5. Desa Binaan

Tepat di hari senin minggu ke dua setelah habis masa orientasi di puskesmas. Hari ini kami akan diantar ke desa-desa pilihan bapak kepala puskesmas untuk menetap di desa untuk melayani masyarakat yang terpencil selama 24 jam pelayanan. Di desa akan ditempatkan 2 orang petugas, yaitu 1 bidan dan 1 perawat.

Bidan senior aku sudah ada di desa tersebut, aku yang akan mengisi kekosongan tenaga perawat di desa itu. Nama Desa itu adalah Desa Meranti.

Diantar dengan ambulance, bapak kapus (kepala puskesmas) panggilan singkat untuk beliau. Beliau duduk didepan. Aku dan maya duduk di belakang beserta koordinator bidan yaitu ibu dahlia.

"Nanti pak kapus akan memperkenalkan kalian dengan kades disana dan kalian dapat rumah dinas yang langsung berdempetan dengan poskesdes" bu dahlia menjelaskan ke kami. Beliau sambil bepegangan ke gagang pintu atas ambulance. Aku pun duduk dibangsal tempat biasa pasien direbahkan. Sambil bepegangan kuat pada jeruji besi dibangsal.

Tiba-tiba. Dokter dony izin dengan kapus untuk mengantar kami juga. Dan dia pun membuka pintu ambulan dan masuk keambulance.

" nia kamu geser sedikit, aku mau duduk" kata beliau sambil menggerakkan tangannya mengibas tanda menyuruh aku bergeser. Otomatis aku pun bergeser. Hatiku tak karuan karna dia duduk disampingku. aku hanya diam tak bekutik.

Aku teringat lagi kejadian terdahulu.

Mesin ambulance pun mulai dihidupkan oleh pak imam sopir satu-satunya dipuskesmas ini. Ambulance pun secara perlahan menjalani jalan tanah merah dan bebatuan sesekali ambulance bergoyang dan membuat paha ku tergoyang dan berdempetan dengan paha dokter dony.

Jantung ku berdegup tak karuan. Maya pun colek-colek pinggang ku. Saat ku tatap dia malah mengedipkan sebelah matanya dan sambil tersenyum. Ternyata maya menggoda ku.

Jujur, aku belum menceritakan kejadian yang terjadi saat aku pulang kehujanan itu pada maya. Jelas dia akan histeris.

...****************...

"Nanti karena kalian sudah di desa, kalian wajib datang ke puskesmas bertemu aku. Kalian akan melaporkan kegiatan kalian tiap minggu! " dokter dony menegaskan ke kami, dengan raut datar.

Kami berdua mengangguk dan mengucapkan kata persetujuan secara serempak.

"Siap dok"

Entah hanya sekedar alasan saja laporan itu untuk bertemu dengan ku. Karena jelas, dia dan aku tidak akan bertemu setiap hari.

Sesampainya di desa, kami langsung menuju ke kantor desa. Bapak Kapus memperkenalkan aku kepada Bapak Kades.

Lalu di ajak beliau langsung ke Tempat Posyandu yang bersebelahan dengan Poskesdes.

Dan Poskesdes nya menyatu dengan rumah dinas. Sudah dari beton, cukup nyaman.

Aku juga di sana disambut dengan ibu kades beserta para kader nya dan bidan yuli, beliau senior ku yang sudah tinggal dan tugas disini.

Kami pun berbincang-bincang. Ternyata bidan yuli 5 tahun lebih tua dari ku, dia sudah punya suami asli penduduk desa meranti sini dan dia tinggal dengan suami dan mertuanya.

Sehingga rumah dinas menjadi hak milik ku. Kata bapak kapus, serta harus tinggal disini selama 24 jam untuk melayani masyarakat.

Setelah perbincangan dan perkenalan. Rumah pak kades tepat di depan di seberang jalan rumah dinas.

Aku pun bersiap menurun kan tas dan koper ku yang sudah ku siapkan. Dibantu oleh maya.

Lalu dony dan pak imam pun mengangkat tas nya dan memasukkan nya ke rumah dinas.

Rumah dinasnya lumayan nyaman. Ada ruang tamu, lalu ada 1 kamar, dapur dan 1 kamar mandi dan 1 wc. Kecil tapi cukup untuk untuk ku sendiri.

Setelah meletakkan koper dan tas diruang tamu beserta peralatan lainnya. Pak imam pun keluar beserta maya. Aku masih bebenah memasukkan tas ke kamar. Aku membuka koper dan melihat jaket hitam dony yang sudah ku cuci.

