3. Selesai Orientasi

Sehabis orientasi, kami diminta untuk membuat laporan hasil orientasi disetiap kegiatan dan akan diminta tanda tangan setiap penanggung jawab ruangan.

Banyak sekali laporan yang dibuat. Kami sampai begadang, karena besok sudah harus ditanda tangani.

" Ternyata, kerja kaya gini lagi ya nia, ku fikir ga bakal buat pemberkasan kaya kuliah dulu". Keluh maya sambil mengepak tumpukan kertas. Sambil sesekali mehela nafas.

" Iya may, yaa namanya ngikut kerja sama orang. Orang ada aturannya" sambil menulis laporan.

" Tapi kata ayah ku, kalo mau jadi bos dan tidak mau diperintah itu ya berdagang aja. Sebagaimanapun kamu lah bos nya! " sambil ku mengingat pesan ayah ku.

" Iya ya. Hehe, baru berapa hari kita kerja, udah ngeluh. Gimana yang kaya senior itu udah puluhan tahun" imbuh maya.

" Tapi kita tetap bersyukur may, diluar sana banyak yang butuh kerja kaya kita. Buktinya teman teman kita masih ada yang belum lulus tes. " kata ku sambil membuang jauh keluh kesah dengan rasa syukur.

Tiba - tiba ada yang mengetuk pintu. Kami tersentak karena jam 9 malam ada yang bertamu. Kami takut untuk membuka pintu.

Lalu ku coba tengok lewat tirai, ternyata ku lihat wajah dony.

" Siapa? " Setengah teriak, ku hanya coba memastikan apakah benar dia dony.

" Ini aku, dony!" kata dony setengah teriak juga.

Lalu perlahan ku buka pintu.

"Ada apa dok? " Tanya ku terheran-heran.

" Nih aku bawain martabak, tadi kebetulan lewat" sambil menyodorkan kantong kresek hitam.

Seketika maya langsung menengok ke depan pintu. Karena mendengar kata martabak. Dimana lagi, secara gitu di kampung yang sunyi ini dibawakan martabak.

"Wuih martabak, makasih ya dok. Ayo masuk dok" Sambil mempersilahkan dony masuk dan tidak lupa dia langsung menyambut kresek martabak mendahului tangan ku yang ingin menyambutnya.

"Oh engga kok, lain kali. Langsung pulang saja" terangnya.

"Nanti makan ya martabaknya" Ucapnya pelan kepada ku.

Tanpa menunggu balasan jawaban ku, dia langsung berbalik arah dan melangkah pergi ke arah mobilnya yang berwarna merah.

Lalu ku tutup pintu dan ku kunci.

" Wuiihh mimpi apa aku semalam dapat martabak, sering-sering ya dokter dony" Ucap maya kegirangan sambil membuka bungkusan martabak dan disajikannya diatas piring.

"Ayo nia, aku lapar" maya sambil mencomot 1 potong martabak.

"Iya... May" kata ku, aku pun sudah ngiler karena memang martabak nya sangat menggiurkan apalagi terlihat masih hangat.

Kami asyik sambil bercengkrama dan sambil memakan martabak dari dony.

...****************...

Tap tap tap

Suara sepatu pantopel hitam berbunyi ketika berjalan beriringan di atas papan kayu gedung puskesmas.

" Selamat pagi bu" sapa ku kepada senior ku yang menjaga loket pendaftaran.

" Pagi nia dan maya, sudah sarapan? Sapa bu indah.

" Sudah bu" Jawab ku sambil senyum dan berlalu dan mengarah ke kantor bapak kapus untuk mengumpul berkas laporan.

Setelah mengumpul aku pergi ke ruang imunisasi.

Karena jadwal ku hari ini menemani juru imunisasi dan bidan desa untuk posyandu bulanan ke desa.

Sedangkan maya bertugas di ruang poli umum menjadi asisten dokter.

"Pagi Pak Abdul, hari ini kita ke desa mana pak?" Tanya ku sambil meletakkan tas hitam ku dibangku.

" Kita ke desa Meranti nia, Ayo cepat siapkan perlengkapan vaksin nya! " perintah pak abdul kepada ku.

Aku pun bergegas membuka box pendingin untuk memindah vaksin apa saja yang perlu dibawa ke posyandu beserta buku register.

" Permisi pak abdul, maaf ambulance tidak bisa mengantar kalian ke desa ya pa. Karena ada pasien yang mau dirujuk ke rumah sakit ! " Kata pak imam setengah memasukkan badan nya ke ruang imunisasi.

"Oh begitu. Terimakasih pak imam info nya! " kata pak abdul.

