Hadirnya buah hati di tengah-tengah keluarga membawa suasana yang baru. Yudi dan Lusi sangat bahagia, demikian juga dengan keluarga pak Arman dan keluarga pak Tono.
Hari ini pak Arman dan ibu Dina datang ke rumah keluarga pak Tono untuk menghadiri undangan syukuran atas lahirnya cucu mereka.
Mereka di antar oleh Rama, anak pertama yang tinggal di luar kota dan menjalani hidupnya sebagai pebisnis. Kebetulan kemarin ia datang untuk mengurus bisnisnya dan ia membawa mobil maka ayahnya meminta tolong agar ia bersedia mengantar mereka untuk menghadiri acara syukuran yang akan digelar hari ini.
"Mari, Pak, Bu!" sapa pak Tono dengan ramah menyambut kedatangan mereka.
"Terima kasih, Pak!" jawab pak Arman sambil mengikuti pak Tono dari belakang.
Yudi dan Lusi datang menghampiri mereka. Keduanya menyalami dan memeluk orang tuanya.
"Ehh, ada Kak Rama," sapa Yudi lalu memeluk kakaknya dengan hangat. Sudah lama kakak-beradik ini tidak pernah ketemu, itulah sebabnya keduanya berpelukan agak lama untuk melepas rasa rindu. Lusi pun ikut menjabat tangan kakak iparnya.
"Mana cucuku?" tanya ibu Dina karena ia sudah tidak sabar ingin menimang cucunya. Bersamaan dengan itu ibu Maria muncul dari pintu sambil menggendong cucunya. Ia langsung memberikan kepada ibu Dina.
Tidak lama kemudian acara segera dimulai. Acara yang cukup sederhana dan singkat namun sangat berkesan, terutama bagi keluarga pak Arman.
Setelah para tamu dan undangan menikmati hidangan yang sudah tersaji di meja mereka lalu pulang ke rumah masing-masing, pak Arman dan ibu Dina serta Rama masih menyempatkan diri untuk duduk bersantai sambil ngobrol bersama keluarga pak Tono.
Ada rasa kekeluargaan membuat mereka betah untuk berlama-lama, namun Rama memberi kode bahwa hari ini ia harus balik ke rumahnya karena ada pertemuan penting yang harus ia hadiri sebentar malam.
Kedua orang tua Yudi merasa berat untuk meninggalkan cucunya tapi Yudi berjanji akan membawa anaknya ke rumah mereka setelah Lusi sudah benar-benar pulih.
"Ini ada sedikit ole-ole!" kata ibu Maria yang datang menghampiri dengan menjinjing dua kantong kresek, entah apa isinya.
"Aduh, ibu repot segala, terima kasih yah!" seru ibu Dina dengan ramah.
"Sama-sama, Bu,"
Rama merabah saku bajunya dan mengeluarkan amplop lalu diserahkan kepada Lusi sebelum mereka naik ke mobil.
"Terimalah, jumlahnya tak seberapa!" ucapnya dengan wajah datar. Rupanya sudah begitulah pembawaan kakak iparnya ini.
"Terima kasih, Kak! Sampaikan salam kami kepada kak Ida dan kepada ponakan!" ujar Lusi dengan sopan.
Rama hanya mengangguk lalu segera naik ke mobil.
"Pantas aja, Yudi senang tinggal di rumah mertuanya karena mereka ternyata sangat baik dan ramah. Kita saja yang baru beberapa jam bersama dengan mereka bisa merasakan kebaikan dan ketulusannya." Pak Arman mengakui kebaikan keluarga pak Tono.
"Kita harus bersyukur karena anak kita bisa menjadi bagian dari mereka dan lihat saja bagaimana perubahan pada Yudi setelah ia menikah dengan Lusi!" Ibu Dina ikut berpendapat.
"Doakan saja, Bu, agar mereka selalu bersama dan hidup bahagia!" sambung Rama dengan tatapan yang tetap fokus pada jalanan di depan.
"Amin!" sahut pak Arman dan ibu Dina bersamaan.
Tiba di rumah, Rama hanya turun sebentar mengambil tas dan meneruskan perjalanan. Ibunya menitip satu kantong kresek pemberian ibu Maria untuk anak menantu serta cucu-cucunya.
