Mandi Di Sungai

Zoya duduk ditepi sungai yang air nya mengalir dengan tenang. Udara dan suasana disana cukup asri dan begitu sejuk. Bebatuan sungai dan alam disekitarnya masih benar benar asri. Mungkin Zoya memang terdampar pada zaman dimana manusia nya belum mengenal apapun. Ya, memang begitu kenyataan ini. Air sungai ini bahkan air tersejuk dan yang paling segar yang pernah Zoya rasakan. Baru satu malam berada ditempat aneh ini sudah membuat Zoya merasa seperti hidup pada zaman dulu kala. Seperti dibuku sejarah yang pernah dibaca nya. Dari mulai pakaian, makanan yang hanya umbi umbian dan juga semua barang barang disini, semua nya adalah barang dimana manusia masih belum mengenal teknologi.

Tapi yang membuat Zoya merasa bingung adalah, kenapa dia seperti merasa tidak asing dengan kehidupan ini??? Dia selalu berharap ini hanya mimpi, meski dia tahu ini adalah nyata. Namun ada disini, membuat nya seperti mengingat kembali sesuatu yang sudah terlupa.

Zoya menghela nafasnya dengan berat seraya mengusap lengan nya dengan sebuah bongkahan seperti sabun, tidak berbusa dan tidak wangi, namun pangeran Erlangga berkata jika benda itu adalah sabun. Aneh sekali memang.

Zoya memandangi pangeran Erlangga yang sedang duduk disebuah batu besar yang berada tidak jauh dari tempat nya berada. Pangeran gagah itu nampak memegang sebuah kayu runcing dan sesekali dia menombak kedalam air, dan aneh nya, dia bisa menangkap ikan hanya dengan kayu itu aja. Hebat.

Zoya tersenyum ketika seekor ikan kembali berhasil ditangkap oleh pangeran Erlangga. Zoya sengaja meminta pangeran Erlangga untuk menemani nya disini. karena sungguh, dia benar benar takut sendirian disungai yang hutan nya masih begitu lebat ini.

"Pangeran" panggil Zoya yang sudah selesai membersihkan dirinya. Ya, hanya membersihkan bagian yang tebuka saja karena dia tidak tahu bagaimana mandi yang sebenar nya ditempat terbuka seperti ini. Bibi Nor juga tidak ada untuk dia mintai bantuan, wanita tua itu sudah kepasar pagi pagi sekali untuk menjual hasil panen umbi umbian nya.

Pangeran Erlangga langsung menoleh kearah Zoya dengan dua ikan ditangan nya.

"Kau hebat sekali bisa menangkap ikan hanya dengan kayu seperti itu" puji Zoya seraya mendekat kearah pangeran Erlangga dengan kepayahan karena meski tidak dalam namun arus nya lumayan membuat Zoya sulit berjalan.

"Ini hal yang mudah" jawab pangeran Erlangga. Mata nya kembali memandang kearah arus sungai dimana ikan sesekali nampak disana.

"Aku mau coba" pinta Zoya seraya naik keatas batu dan duduk disamping pangeran Erlangga. Lelaki itu memandang Zoya dengan aneh. Pasalnya selama ini hanya Zoya yang sama sekali tidak menaruh hormat pada dia.

"Kau yakin?" tanya pangeran Erlangga seraya memandang wajah Zoya yang memang terlihat sangat cantik. Bahkan dia baru ini melihat gadis secantik Zoya yang dia kenal sebagai Ana.

"Hei, kenapa kau malah melihat ku seperti itu. Kemarikan kayu itu" ucap Zoya yang membuat pangeran Erlangga sedikit terkesiap.

"Hanya kau yang terlalu berani padaku Ana. Kau tidak takut aku hukum gantung karena tidak bisa sedikit lebih sopan padaku" ungkap pangeran Erlangga.

Zoya langsung tertawa canggung memandang wajah datar itu. Mau sopan bagaimana, ini saja sudah bagus Zoya tidak menyuruh nya melakukan sesuatu seperti yang sering Zoya lakukan pada teman lelaki nya saat dikampus.

"Pangeran, kau jangan terlalu kaku seperti itu. Ayolah kita kan teman sekarang. Aku juga sudah cukup sopan" kata Zoya seraya memandang kearah sungai mencari dimana ikan ikan bersembunyi.

