Kehidupan Baru

Zoya memandangi bibi Nor yang tengah meracik ramuan yang baru saja dibuat nya untuk pangeran Erlangga. Hari sudah cukup larut dan mereka semua sudah beristirahat didalam gubuk kecil yang beratapkan ilalang itu. Pangeran Erlangga terlihat sedang memandangi pedang nya dan entah apa yang sedang dia lakukan. Terkadang Zoya benar benar heran melihat lelaki itu. Apa dia tidak kesakitan dengan luka luka itu??? Sampai saat ini Zoya masih begitu ngerih melihatnya.

"Pangeran minum dulu" ujar bibi Nor seraya menyerahkan gelas yang berupa tabung bambu untuk tempat minum mereka. Apa orang zaman dulu memang menggunakan benda seperti ini? Tadi saja saat makan malam, semua peralatan makan bibi Nor terbuat dari kayu dan bambu. Zoya bahkan merasa ngerih saat ingin minum, dia begitu takut jika bibirnya akan terluka terkena pinggiran bambu itu.

Zoya kembali memandangi pangeran Erlangga yang tengah meminum ramuan itu. Wajah tampan itu hanya datar saja tanpa ekspresi apapun, bahkan Zoya yang terlihat meringis melihatnya.

"Kenapa wajahmu seperti itu?" tanya pangeran Erlangga

Zoya sedikit terkesiap dan menggeleng pelan.

"Apa itu tidak pahit? Aku lihat bibi mencampur rumput didalam nya" ucap Zoya dengan polosnya membuat pangeran Erlangga langsung mendengus gerah sedangkan bibi Nor nampak tertawa kecil.

"Itu bukan rumput, itu daun daun yang aku kumpulkan dihutan sebagai obat untuk menyembuhkan luka dari dalam" ungkap bibi Nor

Zoya langsung ber oh ria mendengar nya.

"Sekarang sebaiknya kita beristirahat. Kau bisa berbagi tempat tidur bersama ku. Sepertinya ini muat untuk kita berdua" ujar bibi Nor seraya menunjuk tempat yang sedang Zoya duduki.

Zoya langsung memandang tempat itu, dia tersenyum getir dan mengangguk. Apa boleh buat, sebenarnya untuk tempat duduk saja ini begitu keras, apalagi untuk tidur.

Bibi Nor beranjak dan mengambil sesuatu dari dalam rak yang dibuat sebagai tempat penyimpanan barang barang nya. Rak yang juga dari kayu. Jika semua dari kayu, apa tidak akan dimakan rayap, batin Zoya.

"Ini selimut untukmu" bibi Nor menyerahkan sehelai kain yang sedikit kasar pada Zoya. Memang sepertinya ini dari kulit kayu

"Terimakasih bibi, jangan repot repot" ucap Zoya yang tidak enak melihat begitu perhatian nya wanita tua ini padanya. Padahal ketika dirumah, Zoya bahkan jarang sekali mendapat perhatian dari ibunya, karena ibunya sangat sibuk bekerja.

"Tidak apa. Ayo kita tidur. Besok pagi aku harus cepat bangun untuk menjual hasil panen kepasar" ucap nya seraya naik dan berbaring disebelah Zoya.

Zoya tersenyum dan mengangguk. Dia menoleh kearah pangeran Erlangga yang nampak tidak perduli, bahkan sudah berbaring ditempat nya.

Dengan perlahan lahan Zoya juga ikut berbaring diatas kayu yang hanya dilapisi tikar tipis itu. Rasanya sakit, tapi mau bagaimana lagi. Mereka tidur dengan memiringkan tubuh masing masing karena tempat tidur itu yang kecil dan sebenarnya hanya muat untuk satu orang saja.

Zoya menghadapkan tubuhnya kearah pangeran Erlangga yang nampaknya juga sudah mulai tertidur. Lelaki yang seperti nya hanya berbeda beberapa tahun saja dengan Zoya. Wajahnya tampan, meski kering dan berminyak, rahang nya tegas dan hidungnya yang sangat mancung. Bibir tipis dan mata tajam nya sungguh membuat dia benar benar layak dipanggil pangeran. Entah apa yang membuat Zoya bisa terjebak dizaman ini dan bertemu dengan dua orang baik ini. Zoya sangat berharap, jika dia terbangun nanti, dia akan bisa kembali kezaman nya, zaman dimana dia menjadi Zoya, bukan Ana.

...

Keesokan paginya, Zoya mulai membuka matanya perlahan lahan. Tubuhnya mulai bergerak dan sedikit menggeliat. Rasanya sakit semua dan begitu pegal.

"Emmmm jam berapa sih, kenapa bi Jum gak bangunin gue. Kebiasaan deh" gerutu Zoya yang belum membuka matanya dengan lebar. Namun saat pandangan matanya sudah jelas, dia langsung tersentak kaget dan segera beranjak dengan tergesa. Zoya memandangi sekelilingnya sejenak, namun tidak lama kemudian dia langsung menunduk sedih dengan mata yang berkaca kaca.

"Ternyata ini bukan mimpi" gumam nya begitu miris.