Bergegas ku ambil dan memanggil dony yang sudah mau beranjak pergi keluar

"Donn" kata ku pelan.

"Iya nia" lalu dia memasuki rumah dinas lagi.

" ini jaket mu, maaf baru sempat ku..." belum sempat ku selesaikan kalimat ku.

Dony memeluk ku erat. Aku hanya terdiam berdiri kaku dalam pelukan tubuhnya yang kekar. Hangat, wajah ku terbenam dalam dada bidangnya.

Erat sekali dia memeluk ku, digenggamnya bahu ku. Kami saling bertatapan, Ku lihat matanya berkaca, lalu dia memegang kepala ku dan mencium kening ku lagi dengan lama.

"baik-baik ya disini, kalo ada apa-apa telpon aku! Aku akan datang " pesan dony.

Setelah itu dia buru- buru melepas ku, takut terlihat oleh orang lain.

Lalu dia melangkah keluar dan berkata.

"Nanti saja ku bawa, aku akan datang lagi! " ucap dia sambil melirik ke jaket nya yang masih ditangan ku.

Ku genggam erat jaket nya, aku merasa haru, sedih dan bercampur senang. Hati ku berbunga bunga dan juga sedih.

Meski tidak ada penjelasan dibibirnya seperti pria - pria pada umumnya akan memproklamirkan kata - kata gombal.

"AKU CINTA KAMU, AKU TANPA MU TIDAK BISA HIDUP".

Tapi dokter dony berbanding terbalik, dia lebih memperlihatkan dengan tindakan yang perhatian dan seolah ingin melindungi dan menyatakan dia suka, dia cintai ku. Dia akan selalu ada buat ku.

2 kali di mengecup kening ku. Ku simpulkan arti kecupan itu tanda penuh sayang dan cinta seolah ingin melindungi.

Jika dia mencium ku dibibir, jelas itu nafsu belaka.

Oh ini kah cinta, hati ku berbunga. Aku tersentuh dengan sikapnya dony kepada ku.

Aku masih merasakan bekas pelukan hangatnya. Aku terdiam sebentar.

Lalu aku pun bergegas keluar dan menutup pintu. Dan menuju ke jalan dan ke seberang rumah pak kades.

Kapus pun berpesan kepada pak kades untuk menjaga ku.

Lalu kami dijamu di rumah bapak kades, kami makan siang dengan segala macam hidangan khas masakan jawa.

Kami berbincang-bincang sambil ku mencoba mengetahui tentang masyarakat disini.

Ternyata disini di desa ini terdiri dari suku jawa, lombok , bali dan banjar. Tapi lebih didominasi oleh suku jawa.

Aku yang dari suku banjar jelas akan kesulitan berbahasa.

Desa ini pun terdiri dari 10 RT. Cukup luas. 2 RT yang khusus bali. Disana ada pura-pura kecil dan ada 1 pura besar apabila ada acara adat yang besar.

Jadi kata bapak kades, kalo mau lihat bali ga perlu ke jauh ke pulau Bali nya langsung, cukup lihat disini dulu untuk melihat adatnya.

Setelah mendengar itu aku pun semakin tidak sabar untuk mengunjungi 2 RT tersebut. Ya biasalah, anak muda zaman sekarang. Suka foto-foto.

Aku agak salah tingkah. Pandangan dony tidak lepas ke arah ku. Selalu memandangku.

Duduk pun selalu meangarah dan menghadap ku.

Lalu tibalah saat nya bapak kapus dan yang lainnya pamit. Karena bapak kapus akan mengantar maya lagi ke desa selanjutnya.

Maya pun memeluk ku erat, sempat meneteskan air mata. Karena teman seperjuangan. Teman 1 kasur harus terpisah.

Lalu aku pun bersalaman dengan bapak kapus dan pak imam dan bidan koordinator. Dan tidak lupa dengan dokter dony.

Dia genggam erat tangan ku. Tak ada sepatah kata pun keluar. Lalu dia masuk ke ambulance.

Dibukanya jendela ambulance dan melambaikan tangan.

Begitu pula maya dengan tangisnya.

Aku melambaikan tangan ku dengan pelan. Seolah tidak mau ditinggalkan.

Setelah ambulance melaju, meneteslah air mata ku.

...****************...

BERSAMBUNG

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!