Pangeran Erlangga langsung mendengus kesal. Untung saja Ana yang dia kenal sedang lupa ingatan, jika tidak mungkin dia sudah akan memberikan nya hukuman.

"Ah ada ikan" seru Zoya tiba tiba, membuat pangeran Erlangga tersentak kaget.

"Yah tidak dapat" gerutu Zoya saat dia menghunuskan kayunya namun ikan itu malah pergi dengan begitu lincah.

"Bagaimana kau bisa menangkap nya jika kau berisik seperti itu" ujar pangeran Erlangga.

"Memang nya ikan punya telinga?" tanya Zoya dengan wajah polosnya memandang pangeran Erlangga.

Pangeran Erlangga menghela nafasnya dengan berat. Zoya memang aneh.

"Sudah lah, lebih baik kau fokus, dan lihat ikan yang disana. Fokuskan ujung kayu pada badan nya" ujar pangeran Erlangga.

"Seperti ini" bisik Zoya seraya memidik ikan itu dengan wajah yang begitu serius.

"Begini memegang nya" pangeran Erlangga yang langsung meraih tangan Zoya dan membenarkan letak kayu itu ditangan nya.

Tubuh Zoya seketika mematung, apalagi saat nafas hangat pangeran Erlangga terasa menerpa wajahnya. Membuat jantung nya langsung berdebar dengan cepat.

"Lihat, ketika dia mendekat. Kau lempar dengan kuat" ujar pangeran Erlangga lagi.

Zoya menelan air liur sejenak dan langsung mengangguk seperti robot. Dia memandang serius kearah ikan itu, dan beberapa saat kemudian saat ikan itu mendekat, pangeran Erlangga langsung mengangkat tangan nya dan mengarahkan dengan cepat tangan Zoya untuk menghunuskan kayu itu.

pluk

"Waaahhhh kena!!!!" seru Zoya begitu girang, apalagi saat dia melihat jika ikan itu begitu besar dan segar tengah menggelepar dikayu nya.

Zoya bahkan tanpa sadar ingin berdiri untuk meraih ikan itu, namun karena batu itu yang licin membuat nya tergelincir dan tanpa sengaja malah menarik lengan pangeran Erlangga. Membuat mereka berdua langsung tercebur kedalam sungai.

Zoya gelagapan dan langsung berdiri memandang pangeran Erlangga yang memandang nya dengan kesal. Wajah datar itu jika kesal pasti sangat menyeramkan.

"Hehe... maaf pangeran, aku terlalu senang" ucap Zoya dengan senyum canggung seraya tangan yang memegang kayu ikan besarnya.

Pangeran Erlangga hanya menggeleng pasrah seraya meringis dan mengusap luka didadanya yang begitu pedih terkena air.

Zoya yang melihat itu langsung panik dan segera mendekat.

"Ah maafkan aku, aku benar benar tidak sengaja" ucap Zoya yang begitu merasa bersalah. Karena seharusnya luka ini memang tidak boleh terkena air karena masih begitu basah. Astaga...

"Sudah lah, bawa ikan itu. Kita pulang sekarang" ujar pangeran Erlangga yang langsung beranjak dari dalam sungai itu seraya menahan sakit. Karena memang luka sayatan pedang nya masih begitu terbuka dan basah, bahkan sekarang berdarah lagi.

Zoya mengerucutkan bibirnya dengan sedih, dia lupa dan reflek menarik pangeran itu tadi. Pasti luka itu begitu sakit. Bagaimana jika bibi Nor memarahinya setelah ini?? Apa dia akan diusr. Lalu kalau Zoya diusir, kemana lagi dia harus pergi.

Dengan sedih Zoya meraih dua ikan yang ada diatas batu besar itu, dan berjalan mengikuti langkah pangeran Erlangga yang sudah berjalan mendahului nya. Bahkan Zoya bisa melihat dari belakang jika tangan pangeran Erlangga masih terus memegangi luka didadanya.

Terpopuler

Comments

Marifatul ilmiyah

Marifatul ilmiyah

hahahaha aku pikir jd ada tatapan romantis saat kecebur di sungai bersamaan 🤣🤣🤣🤣

2023-04-16

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!