***
Bayi yang diberi nama 'Dhey' kini sudah berumur tiga bulan dan ia tumbuh dengan sehat bahkan sudah peka dengan suara dan orang-orang yang berada di dekatnya.
Kini, giliran orang tua Lusi yang merasa sedih karena Yudi dan istrinya sudah sepakat untuk memulai usaha di rumah orang tuanya. Sudah ada satu ruangan yang siap pakai dan pembangunan masih terus berlangsung.
Pak Tono dan ibu Maria harus merelahkan anak dan cucunya pergi dari rumah karena ini menyangkut masa depan mereka. Sebelum berangkat, Yudi dan Lusi telah mendapat banyak nasihat dari kedua orang tuanya yang akan menjadi bekal dalam melanjutkan kehidupan.
Sebuah mobil sudah memasuki pekarangan rumah yang akan menjemput mereka. Mobil tersebut di sewa oleh pak Arman khusus untuk menjemput anak dan cucunya.
Pak Tono dan ibu Maria membantu untuk menaikkan barang-barang ke atas mobil hingga semuanya beres.
Ibu Maria memeluk anaknya dan mencium cucunya sambil meneteskan air mata.
"Ibu jangan nangis dong!" kata Lusi yang berusaha menahan air matanya.
"Iya, Bu, kami akan sering-sering datang ke sini menjenguk Ayah dan Ibu," ucap Yudi pula menghibur mertuanya.
Ibu Maria menyeka air matanya dan berusaha tersenyum.
"Nah, gitu dong... atau kalau Ibu dan Ayah rindu, boleh kok datang ke sana, toh jaraknya sangat dekat," sambung Yudi lagi.
"Iya, Nak."
Lusi menggendong bayinya lalu naik ke mobil dan Yudi juga mengendarai motornya lalu mengikuti mobil tersebut.
Tiba di rumah, Yudi jadi terharu melihat toko yang sudah berdiri dengan ukuran yang cukup besar. Satu ruangan sudah jadi bahkan sudah terisi dengan berbagai model pakaian dengan segala ukuran. Sungguh ini semua butuh modal ratusan juta.
Rupanya pak Arman dan ibu Dina ingin memberikan kejutan kepada anaknya. Mereka rela menjual sebidang tanah miliknya yang ada di pusat kota untuk digunakan membangun toko dan sekaligus untuk modal usaha.
"Hey, kenapa bengong? Ayo, antar anak dan istrimu dulu masuk ke dalam rumah!" teriak ibu Maria karena melihat anak mantu dan cucunya sudah kepanasan di luar.
"Oh, iya... hampir lupa," sahut Yudi sambil terkekeh.
Sopir yang membawa mobil tadi membantu Yudi untuk menurunkan semua barang-barang dan langsung membawanya ke dalam rumah.
"Terima kasih, Pak Dadang, sudah menjemput anak kami!" ucap pak Arman sambil menyodorkan uang merah sebanyak lima lembar kepada pak Dadang.
"Kenapa banyak sekali, Pak?" tanyanya dengan heran karena tidak biasanya ia mendapat uang sewaan sebanyak itu apalagi jarak tempuhnya tadi cukup dekat.
"Nggak apa-apa, saya ikhlas kok," sahut pak Arman.
"Kalau begitu, terima kasih dan sekalian saya pamit dulu!" ucap pak Dadang dengan gembira.
"Sama-sama, Pak Dadang. Hati-hati di jalan!"
Setelah pak Dadang pergi, mereka bekerja sama untuk mengatur barang-barang bawaan tadi di kamar yang akan dihuni oleh Yudi bersama istri dan anaknya. Kamar yang ukurannya tiga kali lipat dibanding kamar mereka yang dulu.
Pak Arman dan ibu Dina secara bergantian menggendong cucunya. Keduanya sangat bahagia karena akhirnya mereka akan tinggal serumah.
Yudi mengajak istrinya untuk melihat-lihat isi toko. Pada lebel pakaian, semua sudah tercantum kode harga. Yudi jadi heran, siapa yang mengerjakan semua ini? Nggak mungkinlah kalau ayah atau ibu yang melakukannya? Lalu siapa? Pertanyaan-pertanyaan ini muncul dalam benak Yudi.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 47 Episodes
Comments