"Gue liat segampang itu lo selingkuh dari gue!" ujar Ryan, menatap rendahan gadis di hadapannya ini.
"Kenapa? Apa lo cemburu?" Kim mencoba bersikap acuh, meski rasanya kali ini ia ingin sekali jingkrak-jingkrak karena saking senangnya, misi mencari perhatian Ryan nyatanya benar-benar berhasil.
Panas kan lo, panas kan? Makanya jangan main-main sama gue, Kim Obelia mau dilawan!
Kali ini gue percaya, dia nggak bakalan ngacuhin gue lagi, Kim... Siap-siap aja Lo bakalan menghadapi kebucinan seorang Ryan.
"Kita putus saja!"
Duarrr, perkataan tanpa belas kasih yang diucapkan Ryan itu mampu menghentikan dunia Kim sebentar, putus? Kata yang bahkan tidak pernah terpikirkan olehnya, dia pikir Ryan akan merengek meminta dirinya untuk berubah, menguatkan hubungan mereka, dan berharap mereka berdua akan saling menjaga satu sama lainnya, dia pikir Ryan akan merayunya untuk tetap bersama, atau paling buruk marah padanya tentang masalah kemarin. Namun untuk putus? Tidak pernah memikirkan akan sampai sejauh itu. Sungguh!
Putus! Kita putus saja! Kata itu berdengung memenuhi telinga Kim, tiba-tiba saja air matanya malah sudah lancang mengalir dengan sendirinya.
Bukan, bukan ini yang dirinya inginkan, kalau boleh Kim menginginkan Ryan yang akan mempermasalahkan kejadian kemarin dan lalu minta maaf karena telah mengabaikannya, berusaha untuk membuatnya luluh. Tapi, kenapa? Kenapa malah menjadi seperti ini? Tidak, ini tidak benar! Bukan seperti ini yang Kim harapkan.
"Lo nggak sedang becanda kan?" tanya Kim memastikan. Aaahhh, Ryan... Mungkin saja ingin membalasnya, yah berpikiran positif, lagi pula pria yang menjadi teman sandiwaranya kemarin mungkin memang cukup tampan, hingga berhasil seratus persen membuat Ryan cemburu. Setelah ini, tentunya dia akan menjelaskan apa yang terjadi sebenarnya, secara rinci, bahwa hal yang dilakukannya kemarin hanyalah main-main. Untuk mengetes kadar cinta Ryan padanya.
Ryan menggeleng, "Enggak, seperti lo yang nggak becanda jalan berduaan sama cowok lain!" ujarnya yakin.
Ahhh benar, dia hanya sedang cemburu!
"Ryan gue cuma main-main, sumpah!" aku Kim pada akhirnya, menunjukkan dmtanda huruf V dengan kedua jarinya, sumpah yaaa, dia tidak memikirkan sampai sejauh ini, sungguh tidak pernah ada dalam bayangannya bahwa tindakannya kemarin malah akan menjadi sebuah petaka dalam hubungannya.
"Main-main? Tapi sayangnya gue bukan mainan lo, yang bisa lo anggap baik-baik aja mau lo perlakuin kek gimana?"
"Ryan..."
"Udah Kim, gue udah muak sama sifat manja lo, selalu aja caper, nggak pernah ngertiin gue, di hubungan ini lo itu posesif gila, gue nggak bakalan selingkuh kok Kim kalau aja lo masih bisa mikir waras, tapi sayangnya makin hari lo malah bikin gue jenuh sama hubungan ini, dan kemarin keknya batas sabar gue udah ilang, gue bener-bener nggak bisa lanjutin hubungan ini, gue kecewa sama lo!" jelas Ryan lagi, menjabarkan betapa banyak kekurangan Kim menurutnya, dan sejurus juga berhasil membuat Kim menangis.
"Ryan... Gue... Oke gue minta maaf, kalau lo ngerasa gue terlalu manja dan overprotektif sama lo, tapi please lo nggak bisa putusin gue kek gini, Ryan gue mohon!" ujar Kim sembari menahan tangisnya.
"Seharusnya lo mikir Kim, cuma gue yang mau sama lo, cewek manja dan sama sekali nggak bisa diandelin, bisa nggak sih lo itu nggak banyak maunya, pacaran biasanya aja dan nggak usah banyak nuntut, lo pikir gue seneng dengan sifat kenakak-kanakan lo selama ini, yang ada gue muak!"
