Sudah punya calon sendiri.

"Dokter, pasien gawat darurat baru saja tiba, terjadi kecelakaan lalu lintas di jalan X, korban satu orang mengalami benturan keras di kepalanya!" ujar suster yang berjaga memberitahukan.

Kana yang sedang dinas malam menggantikan Raka segera menemui pasiennya, dia harus memeriksa bagaimana keadaan awal pasiennya itu.

"Apakah sudah diperiksa skala komanya?"

"Belum Dok!"

"Pindahkan dia pelan-pelan!"

"Periksa tekanan darahnya!"

"Koneksi oksigen!"

"Baik Dok!"

Kana melihat wajah itu, dia sangat mengingatnya karena wajah gadis itu sungguh telah mengganggu kerja otaknya di beberapa hari ini. Meskipun dirinya sudah memutuskan untuk melupakan dan menganggap hanya angin lalu saja, namun nyatanya tidak semudah itu.

"Sebentar! Saya akan memeriksa detak jantungnya!"

"Tekanan darah, 110/80 Dok!"

"Oksigen siap!"

"Periksa lukanya!"

"Hubungi departemen oskeologi!"

Kana memeriksa dengan teliti, dibantu beberapa perawat dirinya mulai bisa mengerti kondisi terkini pasien.

"Dia mengalami cidera kepala! Koma tengah! Siapkan operasi!" titahnya.

"Baik Dok!"

Tengah malam itu juga Kana harus mengoperasi gadis yang setelah di ketahui namanya adalah Kim Obelia. Baru saja berumur delapan belas tahun. Dia memang telah menduga kalau gadis itu memang masih sangat muda, dari cara Kim memperlakukannya hari itu saja menurutnya Kim adalah gadis remaja yang manja.

Kedua orang tua Kim sudah datang, mereka yang baru saja mendarat di Indonesia sepulang dari perjalanan bisnis pun langsung saja menuju rumah sakit saat dikabarkan oleh Dian kalau Kim, anak semata wayang mereka kecelakaan.

Entah apa yang terjadi pada Kim sebenarnya hingga bisa sampai kecelakaan pun tidak ada yang mengetahui, warga menemukannya sudah tidak sadarkan diri dengan mobil yang menabrak pembatas jalan.

Setelah lima jam berlalu akhirnya operasi selesai dan berjalan dengan lancar, Kana keluar dari ruang operasi dan langsung diberondong pertanyaan oleh kedua orang tua yang di duganya pastilah orang tua Kim.

"Bagaimana keadaannya?"

"Apakah putriku baik-baik saja? Tolong selamatkan dia, dia anak kami satu-satunya!"

"Operasi berjalan lancar, mungkin sebentar lagi tim saya akan memindahkan anak Ibu dan Bapak ke ruang perawatan, barulah di sana nantinya pasien bisa dijenguk!" jelas Kana dengan ramah.

"Oohhh, syukurlah ya Tuhan, Kim bisa melaluinya."

"Kalau begitu saya permisi!" pamit Kana, dibalas anggukan oleh kedua orang tua Kim.

Di dalam ruangannya Kana masih berpikir tentang Kim, kemarin dia mengatakan kalau jika dia bertemu Kim lagi maka dia tidak akan melepaskan gadis itu, jadi mungkinkah Kim memang dipertemukan padanya untuk merajut sebuah cerita bersama. Namun jarak antaranya dan Kim, usia yang terpaut jauh, dia saja sudah hampir kepala tiga di dua bulan lagi. Sedang anak itu, masih delapan belas tahun. Gila saja kan kalau dia sampai mempertahankan Kim dan menaruh rasa pada gadis itu.

Kana benar-benar bingung, apakah dia harus mencobanya dengan gadis itu, atau menjadikannya seperti biasanya. Tidak peduli akan apapun dan kembali bersikap acuh.

"Biarkan saja, ini tidak akan lama, tentunya rasa ini akan hilang dengan sendirinya." gumamnya pelan sembari menuangkan air di gelas dan lalu menenggaknya habis, proses operasi memang melelahkan.

Untung saja besok dirinya juga kena giliran dinas malam, jadi saat pagi nanti dia bisa istirahat di di rumah untuk menghilangkannya penat sebelum kemudian bertempur lagi.

