Tania Tak Bahagia

Sesampai di rumah Tania langsung masuk ke dalam kamar, ia membantingkan tubuhnya ke kasur dengan kasar.

Seperti inilah keseharian Tania saat pulang sekolah, tidak ada siapa-siapa di rumah kedua orang tuanya selalu pulang malam sedangkan para Art nya sibuk di dapur dan sibuk dengan pekerjaan mereka masing-masing.

Rasa kesepian selalu melanda hatinya, inikah namanya hidup bergelimang harta tapi tidak bahagia sama sekali, nyatanya uang bukan segalanya ya biarpun segalanya butuh uang.

Tania berguling-guling kesana kemari, iya hidupnya ini seperti tak punya tujuan hidup, kedua orang tuanya juga tidak pernah bertanya apa maunya?

"Non Tania, ayo makan dulu!"

Suara yang tidak asing ketukan pintu berulang kali membuat Tania akhirnya beranjak dari kasur yang empuk miliknya itu.

"Iya Mba," sahutnya dari dalam kamarnya.

Tania membuka pintu kamarnya, Sri juga masih setia menunggu sang majikan di depan pintu kamarnya.

"Mama sama Papa sudah pulang, Mba?" tanya Tania, jam sudah menunjukkan pukul 9 malam aku berharap kedua orang tuaku sudah pulang kerja agar bisa makan malam bersama.

"Belum Non, tadi Nyonya menelpon katanya Non di suruh makan duluan saja! Soalnya Nyonya dan Tuan pulangnya jam 12 malam," ujar Sri dengan nada lembut.

Seketika harapan Tania pupuslah sudah untuk makan malam bersama kedua orang tuanya, lagi-lagi kedua orang tuanya pulang malam dan bisa jam pagi baru pulang, entah apa saja pekerjaan mereka di kantor mereka masing-masing?

Tania menuruni tangan dengan langkah kaki tidak semangat, mau makan saja rasanya malas sekali.

Sesampainya di ruang makan Tania hanya bengong, ia duduk menatap kursi meja makan satu persatu dan semuanya kosong.

"Mba Sri, temani aku makan ya!" pinta Tania, kedua matanya terlihat begitu sedih.

Sri mengangguk, lalu ia menarik kursi yang letaknya di sebelahnya Tania duduk, lalu ia duduk.

"Non kenapa malah bengong?" tanya Sri, saat melihat Tania bengong seraya memandangi berbagai makanan yang ada di atas meja makan.

"Mba, kapan ya aku bisa makan malam atau sarapan pagi bersama kedua orang tuaku, mereka selalu berangkat pagi buta dan pulangnya juga selalu larut malam, sabtu, minggu saja mereka masih sibuk bekerja," keluh Tania kedua manik matanya tampak berkaca-kaca. Mungkin Tania ingin menangis tapi ia berusaha menahannya.

Sri mengerti akan kesedihan Tania, ia juga punya anak yang seusia dengan Tania, tapi jika Sri tidak bekerja ia tidak tahu bagaimana cara membiayai sekolah anaknya dan untuk menutupi kebutuhan lainnya? Sri juga seorang janda, mau tidak mau ia harus membanting tulang untuk anaknya dan sang Ibu yang sudah sepuh.

Dulu Sri menikah muda, jadi anaknya sudah besar seperti Tania.

"Non, sudah ya jangan sedih lagi! Ayo makan, nanti keburu makanannya dingin," kata Sri dengan nada lembut.

Sri mengambilkan nasi dan lauk pauk untuk anak majikan itu, lalu menaruh piring yang telah penuh dengan makanan itu di hadapan Tania.

"Non jangan nangis! Nanti makanan yang ada di meja makan ini ikut sedih," tutur Sri pada Tania.

Tania mengangguk, lalu pelan-pelan menikmati makanannya, biarpun suap demi suap rasanya hambar, penuh dengan kesedihan, makanan enak juga rasanya tidak enak, ya itu karena tidak pernah bisa menikmati makanan enak bersama dengan keluarga tercinta.

Dalam hati Tania, tidak semua orang kaya raya hidupnya bahagia, nyatanya aku, aku bisa pergi liburan kemana saja tapi kebahagiaan yang kecil yang aku inginkan tak bisa aku dapatkan. Kedua orang tuaku yang selalu sibuk, perhatian saja tak pernah aku dapatkan. Buat apa punya harta melimpah? Kalau kita tidak pernah bahagia, bukan aku tidak bersyukur tapi harta banyak tapi aku tidak bahagia sama sekali.

Setelah selesai makan malam Tania kembali masuk ke dalam kamar sedangkan Sri bergegas membersihkan meja makan, lalu mencuci piring bekas makan mereka tadi.

***

Tania mengecek ponselnya, ia terkejut melihat pesan masuk dan itu dari nomor baru, Tania yang penasaran ia langsung membuka pesan masuk itu.

"Tania..."

Tania terdiam. "No siapa ya?" batinnya dalam hati, cukup penasaran tanpa lama ia membalas pesan dari no baru itu.

"Saya, maaf ini siapa?"

Tring..

Saat melihat pesan balasan masuk, dengan senyuman bahagia dan tanpa menunggu lama langsung di bales balasan pesan dari Tania.

"Aku Rizki, kamu belum tidur?"

Hahh Rizki, dia dapat no aku darimana? Pasti dari Sella, tapi ya sudahlah biarin aja daripada aku selalu kesepian sepanjang hari.

"Oh Rizki, belum."

Dalam hati Tania, aku cuek sedikit lah lagian kan baru kenal juga.

Saat membaca balasan pesan Tania yang menurutnya begitu cuek, Rizki menghela nafas berat. "Aku pastikan kamu akan klepek-klepek sama aku Tania," batin Rizki yakin dalam hati.

"Tidurlah sudah malam!"

Dengan penuh usaha Rizki membalas pesan cuek Tania, ia yakin kalau cepat atau lambat pasti Tania akan jatuh cinta padanya.

Tania hanya membuka pesan dari Rizki, ia tidak membalasnya lagi.

Jam sudah menunjukkan pukul 12 malam tapi salah satu suara mobil kedua orang tuanya belum juga ia denger.

Aku yakin pasti kedua orang tuaku belum pulang juga, entah jam berapa nanti mereka akan pulang? Ya tidak yang tahu karena tidak tentu juga.

Tania memilih untuk tidur karena besok harus berangkat sekolah pagi-pagi.

Bersambung

Terimakasih para pembaca setia

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!