"Kita pakai sepeda motor ku aja ya nia". Kata pa abdul.

" Pak abdul sampeyan boncengan sama bu rita ya, dan Kamu ikut aku nia" kata dokter dony.

Aku hanya diam dalam bimbang dan mengangguk ragu. Aku hanya memikirkan bagaimana aku akan dibonceng dengan sepeda motor sedangkan aku memakai rok span dibawah lutut.

Ketika barang sudah siap, akhirnya Pak abdul dan dokter dony mengambil sepeda motor masing-masing.

Pak abdul sudah siap dengan box pendingin box digantung menyilang dibahu. Sedangkan bu rita membawa peralatan buku tulis serta buku KIA.

"Brumm brummmm"

Suara sepeda motor trail dan dokter dony dengan jaket kulit hitamnya dan memakai helm tertutup.

"Pakai helm " Kata dokter dony sambil menyodorkan.

Lalu ku pasang, aku bingungnya karena sangat tinggi. Ku coba menyilangkan kaki ke pijakan, dengan susah payah aku naik duduk menyamping.

Aku bingung kemana harus bepegangan, karena otomatis badan ku condong dan tidak seimbang. Lalu aku bepegangan ke jok sepeda motor.

Tiba tiba tangan dokter dony menarik tangan ku.

"Pegangan yang kuat disini, nanti jatuh! " kata dony sambil memegang kedua tangan ku dan menarik nya untuk memeluknya.

Sehingga badan ku tertarik dan memeluknya. Ku tarik kembali badannku, lalu ku perbaiki tangan ku agar hanya sedikit saja memegang jaketnya.

Jalan yang dilalui penuh dengan lobang dan tanah merah. Aku bersyukur karena tidak hujan. Jika hujan entah bagaimana kami akan masuk ke desa ini.

Baju dinas ku belum selesai di tukang jahit, baju yang menyesuaikan dengan tempat kerja di pedalam seperti ini. Memang tidak cocok memakai rok span pendek. Harusnya memakai celana panjang dan memakai sepatu bot.

"Awas nia! " teriak dony.

Tiba - tiba badan ku terguncang. Dan otomatis aku teriak dan langsung memeluk dony dengan erat.

Ternyata dony melewati jalan yang sangat rusak. Lalu sambil meneruskan jalannya sepeda motor dia memegang tangan ku dan mengusapnya. Sambil berkata

" Maaf".

"Iya " Kata ku sambil memperbaiki posisi badan ku untuk lebih tegak lagi. Karena aku tidak mau dada ku terlalu rapat dan bersentuhan dengan punggung besar dony.

Aku takut dia tahu betapa kerasnya jantung ku berbunyi karena dekat dengannya dan baru saja memeluknya erat, entah se erat apa aku memeluknya. Karena aku terkejut akibat jalan rusak tadi.

...****************...

Sesampainya kami di Posyandu, sudah banyak masyarakat yang membawa bayi dan balita untuk ditimbang.

Bahkan ada yang berjualan didepan posyandu, seperti makanan pecel dan bahkan ada yang berjualan sayur mayur.

"Waahh ada dokter dony! " sambut para kader ceria.

Ternyata dia menjadi idola para kader karena ke gantengannya.

" Wah dokter dony sudah ada yang dibonceng, biasanyaa sendiri! " cuit salah satu kadernya sambil melirik ku. Entah itu sapaan atau rasa cemburu mereka.

Aku pun hanya tersenyum dan menyapa mereka sambil bersalaman satu persatu. Dan tidak lupa memperkenal kan diri karena aku baru ke desa tersebut.

Hilir mudik ibu ibu membawa bayi balita untuk ditimbang dan di imunisasi. Sampai akhirnya posyansu pun selesai dan saat nya pulang.

" Wah cuacanya mendung dok" kata pak abdul.

" Ayo kita bergegas! " kata bu rita sambil membereskan peralatan posyandu.

" Aku ga mau kita kehujanan. " terang bu rita lagi.

Setelah berpamitan dengan para kader. Pak abdul pun sudah siap dengan sepeda motornya begitupula dengan dony.

BERSAMBUNG....

Bagaimana kelanjutannya saat perjalanan pulang???

*Ayo Dukung author agar bisa update sambungannya dan lebih banyak ide*

Terpopuler

Comments

Mommy QieS

Mommy QieS

aku pun ikut senyum2 sendiri membayangkan dokter Doni dan Nia😊

2023-05-08

1

Mommy QieS

Mommy QieS

hemmm😍😍

2023-05-08

2

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!