Episode sebelumnya...
Mendengar hal itu Deni hanya manggut-manggut saja, dalam hatinya berdoa semoga itu memang hanya gertakan Radit saja karena merasa sakit hati tidak bisa memiliki Livia.
Happy Reading and Enjoy guys
Dua hari berlalu, namun tidak ada tanda-tanda Radit yang akan melakukan sesuatu kepada Livia ataupun Deni.
Hari ini, Livia dan Deni, berencana akan pergi ke Mall lagi untuk berbelanja kebutuhan Livia, sesuai janji Deni yang akan memberikan hadiah kepada gadis itu.
"Deni, aku mau hadiahnya berbelanja di Mall aja. " Ucap Livia memanfaatkan kesempatan tersebut untuk mengambil keuntungan dari Deni.
"Iya boleh, tapi gak boleh lebih dari 2 juta yah belanjanya. "
"Yah, 2 juta doang. " Livia menunjukkan ekspresi kecewa padahal uang satu juta itu sudah sangat cukup untuk berbelanja baju kaos yang sedang di inginkan oleh Livia.
"Ya udah aku tambahin 1 juta lagi. " Ucap Deni kemudian membuat Livia langsung tersenyum senang.
Deni mengeluarkan uang dari dalam dompetnya dan memberikannya kepada Livia, dengan senang hati Livia menerima uang tersebut.
"Nah gitu dong, mesti baik-baik sama aku biar hubungan kita juga baik-baik aja, hehehe. " Livia memeluk lengan kiri Deni sementara tangan Deni yang lain sedang menyetir.
"Hmmm Tapi nanti, kamu gapapa kan kalau perginya sendiri?. " Ujar Deni hati-hati.
"Loh emangnya kenapa?. " Livia terlihat sedikit kecewa mendengar ucapan Deni barusan.
"Iya soalnya aku ada acara, mau nganterin mama ke akikahannya anak sepupu aku. " Deni menjelaskan alasannya tidak bisa mengantar Livia.
Livia yang mendengar itu memutar bola matanya, malas.
"Ya udah deh, tapi kamu beliin aku bensin yah?. " Livia yang sudah di berikan uang 3 juta meminta uang lagi, untuk membeli bensin karena harus mengendarai mobilnya sendiri.
Livia merasa sayang, untuk mengeluarkan uang pribadinya.
"Iya Livia, sayang. " Ujar Deni yang sepertinya sedang di mabuk asmara tidak sadar dirinya sedang di poroti sedikit demi sedikit oleh Livia.
"Oke deh Deni, kamu emang yang paling baik. " Teriak Livia kembali merasa senang. Tidak masalah jika Deni tidak mengantarnya asalkan ia tidak rugi satu rupiah pun.
Tidak lama kemudian mereka sudah sampai di depan rumah Livia.
"Nih 200 ribu buat beli bensin. " Deni mengeluarkan empat lembar pecahan lima puluh ribu.
"Ok deh aku turun yah, kamu hati-hati yah di jalan. " Ujar Livia mengambil uang pemberian Deni dan turun dari mobil cowoknya itu.
"Dah Livia, nanti kalau acaranya udah selesai aku bawain kamu makanan yah kesini... "
"Iya Den, dadah Deni. " Livia melambaikan tangannya sambil berdadah-dadah kepada Deni yang mobilnya sudah semakin jauh dari pandangan Livia.
Livia kemudian masuk ke dalam rumahnya dan mendapati tidak ada satu orang pun di dalam. Gadis itu kemudian masuk ke dalam kamarnya, membersihkan dirinya dan bersiap-siap untuk berbelanja seorang diri ke Mall.
###
Livia mengitari beberapa toko pakaian namun, belum juga menemukan kaos yang gadis itu inginkan, karena sudah merasa lelah ia kemudian memutuskan untuk mencari jam tangan baru saja.
"Ah pesan online ajalah nanti, bikin capek aja. " Ujar Livia, setelah merasa prustaai tidak mendapatkan kaos yang di inginkan nya di Mall tersebut.
Setelah mendapatkan satu jam tangan yang menurutnya sangat modis dan cocok dengan gayanya Livia memutuskan untuk segera pulang ke rumahnya, sebentar lagi hari akan gelap. Orang tuanya juga pasti akan khawatir jika gadis itu belum pulang sampai malam.
Sesampainya di parkiran, Livia mengecek mobilnya dengan memencet remot jarak jauh mobilnya itu. Suasana di parkiran tersebut terasa sangat sepi dan mencekam, Livia menghentikan langkahnya sejenak merasa ada seseorang yang mengikuti langkahnya.
"Kok kayak ada orang lain yah? Tapi sepi banget lagi. " Gumam Livia, berbicara kepada dirinya sendiri.
Livia kemudian melanjutkan langkah kakinya menuju ke mobil.
