Mata Max terbelalak mendengar perkataan dari perempuan tersebut. Dia tidak menyangka jika pertanyaannya akan menyulut emosinya.
Dengan wajah yang terlihat sangat kesal, perempuan tersebut membalikkan badannya berniat untuk meninggalkan tempat itu.
Bagaimana tidak, dia sudah terlanjur malu dan dia tidak ingin berlama-lama berdekatan dengan Max untuk saat ini.
Namun, sayangnya tubuhnya tidak bisa bergerak maju. Ternyata tangan Max berada di atas kepala perempuan tersebut dan menekannya untuk mempertahankan posisi perempuan itu pada tempatnya saat ini.
Perempuan tersebut menghela nafasnya setelah merasakan kepalanya yang berat menahan tangan Max di atas kepalanya.
Seketika perempuan tersebut membalikkan badannya menghadap Max yang sedang tersenyum lebar padanya.
Tangan Max masih saja berada di atas kepala perempuan tersebut dan menahan kepala perempuan itu agar tidak terlepas dari cengkeraman tangannya.
Perempuan itu mencoba untuk meraih tangan Max yang ada di kepalanya dan mencoba untuk melepaskan tangan Max agar tidak lagi mencengkram kepalanya seraya berkata,
"Lepaskan! Lepaskan aku bilang! Ku bilang lepaskan!"
Max semakin terkekeh melihat tingkah perempuan yang ada di hadapannya itu. Kini Max seperti mempunyai mainan baru yang siap dimainkannya kapan pun.
"Dasar wajan, mentang-mentang badannya tinggi, sukanya menganiaya yang badannya imut-imut sepertiku," ucap perempuan itu penuh dengan kekesalan.
"A-apa? Wajan?" tanya Max dengan memperlihatkan wajah bingungnya.
"Iya, wajan. Max. Maxim. Nama wajan kan?" sahut perempuan tersebut dengan rasa percaya dirinya seolah menantang Max yang ada di hadapannya.
Dengan wajah kesalnya Max pun membalas perkataan perempuan itu yang mengolok namanya.
"Dasar buah kecil. Sama seperti dirimu, kecil. Memangnya selama ini kamu gak tumbuh ya Cher?"
Max pun membalas dengan mengolok nama Cherry dan menyamakan dengan postur tubuhnya yang imut, tapi ideal untuk ukuran perempuan.
Cherry menatap tajam pada Max yang menertawakannya. Bahkan dia mengeratkan giginya sehingga bergemelatuk.
"Sudahlah, aku sudah kehilangan banyak tenaga karenamu. Sekarang lepaskan tanganmu dari kepalaku. Aku akan pulang sekarang," ucap Cherry dengan ketus pada Max.
Max membuka pintu mobilnya dan berkata,
"Masuklah, aku akan mengantarmu."
Cherry enggan masuk ke dalam mobil Max. Dia merasa kesal pada Max saat ini.
Namun, dorongan Max membuat tubuh Cherry terpaksa masuk ke dalam mobil tersebut. Hingga dia terduduk di kursi depan sebelah kemudi.
Setelah Cherry sudah duduk di mobilnya, segera ditutupnya pintu mobil tersebut dan dia berjalan memutar untuk duduk di kursi kemudi.
"Pemaksaan," sindir Cherry tanpa menoleh ke arah Max.
Cherry hanya melirik Max yang sedang memakai sabuk pengamannya.
Max tersenyum tipis mendengar sindiran yang ditujukan oleh Cherry padanya. Kemudian dia berkata,
"Cepat pakai sabuk pengamanmu atau kamu memang sengaja tidak memakainya agar aku memakaikannya?"
Dengan gerakan cepatnya Cherry meraih sabuk pengamannya dan memakainya sebelum tangan Max terlebih dahulu menyambarnya.
Max semakin terhibur oleh sikap lucu Cherry yang bisa membuatnya tersenyum dan tertawa.
Mobil Max mulai meninggalkan parkiran minimarket tersebut. Cherry hanya meliriknya tanpa mengatakan apa pun pada Max. Dalam hatinya berkata,
Lihat saja, sampai mana kamu berlagak sok hebat di hadapanku. Aku yakin jika kamu tidak mengetahui rumahku.
Baru beberapa menit Cherry menyombongkan dirinya dalam hatinya, ternyata kini mobil Max sudah memasuki wilayah perumahan tempat tinggal Cherry.
