Terlihat Faruq yang terlelap di atas dipan luas miliknya. Ia tatap lekat-lekat lelaki tampan di hadapannya. Berdesirlah perasaan yang sulit untuk di jelaskan.
Lalu tanpa ragu Alexa mendudukkan dirinya tepat di sebelah Faruq. Dengan lembut ia belai wajah tampan yang sudah sah menjadi miliknya.
"Kenapa kamu tak pernah mau menyentuhku Fa.....???" Keluh Alexa sembari meraih pergelangan tangan Faruq. Ia genggam jari jemarinya dengan lembut.
Perlahan ia tarik telapak tangan Faruq dan menempelkannya di pipi Alexa.
Kemudian ia tuntun tangan itu menyusuri dadanya yang menggunung,membelai perut dan juga pahanya.
Alexa mulai merasa sensasi panas yang menjalar ke seluruh tubuhnya. Tanpa ragu ia lepas bagian luar lingerine yang ia kenakan.
Terpampang jelas tubuh Alexa yang begitu sexy dan menggairahkan. Lekuk tubuhnya terekspose dengan sempurna.
Ia dekatkan wajah cantiknya ke arah muka Faruq yang masih terlelap. Alexa tak mampu membendung gairah yang bergejolak dalam hatinya.
Alexa mulai mendaratkan bibirnya ke atas bibir Faruq, perlahan ia ***** dua belahan bibir yang terasa manis bagi Alexa.
Jantungnya mulai berdetak tak beraturan, Alexa menyadari ada yang mulai berdiri di bawah sana. Alexa tersenyum senang, ia mulai bersemangat untuk melakukan sesuatu yang lebih.
"Ghea......" Rintih Faruq pelan.
Panggilan itu terasa begitu menohok relung hati Alexa. Seketika ia berhenti dan mencengkeram erat dadanya yang terasa sesak seketika.
"ALEXA!!!...... APA YANG KAMU LAKUKAN DISINI????" omel Faruq yang tiba-tiba terbangun dari tidurnya.
Seketika Alexa terbelalak. Air mata mulai menggenang di pelupuk matanya.
"Aku ini istrimu, bukankah wajar jika kita melakukan ini?" ujar Alexa sembari menahan air matanya.
Faruq merasa tak peduli dengan ucapan Alexa, dengan cepat ia bangkit dari ranjang dan mendudukkan diri di kursi kerja.
"Keluar dari kamarku sekarang!!" Amarah Faruq sudah menumpuk di ubun-ubun.
Mendengar ucapan Faruq, air mata yang sedari tadi Alexa tahan akhirnya jatuh juga.
"Kenapa???? Apa kamu tak menyukaiku? Bahkan kau sudah menikmati ciumanku, kenapa tak kita lanjutkan?" Bentak Alexa dengan berlinang air mata.
"Apa karena dia??? Wanita itu???? Dia telah merebut apa yang seharusnya milikku. KAMU Faruq..... Seharusnya kamu milikku" seketika suaranya menjadi parau.
"Kamu sudah tau kenyataannya, tapi kenapa kamu tak mau membuka hatimu untukku?"
Faruq meremas kepalanya dengan kasar.
"Cukup Alexa...... Keluar dari kamarku sekarang!!!!" Faruq berkata pelan tapi menekankan setiap kata pada ucapannya.
Dengan kasar Alexa keluar dari kamar Faruq. Ia tak menyangka jika Faruq juga akan menahan gairahnya demi tidak menyentuh Alexa.
"AARRRGGGHHH"
"Kenapa wanita itu kian berani sekarang?" Faruq merasa kian benci dengan sikap Alexa.
Di kamarnya Alexa masih saja menangis di balik selimut. Di satu sisi ia mencintai Faruq, di sisi lain ia juga membencinya.
"GHEAAA...... Kenapa kamu harus punya semua yang aku inginkan???"
Amarah Alexa belum kunjung mereda.
Alexa merasa iri dengan semua hal baik yang selalu terjadi pada hidup Ghea. Perasaan iri itu kian memburuk dan menciptakan dendam yang membara di dalam hati Alexa.
......................
TING TONG
Suara bel dari gerbang depan membuat Alexa sedikit tertegun. Seketika ia meletakkan sebuah majalah yang sedang ia baca dan menghampiri dua orang yang sudah berdiri di depan rumahnya.