Livia segera membuka mobilnya dan masuk kedalam mobil tersebut namun belum sempat menutup pintunya tiba-tiba sebuah tangan menahan pintu mobil tersebut, Livia yang melihat itu sontak terkejut.
"Livia." Suara laki-laki yang terdengar sangat familiar di telinga gadis itu.
"Radit? Apa-apaan kamu?. " Bentak Livia mencoba mendorong tubuh Radit dengan kakinya agar laki-laki itu menjauh dari mobilnya.
"Ini akibatnya karena kamu gak mau dengerin perkataanku, Livia rasakan ini. " Radit menjambak rambut gadis itu.
"Aw ah sakit, kurang ajar kamu Radit. " Umpat Livia.
"Kamu yang kurang ajar, aku udah kasih kamu kesempatan buat mutusin hubungan kamu sama si pecundang itu, tapi apa? . " Bentak Radit.
"Akukan udah bilang berkali-kali sama kamu, kalau aku udah gak mau lagi sama kamu, siapa juga yang mau sama cowok yang temperamen kayak kamu gini, aw sakit. " Balas LiviaLivia mencoba melepaskan tangan Radit dari rambutnya.
Namun karena tubuh Radit yang jauh lebih besar darinya membuat gadis itu tidak dapat melakukan banyak hal. Radit langsung masuk ke dalam mobil Livia, mendorkng tubuh gadis itu ke kursi bagian belakang dan dengan mudahnya merobek pakaian Livia secara kasar.
"Kurang ajar kamu, Radit! Kamu pikir dengan kamu kayak gini aku bakalan mau bukan sama kamu? Gak bakalan. " Livia terus mencoba melepaskan diri dari Radit dan meraih pegangan mobil berusaha untuk membuka pintu mobil bagian samping di kursi penumpang.
Namun Radit langsung menari Livia sehingga gadis itu tidak dapat meraihnya, Radit kemudian mengunci mobil tersebut dan melemparkan tubub Livia ke kursi penumpang.
"Radiiiiiitttt, kurang ajar kamu, lepasin aku Radit, Tolooooonggg. " Livia menjerit kesakitan sekaligus ketakutan melihat laki-laki itu semakin beringas menjamah tubuhnya.
Livia merasa dunianya akan hancur jika ia tidak segera membebaskan diri dari laki-laki brengsek yang sedang mencoba menindih tubuhnya itu.
"Tolooooonggg,. " Teriak Livia lagi, berharap ada seseorang yang akan mendengar suaranya. Namun nihil tidak ada satu orang pun disana.
"Radittt plis maafin aku, lepasiiiiiiin sakit Radittt brengsek. " Livia terus memberontak.
"Diam!. " Bentak Radit membekap mulut Livia lalu menyumpal nya dengan sebuah kain. Radit merobek seluruh pakaian yang melekat pada Livia, hingga gadis itu polos tidak mengenakan sehelai benang pun.
"Radittt, sialan kau. " Umpat Livia dengan sia-sia tenaganya kalah oleh Radit namun Livia masih mencoba meloloskan diri dari laki-laki itu.
"Aku sudah memperingati mu, untuk putus dengan pecundang itu tapi kamu malah terus-terussan pergi bersamanya, dasar ******. " Bentak Radit melebarkan Paha Livia yang masih meronta-ronta.
Radit segera membuka resleting celananya dan melakukan sesuatu yang tidak pantas, sesuatu yang membuat Livia tidak akan pernah bisa melupakan kejadian buruk itu selama sisa hidupnya.
Livia menangis histeris, merasakan sesuatu memasuki tubuhnya, gadis itu merasa sangat kesakitan. Tubuhnya, jiwa dan raganya, sakit.
"Aku bersumpah tidak akan pernah memaafkanmu Radit. " Batin Livia. Sia-sia saja ia mencoba melawan, tubuh laki-laki itu jauh lebih besar dan tenaganya berkali-kali lipat dari pada Livia.
Gadis itu hanya bisa menangis, merintih kesakitan. Lalu tidak lama kemudian ia merasakan sesuatu menghantam kepalanya, Livia pingsan tidak mengingat apapun ya g terjadi setelahnya.
Bersambung.. .
Klik like, vote subscribe dan komentar yah guys biar author semangatttsss makasih guys.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 93 Episodes
Comments
Qaisaa Nazarudin
GILA si Radit..Ini mah bukan CINTA tapi OBSESI,kalo orang udah gak suka ya udah,maksa banget,Cewek tuh bukan Livia doang,Cewek Matre kek gitu di rebutin...
2024-09-29
0
Qaisaa Nazarudin
Kecil' aja udah matre,Gimana saat udah gede..
2024-09-29
0
🥀
takut banget loh kalau bahas jatah gini🤧🤣🤣🏃♀️🏃♀️🏃♀️
2023-04-07
0