Cherry menahan rasa ingin tahunya. Dia tetap diam sesuai dengan rencananya.
Mata Cherry terbelalak dan mulutnya menganga melihat mobil Max berhenti tepat di depan rumah Cherry.
"Ayo turun. Apa kamu mau aku gendong masuk ke dalam rumah?" ucap Max sambil terkekeh.
Seketika Cherry tersadar. Dengan segera dia melepaskan sabuk pengamannya dan segera membuka pintu mobilnya.
Dengan gerakan cepatnya dia berlari kecil masuk ke dalam halaman rumahnya. Tanpa disadarinya, dia melupakan belanjaannya.
Cherry menoleh ke arah sampingnya ketika akan membuka pintu rumahnya. Dia mengernyitkan dahinya melihat Max yang berada tepat di sampingnya. Kemudian dia berkata,
"Ngapain kamu ke sini?"
Max menunjukkan kantong plastik berlogokan minimarket tempat mereka berbelanja tadi seraya berkata,
"Apa kamu sengaja meninggalkannya agar aku turun dan mampir ke rumahmu?"
"Enak saja. Kembalikan belanjaanku dan cepatlah pulang!" sahut Cherry dengan kesalnya.
Max terkekeh mendengar perkataan Cherry yang terlihat sangat kesal padanya. Kemudian dia mencubit gemas pipi Cherry seraya berkata,
"Jangan galak-galak, nanti gak laku."
Mendengar perkataan dari Max membuat Cherry bertambah kesal. Dan juga dia merasa sakit pada kedua pipinya yang dicubit oleh Max dengan gemasnya.
Cherry memukul-mukul badan Max sambil menggerutu untuk melampiaskan kekesalannya.
"Max! Dasar wajan Maxim!"
Max terkekeh mendengar nama panggilan yang diciptakan oleh Cherry untuknya. Dia pun membalas Cherry dengan nama sebutan yang dibuatnya khusus untuk perempuan yang ada di hadapannya.
"Apa sih buah ceri yang kecilnya gak ketulungan?"
Seketika Cherry menghentikan gerakan memukuli tubuh Max. Dia menatap kesal pada Max dan berkata,
"Ck, buah ceri kecil. Namaku itu Cherry. Aku tuh bukannya kecil, tapi imut. Ingat itu!"
Max tertawa mendengar pembelaan diri dari Cherry. Dia tidak henti-hentinya tertawa jika berada di dekat gadis yang mengatakan dirinya imut itu.
Merasa ditertawakan, Cherry tidak mau lagi membahas tentang namanya. Dia mengalihkan pembicaraan dengan menanyakan hal lainnya.
"Bagaimana kamu bisa tau jika di sini rumahku? Jangan-jangan kamu stalker ya?" tanya Cherry dengan mata yang memicing melihat ke arah Max.
"Enak saja. Ingatanku super bagus dan kuat. Aku masih mengingatnya setelah kamu menyebutkan alamat rumahmu kemarin malam," jawab Max untuk membela dirinya.
Cherry mencoba mengingat kejadian kemarin malam di pasar malam. Tiba-tiba dia teringat pada saat dia menyebutkan alamat rumahnya sesuai dengan kartu identitasnya untuk dicocokkan oleh badut yang menolongnya di pasar malam itu.
"Bukannya yang mengetahui itu si badut yang ada di pasar malam? Kok kamu tau Max, padahal kamu gak ada di situ," tukas Cherry yang dengan rasa ingin tahunya.
"Emmm… sepertinya perhatianmu hanya tertuju pada badut itu. Aku berada di sekitar badut itu karena badut tersebut bekerja bersamaku untuk cafe. Mungkin kamu saja yang tidak ingin melihat orang lain. Jadi, pandanganmu hanya tertuju pada si badut," sahut Max mencoba memberikan alasan agar Cherry tidak mengetahuinya.
"Tapi sayangnya, kamu menutup hidungmu terus, jadi aku tidak bisa melihat jelas wajahmu pada saat itu," sambung Max yang melihat wajah Cherry sedang bingung.
Tiba-tiba pintu rumah yang ada di hadapan mereka terbuka. Dan keluarlah seorang sosok wanita paruh baya sedang menatap heran pada Cherry dan juga Max. Kemudian dia berkata,
"Siapa Cher? Pacar kamu ya? Cepat ajak masuk. Jangan biarkan lama-lama berdiri di depan pintu."
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 40 Episodes
Comments