BAB 11

BAB 11

Brian membuka matanya, ia terkejut ketika menyadari bahwa ia tertidur di sandaran sofa usai makan siang bersama mantan istrinya, bahkan Riana pun masih terlelap sama seperti dirinya, padahal tadi  ia berniat pergi usai makan siang, tapi ia justru tertidur, karena merasa nyaman berdekatan dengan mantan istrinya, bahkan ia bisa makan kenyang tanpa takut kembali memuntahkan makanannya.

Beberapa saat kemudian, Riana pun terbangun, Brian berpura pura kembali memejamkan matanya, karena tak mau ketahuan bahwa ia baru saja menatap intens wajah mantan istrinya dalam remang remang cahaya senja. 

Sama seperti Brian, Riana pun terkejut melihat Brian yang masih tertidur di ruangannya, tapi Riana acuh kemudian pergi ke toilet ruangannya untuk buang air, berganti pakaian nyaman, dan sedikit membersihkan wajah sebelum pulang ke apartemennya.

Brian sedang memeriksa ponsel ketika Riana keluar dari toilet, seperti yang sudah sudah, kini mereka kembali ke mode orang asing, tak ada sapaan apalagi pembicaraan.

Riana sedikit merapikan rambut dan penampilannya, sebelum meninggalkan rumah sakit.

“Aku mau pulang, terserah kalau kamu mau menginap di sini.” pamit Riana dingin, ia menyambar tas dan ponselnya sebelum berjalan ke arah pintu.

Rupanya Brian pun ikut berdiri dan mengikuti Riana, ia sengaja meninggalkan jasnya, agar esok ia punya alasan mendatangi mantan istrinya.

Mereka berjalan beriringan menyusuri lorong rumah sakit, walau tak se ramai pagi hingga siang tadi, tapi masih banyak pasien dan para petugas medis berlalu lalang.

“Aku ingin melihat anakku.” tiba tiba Brian mengungkapkan keinginannya.

“Kamu gila, bagaimana jika papaku tahu,”

Riana sendiri bahkan baru menyadari, ia belum memeriksakan kandungannya, karena bukan tidak mungkin jika ia memeriksakan kandungannya, papa Richard akan segera mengetahui kehamilannya, mengingat siapa papa Richard, maka tak heran jika banyak sekali mata, telinga, tangan dan kaki yang dimiliki papa Richard di rumah sakit.

“Sudah kuduga, kamu akan berpikir demikian, karena itulah, baru saja aku memanfaatkan koneksiku di rumah sakit Lizbeth, sekaligus menyesuaikan dengan jadwal kerjamu, jadi besok jam 7 pagi kita temui dokter kandungan.” 

Riana terdiam, tanpa perlu mengatakan apa apa, karena jika menolak sekalipun, Brian akan tetap melanjutkan niatnya.

Jadi Riana hanya menganggukkan kepalanya, terlalu lelah untuk berdebat.

Sesampainya di lobi rumah sakit, Fabian sudah menanti, mobil Brian baru, kali ini jauh lebih mewah dari hari sebelumnya, tapi Riana tak mau ambil pusing, ia hanya melengos menuju tempat parkir, tapi Brian menahan lengannya, Riana menatap sengit wajah mantan suaminya tersebut, “ada apa lagi? aku bahkan sudah mengiyakan semua permintaanmu,”

“Aku antar, toh besok pagi kita akan pergi ke tujuan yang sama.”

Waaahhh Brian benar benar layak mendapatkan hadiah nobel, karena sudah sukses menjadi pria paling arogan dalam hidup Riana.

Riana menghempaskan tangan Brian dengan kasar, “tolong … bersikaplah seperti kamu yang dulu, jangan terlalu berlebihan, ini tak terlihat seperti seorang Brian,"

Brian terdiam ia pun merasa aneh, kenapa tiba tiba bersikap seperti ini, "jadi biarkan aku pulang sendiri, terima kasih sudah menawarkan bantuan, tapi aku ingin menjauh darimu, di sisa hari ini.” pinta Riana.

Brian terdiam, ada rasa berat melepaskan mantan istrinya, entah kenapa, mungkinkah bayi dalam kandungan Riana lah yang membuatnya begitu berat melepaskan kepergian mantan istrinya tersebut.

Kemudian Brian mengangguk menyetujui keinginan Riana, “besok jam 6 aku jemput.” teriak Brian, ketika Riana menjauh.

Setelah melihat mobil Riana melaju meninggalkan rumah sakit, Brian pun memasuki mobilnya, Fabian sudah menanti di belakang kemudi.

“Tuan … ada kabar dari nyonya Suzy.”

Brian mendengarkan Fabian tanpa semangat, padahal ia baru saja bangun tidur.

“Hmmm.” sahut Brian malas.

“Tuan Zack sudah berhasil membuat nyonya Suzy setuju menjual rumahnya pada kita.” 

