia pagi tadi mendapatkan ancaman dari Radit, dan baru sekarang gadis itu mencertiakan kejadian yang di alami Livia, padanya.
"Iya, katanya kalau kita gak lurus dia bakalan ngelakuin sesuatu ke kita, dikira mungkin aku bakalan takut sama gertakannya. " Oceh Livia dengan perasaan yang sangat menggebu-gebu merasa jengkel jika mengingat Radit mengancamnya tadi pagi.
"Terus dia ada bilang apa lagi sama kamu?. " Tanya Deni memastikan kekasihnya itu tidak di sentuh seinci pun oleh Radit.
"Nih liat nih tangan aku ampe merah gara-gara tadi pagi tangannya megang bagian ini keras banget. " Livia memperlihatkan pergekangan tangannya kepada Deni.
"SIALAN!. " Batin Deni.
"Ya ampun, ya udah kita singgah di apotik buat beli salap yah. " Ucap Deni kemudian di ikuti anggukan kepala Livia.
Deni kemudian menyalakan mobilnya, keluar dari gerbang sekolah lalu melaju bersama kendaraan lainnya di jalan Raya.
Deni merasa darahnya terasa panas mendengar Livia di ancam oleh Radit. Memangnya siapa laki-laki itu bisa dengan bebas mengatur orang lain untuk putus.
"Radit itu yang anak kelas 11 IPS C yah? . " Tanya Deni kemudian setelah cukup lama hening karena mereka berdua sibuk dengan pikirannya masing-masing.
"Iya Den, tapi ya udah lah yah gak usah terlalu di pikirin namanya juga sok jagoan, paling juga cuman gertak aja. " Ucap Livia.
Mendengar hal itu Deni hanya manggut-manggut saja, dalam hatinya berdoa semoga itu memang hanya gertakan Radit saja karena merasa sakit hati tidak bisa memiliki Livia.
Bersambung...
Klik like, vote, subscribe dan berikan komentar kalian yah.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 93 Episodes
Comments
lanjutkan
2023-04-07
0
🥀
biar sama an sama mak gendut wkkwkwkw😊🤣
2023-03-31
0
꧁☠︎𝕱𝖗𝖊𝖊$9𝖕𝖊𝖓𝖉𝖔𝖘𝖆²꧂
kalau gak lurus atau gak putus kak ?!
2023-03-31
0