"Permisi bu..... Saya dari jasa cleaning servise CC" ucap seorang pria dengan seragam biru.
Ia memang memakai jasa cleaning servis dari perusahaan CC. Alexa paham dengan lelaki di hadapannya, tapi ia tak mengenali seorang wanita yang berdiri di belakang pria itu.
Sejenak Alexa mengamati wanita dengan seragam biru itu, mukanya tidak nampak jelas karena ia memakai topi di kepalanya.
"Siapa dia???" tanya Jesse penasaran.
"Maaf bu Alexa, anggota CC yang biasanya datang kemari sedang ada sedikit acara, jadi sementara waktu dia akan menggantikannya" Jelas seorang pria dengan kulit sawo matang.
"Oh begitu..... Baiklah. Ayo masuk!!! Aku ada acara siang ini. Jadi kalian akan saya tinggal" ucap Alexa sambil membuka gerbang.
Dua orang dengan seragam biru itu mengikuti Alexa sampai ke dalam rumah.
Setelah itu Alexa segera bersiap dan pergi dari rumahnya, sedangkan dua orang itu membersihkan satu persatu ruang disana.
Selepas Alexa pergi.
"Bagaimana..... Kita tidak ketahuan kan?" Tanya lelaki itu kepada rekan kerjanya yang tidak lain adalah Ghea.
Ghea tersenyum sinis.
"Tenang saja, aku ahli dalam masalah ini" Jawab Ghea sembari melepas topi yang sedari tadi di pakainya.
"Ah... Syukurlah" jawab lelaki itu sambil menghela nafas lega.
"Cepat panggil yang lain, kita harus cepat!!" pinta Ghea sambil mengedarkan pandangannya ke se isi ruang tamu.
Ghea memang sudah merencanakan hal ini sejak awal. Tidak butuh waktu lama untuk dia bisa merekrut orang-orang yang bisa ia ajak untuk bekerja sama.
Setelah memberi kode, ada dua orang masuk ke rumah Alexa. Seorang lelaki dan seorang perempuan.
Perempuan itu adalah cleaning servis yang asli. Ia segera bergegas membersihkan ruangan disana.
Ghea menyuruh orang ahli IT untuk menyadap kamera cctv di rumah itu agar aksinya tidak ketahuan.
Dengan santai ia memperhatikan setiap properti di rumah itu. Ada rasa cemburu dan juga benci yang hadir bersamaan.
Terpampang jelas di ruang tamu, foto pernikahan Alexa dan Faruq. Darahnya mendidih seketika. Dendam yang sudah bersemayam di hati Ghea kian menumpuk.
Ia memasuki kamar Alexa. Ada juga foto pernikahan di atas meja nakas dan di dinding kamar.
Dengan kasar Ghea raih bingkai foto di meja nakas. Ia remas erat bingkai itu sampai hampir pecah. Untung saja Ghea mampu meredam amarahnya yang telah memuncak.
Pandangannya tertuju pada sebuah piagam yang terbingkai cantik, terpampang tepat di sebelah kiri ranjang.
Ghea tersenyum masam memandang piagam itu. Ia ingat betul tentang piagam itu. Penghargaan yang seharusnya ia dapatkan atas makalah terakhirnya di universitas tempat ia menempuh pendidikannya dulu.
Alexa bukanlah seseorang yang nasibnya seberuntung Ghea. Ia harus kuliah untuk mendapatkan pekerjaan yang bagus agar bisa mengangkat ekonomi keluarganya.
Suatu hari Alexa mengeluhkan tentang kemampuan otaknya yang minim juga tentang nasib hidupnya yang kurang baik.
Alexa membayangkan jika ia mampu mendapatkan nilai terbaik di universitas itu dan bisa mendapatkan nama. Ia pasti tidak akan kesulitan untuk mendapatkan pekerjaan yang bagus.
"Andai saja aku seberuntung dirimu" keluh Alexa sambil menghela nafas putus asa.
Melihat sahabatnya yang terlihat putus asa membuat Ghea iba dan ingin membantunya.
Tanpa ragu Ghea menyerahkan flash disk berisi makalah yang sudah selesai ia kerjakan. Ia merasa Alexa lebih membutuhkan itu ketimbang dirinya.
Apalagi setelah mama Ghea tiada, ia harus ikut bersama dengan papanya tinggal di Jakarta dan meneruskan bisnis papanya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 76 Episodes
Comments