Akibat Pergaulan Bebas
Tania Angelina gadis yang usianya baru menginjak 17 tahun, ia berfaras cantik, berkulit putih dan rambutnya panjangnya hitam lekat.
Gadis yang berfaras cantik ini biasanya di panggil Tania.
Biarpun usianya baru menginjak 17 tahun tapi perawakan tubuhnya begitu menggoda, gunung kembarnya yang berisi, pinggangnya yang ramping, pantatnya yang bahenol, itu membuat para teman laki-lakinya berlomba-lomba mendapatkan hatinya, entahlah apa tujuan para teman laki-lakinya itu? Yang jelas Tania ini selalu menjadi incaran mereka semua.
Tania terlahir dari keluarga yang terpandang, semuanya ia punya dan uang saku juga tidak pernah kekurangan sedikitpun.
Tapi biarpun ia punya semuanya, dia selalu merasa kesepian apalagi mama dan papanya selalu sibuk dengan pekerjaan mereka setiap hari, hampir setiap hari mereka tidak rumah, Sabtu dan minggu yang harusnya libur saja sering kali di gunakan untuk pergi keluar kota, ya mereka pergi keluar kota karena alasan pekerjaan, tapi mereka lupa kalau mereka punya anak satu yang harus mereka urus dengan baik dan butuh perhatian lebih. Di hidup otak mereka hanya uang dan uang, sehingga mereka tidak tahu kalau putrinya selalu merasa sendirian dan kesepian setiap hari.
"Mama, Papa, mau kemana?" tanya Tania saat melihat kedua orang tuanya begitu rapi, padahal ini adalah hari Sabtu dan aturan mereka berdua itu libur kerja.
"Mama dan Papa ada kerjaan keluar kota, kami akan pulang hari minggu sore. Oh iya di rumah kan ada Mba Sri, kalau ada apa-apa katakan saja padanya ya Tan!" kata Friska, yang tidak lain adalah mamanya Tania.
"Ma, Pa, apa kalian harus berkerja setiap hari, aku juga butuh kalian," keluh Tania dengan tatapan sedih.
"Tania, kamu jangan manja deh! Mama dan Papa kerja itu buat kamu, biar kamu bisa hidup bahagia dan apapun yang kamu inginkan bisa kamu dapatkan," sahut Erza dengan nada agak tinggi.
Erza adalah Papanya Tania, ia cukup tegas dan cukup galak pada Tania.
Tania mengangguk, ia sedih tapi hanya di rasakan sendiri. Kedua orang tuanya tidak pernah sekalipun memikirkan apa sih maunya?
"Tapi Tania, ingin lebih banyak ngabisin waktu dengan Papa dan Mama saat hari libur sekolah," protes Tania dengan berani. Uang banyak tapi aku tidak bahagia, itu buat apa?
Ya Tuhan, katakan pada kedua orang tuaku bahagia itu tak harus punya uang banyak, uang sedikit juga kalau tercipta keluarga yang damai dan tentram sungguh itu sangat bahagia, dari bayi aku selalu di urus dengan suster, lalu setelah aku besar, aku malah tak pernah mendapatkan kasih dan sayang, sungguh aku ini bagikan anak tiri yang tak berhak mendapatkan kasih sayang dari kedua orang tuaku.
"Sudahlah Tan, jangan kebanyakan drama! Nanti Mama dan Papa bisa terlambat, ayo Pa kita berangkat sekarang!" Friska sedikitpun tak memperdulikan protesan dari Tania, baginya tidak penting yang penting cari uang dan uang banyak.
Sebelum pergi Tania mencium tangan kedua orang tuanya secara bergantian, kedua orang tuanya juga mencium kening Tania secara bergantian.
Friska dan Erza berlalu pergi meninggalkan rumah, Tania masih terdiam, tampak buliran air matanya membasahi kedua pipi mulusnya.
"Mba Sri," lirihnya dan Sri langsung mendekati lalu memeluk Tania dengan erat.
Sri adalah wanita yang umurnya sekitar 40 tahun, ia yang mengurus Tania dari bayi dulu. Sri bahkan menganggap Tania sudah seperti anaknya sendiri.
Hanya pelukan yang bisa Sri berikan untuk Tania berharap kesedihan Tania bisa sedikit berkurang.
"Sabar Ya Non!" bisiknya di telinga Tania, pelukan Sri begitu erat pada anak sang majikan itu.
"Mba, kenapa Mama dan Papa selalu sibuk mencari uang dan uang, tapi mereka tak sedikitpun memikirkan kebahagiaan Tania, apa yang Tania mau, mereka tidak pernah tahu," isak tangis Tania terdengar begitu kencang.
Sri tahu seberapa sedih Tania? Namun Sri hanya bisa memberikan pelukan dengan erat.
"Sabar ya Non," hanya kata-kata itu yang keluar dari mulut Sri.
Tania terdiam, entah sampai kapan aku harus sabar?
Bersambung
Terimakasih para pembaca setia
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 23 Episodes
Comments