"Ryaaann..."
"Gue udah final! Gue harap lo nggak ngarepin gue lagi karena gue sama lo bener-bener udah selesai." ujar Ryan, lalu pria itu tanpa belas kasih pergi meninggalkan Kim.
"Ryan..."
"Ryaaaannn..."
Ingin rasanya Kim berlari mengejar Ryan, mengambil tangan pria yang baru saja berganti status menjadi mantan pacar itu lalu memohon sekali bahkan ribuan kali lagi untuk hubungan mereka. Tapi di cafe ini terlalu banyak orang, dia tidak mau menjadi pusat perhatian, setidaknya dia tetap harus mempertahankan harga diri, meski rasanya dadanya sesak sekali, air matanya juga sudah lirih membanjiri, perasaan kesakitan yang seakan membuatnya terbunuh perlahan, rasanya benar-benar seperti ingin mati saja.
Sebucin itu? Yah, Ryan adalah cinta pertama Kim, dia tidak pernah pacaran sebelumnya karena orang tuanya tidak mengizinkannya pacaran sebelum tamat SMA. Setelah lulus SMA, Kim yang baru saja pulang berlibur dari mengunjungi neneknya di Korea waktu itu bertemu dengan Ryan yang dianggapnya begitu baik, berkenalan dan keduanya menjadi dekat, siapa sangka satu minggu kemudian Ryan menyatakan perasaannya, semenjak hari itu Kim merasa dunianya benar-benar berubah, terhanyut akan perhatian kecil Ryan yang dianggapnya begitu membuatnya terpesona. Yah untuk ukuran seseorang yang sedang dimabuk asmara karena baru mengenal cinta hak seperti itu memang cukup wajar. Tidak adanya pengalaman membuat Kim menganggap Ryan adalah benar-benar pria yang tulus.
Tapi hari ini, dunianya bagai hendak mau runtuh, Ryan memutuskan hubungan dengannya, dengan alasan yang sangat disesali oleh Kim, kalau saja dia tidak terlalu mengekang Ryan, kalau saja dia lebih mau mengerti, lebih mau mempertimbangkan apa saja yang Ryan suka dan Ryan benci, kalau saja dia tidak terlalu manja dan setiap saat menjadi orang yang paling khawatir, dan masih banyak kalau saja yang harus Kim sesalkan.
Jangan lupakan kesalahannya yang begitu fatal, kalau saja kemarin dia tidak melakukan itu, memilih acak seorang pria hanya untuk mendapatkan sedikit perhatian Ryan, ya Tuhan apa yang sudah aku lakukan? Pikir Kim benar-benar kesal.
"Ini salah gue... Salah gue yang udah bikin Ryan pergi, ini salah gue!" ujarnya tak berhenti menyalahkan diri sendiri.
Kim dengan langkah lunglai menuju pintu keluar cafe itu, orang pertama yang akan dirinya cari tentunya adalah Dian, yah saat ini dirinya benar-benar membutuhkan sahabat terbaiknya itu.
Air mata sudah keluar, meskipun Kim menahannya berkali-kali, meski dia terus mengelapnya untuk tidak jatuh terlalu banyak. Tidak peduli bagaimana kerasnya dia berusaha, air mata itu malah tetap luruh begitu saja.
Dengan bergetar Kim menekan panggilan untuk menghubungi Dian, ingin mengajak sahabatnya itu bertemu. Namun beberapa panggilan sepertinya keberuntungan pun tidak berpihak padanya.
"Dian, lo kemana..." ujarnya hampir frustasi. Menekan kembali nomor Dian, menghubungi lagi dan lagi, namun tidak juga terdengar jawaban dari seberang sana. Hingga hal itu berhasil membuat Kim menangis terisak.
Kala itu, hujan pun turun, seolah mengerti betapa menyedihkan hidupnya ini.
"Ryan... Maafin gue!"
"Hiks hiks..." Kim melangkah pelan menuju parkiran, tidak peduli kalau tubuhnya akan kehujanan. Mungkin hujan memang sedang membantunya, untuk menemaninya menangis.
Bersambung...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 31 Episodes
Comments
Lia Yulia
udah ya Kim...nangisnya sampai sini az...sayang airmata kalau di buang buat orang yg modelan begitu😤
2023-02-07
2