Zoya kembali memandang sekitar nya, sepi... tidak ada orang. Kemana bibi Nor dan pangeran Erlangga??? Zoya celingukan memandang ruang kecil itu yang sudah tidak ada lagi siapa siapa, namun dia tahu jika hari sudah siang karena cahaya matahari yang sudah hangat dan masuk melalui celah celah kayu.

Tapi...

Tunggu dulu. Zoya memandang tempat tidur nya dan tempat tidur didepan nya. Bukan kah malam tadi dia tidur disebelah sana bersama bibi Nor?? Kenapa sekarang bisa ada disini, ditempat pangeran Erlangga??? Apa dia jalan sambil tidur??

Tidak... tidak. Zoya langsung menggelengkan kepala nya dengan kuat. Dia bukan orang yang seperti itu. Lalu kenapa dia bisa pindah kesini???

"Siapa yang mindahin gue" gumam Zoya seraya mengikat kembali rambut nya yang berantakan.

Sudah lah, dari pada pusing lebih baik dia mencari kedua orang itu, jangan sampai dia ditinggal dihutan sendirian seperti ini.

Zoya mulai menurunkan kaki nya dari atas tempat tidur, dan ternyata dia tidur masih memakai sendal bertali yang sejak semalam melekat dikakinya. Astaga.

Zoya keluar dari gubuk kecil itu dengan mata yang meringis silau, ternyata hari sudah sangat siang. Dan dapat Zoya lihat jika pangeran Erlangga nampak sedang duduk disebuah kursi memandangi seekor burung yang ada didalam sangkar. Burung hijau yang sangat cantik. Sama seperti orang nya yang juga tampan. Ya ampun, mata Zoya kenapa jadi aneh.

"Dasar pemalas" gumam pangeran Erlangga

"Siapa yang pemalas" tanya Zoya seraya duduk disamping pangeran Erlangga dan ikut memandangi burung hijau itu.

"Hari sudah siang dan kau baru bangun. Tidur sudah seperti babi mati saja" ucap pangeran Erlangga.

Zoya langsung mengerucutkan bibirnya sekilas dan memandang dada pangeran Erlangga yang masih dipenuhi ramuan bibi Nor.

"Apa itu masih sakit?" tanya Zoya.

"Tidak" jawab pangeran Erlangga.

"Pembohong sekali, jelas jelas lukanya lebar dan banyak" sahut Zoya.

Pangeran Erlangga mendengus senyum dan menggeleng. Dia menoleh pada Zoya dan memandang nya dengan mata tajam itu. Membuat Zoya merasa canggung dipandangi seperti itu.

"Bagi seorang pangeran seperti ku, luka seperti ini sudah biasa" ucap pangeran Erlangga.

Zoya mengernyit dan terdiam sejenak.

"Dari buku yang pernah aku baca, bukankah seorang pangeran tempat nya hanya diistana saja?" tanya Zoya.

"Itu untuk pangeran yang penakut dan tidak mau berbaur dengan rakyat. Sebagai seorang calon raja, seharusnya seorang pangeran harus bisa melindungi rakyat nya dan juga berbaur bersama mereka. Itu lebih baik dari pada berdiam diri diistana. Membosankan" jawab pangeran Erlangga yang kembali menoleh pada burung hijau itu.

"Lalu kenapa kau takut dilihat orang semalam, seharusnya jika kau terbiasa berbaur dengan mereka kau tidak akan bersembunyi dan lewat jalan belakang" ujar Zoya.

"Kau tidak mengerti. Sebagai seorang pangeran dan putra mahkota, tentu nya aku juga memiliki banyak musuh dan orang yang tidak menyukai ku. Tidak bisa semudah itu untuk aku menunjukkan diri dihadapan mereka" jawab pangeran Erlangga lagi.

Zoya langsung mengangguk pelan seraya memandang jauh kedepan dimana hanya hutan yang mengelilingi gubuk kecil ini.

Sepertinya, dia memang sudah masuk kedalam cerita sebuah kerajaan. Dan yang pasti kisahnya akan membingungkan.

"Kau mau membersihkan diri atau tidak. Aku ingin kesungai. Kau pasti tidak tahu jalan nya nanti" ajak pangeran Erlangga. Bahkan dia sudah berdiri dan memandang kearah Zoya yang mendongak memandang nya.

"Mandi, disungai. Bersamamu???" tanya Zoya dengan wajah terperangah.

Namun tiba tiba

cletuk

Zoya langsung meringis saat pangeran Erlangga menjentik dahinya.

"Kau kira aku seorang pria mesum. Aku hanya mengantar, dan setelah itu aku akan kembali" jawab pangeran Erlangga.

"Jika kau tidak mau terserah. Jangan saja kau tidur didalam karena tidak membersihkan diri sejak semalam" katanya lagi seraya berjalan dengan tertatih meninggalkan Zoya.

Zoya terlihat ragu, namun sedetik kemudian dia langsung berlari mengejar pangeran Erlangga. Tidak mungkin kan dia tidak mandi. Bahkan sekarang saja dia merasa jika tubuhnya sudah benar benar lengket dan bau.

"Pangeran tunggu!!"

Terpopuler

Comments

Marifatul ilmiyah

Marifatul ilmiyah

pangeran bisa aja jahilin Zoya 🤣

2023-04-16

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!