Namun, lamunannya itu buyar kala mendengar dering ponselnya yang berbunyi keras. Ternyata Ayahnya yang menelpon, Kana mend*sah berat, jika Ayahnya yang menelpon tentu saja dia tau apa tujuannya, memikirkan itu Kana begitu malas kalau saja tidak mengingat bakti pada orang tua.

"KANA!" teriakan yang menggema langsung saja menyapa telinga Kana, bisa budek mendadak jika tiap hari dia diperlakukan seperti ini.

Punya bokap gini amat yak, serasa pengen di giveaway aja, tapi bokap satu-satunya.

"Ayah..." sapanya halus. Menahan sabar itu tidak mudah, namun tetap saja harus kita lakukan, anggap saja kita sedang mengalah akan keadaan dan memborong pahala.

"Ayah sudah menyiapkan kencan buta untukmu, jadi pagi nanti kamu harus menurut!"

"Ayah, Kana baru saja selesai mengoperasi pasien, Kana tidak ada waktu untuk itu!"

Kana mend*sah pelan, baru saja kemarin dia menertawai Raka karena terlibat perjodohan, lalu apa ini? Kencan buta? Haha... Apa pemikiran orang tua tidak jauh-jauh dari itu-itu saja?

Menikah? Tidak taukah orang tuanya ini kalau dirinya saja begitu sulit untuk keluar dari trauma yang namanya pernikahan.

"Ya baiklah, baiklah, terus saja begitu, kamu pikir Ayahmu ini hanya mengancam untuk mencoret nama Kana Rhys Akara itu dari kartu keluarga?" ancam Tuan Akara lagi, berusaha meyakinkan.

Waduh, bisa nggak dapet jatah warisan gue?

"Tapi Yah..."

"Hanya ada dua pilihan, dan kau sudah menyia-nyiakan kesempatan, sampai kini tidak ada juga wanita yang bisa kau bawa menjadi calon istrimu, jadi mau tidak mau kau harus menurut, pagi nanti jam delapan, temui calon dari Ayah dan Bunda, alamatnya akan Ayah share sebentar lagi!"

"Yah, tolong... Kana bahkan batu aja selesai dengan operasi, izinin Kana buat tidur pagi, Kana capek banget Yah, ngantuk... Bisa nanti-nanti kan kencannya?" Kana meminta kelonggaran, kencan buta? Enggak deh! Dikira dia nggak laku apa? Segini gantengnya banyak banget kali yang ngantri buat jadi istri, gue aja yang males, batinnya dongkol.

"Nggak bisa, temui atau nggak usah kencan tapi langsung jadi istri!" ancam Tuan Akara lagi. Sepertinya kali ini nggak main-main. Orang tua ini kayaknya emang ngebet mau punya mantu. Makannya kemaren-kemaren punya anak itu jangan cuma satu, jadi kalau yang satu nggak mau nikah masih ada harapan lain buat dapet cucu. Gila yaaa, nikahin anak kayak mau nikahin kambing! Mbheeekkk...

"Yah..."

"KANA!"

Kana menghela napasnya berat, kelapanya ia paksa berpikir untuk menemukan alasan yang masuk akal, dia sama sekali tidak ingin melakukan kencan buta. Buang-buang waktu saja menurutnya. Dan lagi, dia sama sekali tidak berniat untuk mengakhiri masa lajangnya.

"Kana sudah punya calon sendiri Yah!" ujar Kana pada akhirnya, cepat sekali, dan sungguh dia sampai menyesali perkataannya yang tiba-tiba itu. Calon? Calon dari gunung atau lembah mana coba yang akan dirinya perkenalkan. Bisa ditarik lagi nggak pengakuannya itu, setelah dipikirkan selama lima detik, bukannya mempermudah, jawaban itu malah akan semakin mempersulitnya.

"APA???"

Hening,

Hening,

Hening,

Kana tidak berani mengulang kata-katanya. Nggak mau tanggung jawab.

"Kana? Kau bilang sudah ada calon sendiri? Benar begitu?" selidik Tuan Akara dari seberang sana.

"Ekhmm!"

"Benar?"

Mau tidak mau dengan berat hati Kana mengiyakan. "Iya Ayah!"

Bersambung...

Terpopuler

Comments

Lia Yulia

Lia Yulia

🤣🤣🤣calon pacar maksudnya...

2023-03-11

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!