“Bagus, lanjutkan seperti rencana kita sebelumnya, aku ingin rumah itu siap sebelum anakku lahir,”

“Baik tuan.” 

*

*

*

Sesampainya di apartemen, Riana segera berendam dengan air hangat untuk merileks kan tubuhnya, otaknya penuh dengan bayangan Brian yang menyebalkan, Brian yang arogan, dan Brian tetaplah menduduki tahta tertinggi dalam hatinya, sebagai satu satunya pria yang paling ia benci. 

Jika dahulu, ada Alicia diantara mereka, dan kini walau tak ada orang ke tiga, Riana tetap enggan mengulang pernikahan bersama Brian, mengingat bagaimana pria itu selalu mengagungkan nama Alicia ketika menyentuhnya sungguh membuat Riana sakit, lebih tepatnya lelah hati, lelah pikiran dan perasaan, jadi ketika Roger menghembuskan nafas terakhir ia pun tanpa pikir panjang, menandatangani surat cerai yang memang sudah ada satu bulan setelah ia dan Brian menikah.

Fakta bahwa Brian yang selalu mengatakan tak sudi memiliki anak dari rahim Riana, membuat Riana semakin membencinya, karena itulah, sumpah serapah itu terucap di hari terakhir mereka menjadi pasangan.

Brian memang hampir memiliki anak bersama Alicia, tapi Tuhan berkehendak lain, anak yang Brian harapkan justru meninggal bersama Alicia yang hari itu mengalami kecelakaan, dan kini lagi lagi tuhan berperan dalam takdir hidupnya, seperti bumerang, sumpah serapah Riana seolah berbalik pada dirinya sendiri, Kejadian malam itu membuahkan hasil, belenggu semalam itu berhasil membuatnya hamil, bahkan partner prianya tak lain dan tak bukan adalah sang mantan suaminya sendiri, Brian Gustav Agusto.

Riana menarik kasar rambutnya, “aaaaaaaaaaaaaarrrrrghhhhh …” jerit Riana Frustasi.

Usai mandi, masih dengan bathrobe mandinya, Riana duduk di sofa ruang tengah, mencari cari ponsel dari dalam tasnya.

Beberapa saat mencari, akhirnya benda pipih berwarna putih itu ditemukan, sederet pesan menghiasi laman pertama ponselnya, beberapa pesan singkat dari grup bedah thorax dan kardiovaskular, Riana bernafas lega karena tidak ada masalah penting yang dibicarakan di grup yang berada di bawah kepemimpinannya tersebut.

Dan Riana tampak menyunggingkan senyum, ketika mendapati pesan cinta dari sang mama.

‘Ri … sedang sibuk, mama kangen nih, sudah lama kamu tidak pulang’ -mama Nisya-

Ah mama Nisya, lagi lagi wanita lembut yang selalu bisa menjadi penenang emosi papa Richard itu membuat Riana ingin menangis.

‘Riana juga kangen ma, dan maaf Riana belum bisa pulang, karena kesibukan.’ -Riana-

Dengan cepat Riana membalas pesan dari wanita kesayangannya tersebut, sungguh ingin berbagi cerita seperti biasa, tapi sudah terlanjur yakin masalahnya kali ini pasti akan melukai hati kedua orang tuanya, apa lagi kedua orang tuanya pernah sangat kecewa akibat gagalnya pernikahannya terdahulu, mereka pun jadi antipati pada sosok Brian yang sudah sangat menyakiti putri kesayangan papa Richard dan mama Nisya, padahal papa Richard dan papa Roger memang berhubungan baik sejak dahulu, jauh sebelum akhirnya keduanya sepakat menjodohkan putra dan putri mereka, sungguh sangat disayangkan Brian sangat jauh dari ekspektasi seorang menantu ideal bagi papa Richard.

‘Oh iya ma, terimakasih rendangnya, seperti biasa, rendang buatan mamaku selalu enak, enak banget malah 🥰’ -Riana-

‘Sama sama sayang, jaga kesehatan yah, ambil cuti saja kalau kamu tidak bisa pulang ke Jakarta untuk berlibur sebentar.’ -Nisya-

‘Beres mama sayang.’ -Riana-

Riana menutup hari dengan senyuman, setelah bertukar pesan dengan mama Nisya.

.

.

.

.

.

.

.

up besok lagi yes ... sarangeeeeee 💛❤️

Terpopuler

Comments

Pia Palinrungi

Pia Palinrungi

lanjut thor...makin penasan bryan kalau bucin krn terlallu egois

2023-02-27

0

Siti Ariani

Siti Ariani

makin kepo dong aq sm kelanjutannya, aaaa kak moon mah gak pernah gagal bikin aq baper

2023-02-13

1

lihat semua
Episodes
Episodes

Updated 103 Episodes

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!