Hari ini hari ke 4 kami sudah bekerja tetapi masih dalam orientasi, sehingga tugas kami tidak menetap dalam 1 ruangan tapi sering di over ke ruangan berbeda dengan pekerjaan berbeda.
Ada yang bertugas untuk suntik anak bayi atau balita yang mau imunisasi, disebelang ruangan menemani dokter saat pemeriksaan pasien rawat jalan dan bahkan ada jadwal untuk pengobatan keliling.
...****************...
Dan hari ini, aku dan maya dapat tugas untuk menemani Dokter Dony untuk pengobatan keliling di desa yang cukup terpencil dan hanya dikeliling oleh pohon sawit.
Jalannya pun dari tanah merah, dan harus membawa juru jalan dari desa setempat. Karna takut kesasar, karena semua yang dilihat kiri dan kanan hanyalah pohon sawit dan tidak ada perumahan.
Kebayangkan bagaimana terpencilnya desa yang akan kami datangi. Itu baru cerita dari senior-senior ku. Aku belum bisa membayangkan bagaimana masyarakat yang tinggal disana.
Obat-obatan sudah siap, peralatan kesehatan juga sudah siap. Tidak lupa membawa 1 dus air mineral dan berbagai macam roti. Buat bekal diperjalanan.
...****************...
Ketika aku mau mengangkat bungkusan besar berbagai macam roti untuk meletakkan ke ambulance. Ada tangan yang mendahului ku.
" Ga usah, biar aku saja". Ucapnya dony pelan sambil mengambil bungkusan roti besar itu ke belakang ambulance.
" Udah siap semua kan, pak imam hari ini ga bisa nganter kita. Jadi aku yang setir sendiri" kata dony sambil melewati pintu penumpang didepan.
" Maya, kenapa kamu didepan? Ayo turun ! " Ucap dony sambil membuka pintu.
" Kenapa sih dok, aku kan mabuk kalo dibelakang. Apalagi jalannya kan rusak" kata maya memelas agar dapat duduk didepan dan dapat melihat leluasa. Karena kalo duduk dibelakang jelas saja pandangan tidak leluasa.
" Ga, pokoknya kamu turun! " paksa dony.
Ketika maya turun dan mau masuk ke belakang dan aku susul dari belakang mau masuk ke bagian ambulance belakang.
Ada tangan yang menggapai tangan ku, sambil menarikdan mengarahkan badan ku untuk menaiki pintu penumpang didepan.
" Kamu duduk di depan". Kata dony sambil menunggu aku naik. Aku terkesiap dan tidak bersuara seolah olah mengikuti saja perintahnya dan duduk dikursi penumpang. Lalu dia naik ke kursi sopir untuk menyetir.
...****************...
Maya melihat kejadian itu menjadi heboh dibelakang, dia berkoar-koar sendiri mengeluarkan kejengkelan dia karena marah.
"Bingung aku, ada apa ini!. Kalian yang di depan ini kenapa sih. Jengkel aku, aku mau duduk di depan lo disuruh turun. huuuhhh! " dengan suara sebelnya.
Ya begitulah maya, orangnya kocak. Supel, dia tidak sungkan mengeluarkan unek uneknya. Tapi dia tetap disukai teman teman karena sifat blak blakannya. Berbanding terbalik aku yang agak sedikit pemalu.
Senior yang lain mendengar celotehannya hanya cekikikan. Dan tidak menanggapi.
Ambulance sudah melaju. Aku kadang curi pandang melihat dony saat menyetir. Takut ketahuan aku alih kan pandangan ku ke spion samping kiri sambil menikmati aliran angin menghempas kan rambut ku ke wajah ku, sesekali ku seka dengan tangan kanan ku.
" Nia, kamu anak keberapa? " Ucap dony membuka pembicaraan.
" Anak pertama dok, emang kenapa? " jawab ku sambil memalingkan wajah ku menghadapnya.
"Oh gitu, Aku anak ke tiga dari 4 bersaudara. Kata orang anak pertama dan anak ke tiga cocok". Ucap dia sambil menyetir yang sesekali menghindari jalan rusak.
Lah ku fikir siapa yang nanya, cocok apa engga nya. " Ooooo gitu,... " ucap ku asal. Karena memang di otak ku ini tidak ada bahan untuk pembicaraan, aku blank.
" Kamu punyar pacar? " tanya nya lagi.
" Memang kenapa dok? " tanya ku balik tanpa menjawab pertanyaannya.
" Ya mau tau aja, ayooo jawab. Punya ga? " paksa dony.
" Emm.... " lalu aku terdiam. Sengaja memancing dia apakah sangat membutuhkan jawabanku.
"Ayo jawab, kalo ga aku berhenti nih! " acam dia memaksa ku.
" Iyaaa ... Aku ga punya dok". Jawab ku sambil tersipu malu dan memalingkan wajah ku. Aku malu wajahku yang memerah dilihatnya.
Dan aku mendengar dia menghela nafas. Seolah dia lega.
" Jalannya masih jauh nia, santai saja" dia seolah menenangkan aku. Padahal jelas ku tahu, jantung kami berdegup lebih kencang dari pada orang biasanya.
Aku ingin menenangkan diri dengan mengambil air mineral disamping kanan kursi, ternyata tangan ku bertabrakan dengan tangan dony saat dia mau mengubah persneling.
Otomatis aku terkesiap dan menarik tangan ku. "Maaf dok! " ucap ku.
"Ga pa pa, oh ya nia. Kalo lagi berdua aja. Jangan panggil dokter dong. Cukup Dony aja". Balas nya
" Ah ga enak sama dokter" kata ku.
" Kan saat kita berdua, biar lebih akrab. Janji yaa! " katanya sambil menatap ku.
" Iih perhatikan jalan dok, hati-hati" aku
kaget.
"Ayo harusnya panggil apa". Canda dony kepadaku.
" Iya dok, eh dony" Ucapku pelan. Dia tersenyum lebar seolah merasa bahagia dan merasa menang mendengar namanya ku sebut dibibir ku.
Lalu dia mengubah persneling lagi dan lebih konsentrasi lagi dalam menyetir. Ku tatap tangannya yang putih dan urat biru besar terlihat. "Gagah nya dia" batin ku. Sambil ku buka air mineral dan meminumnya.
Ternyata sungguh melelahkan, baru saja tiba di desa. Badan ku sudah merasa lelah karena terombang ambing di dalam mobil tadi. 15 menit kami kami baru bisa mencapai desa yang kami tuju.
Desa nya terlihat damai, lumayan banyak pasien yang kami layani. Ternyata ada 50 KK di desa ini, desa ini terpisah dari desa induknya. Penerangan disini pun hanya memakai aki pada saat malam.
Sepulangnya dari pengobatan keliling, aku tetap duduk didepan. Karena sudah dibooking dony. Alasannya dia bilang, di depan harus aku yang duduk karena aku bisa bikin dia tidak ngantuk saat nyetir. Ku lihat raut wajah maya manyun saja mendengar alasan dony.
" Gimana ? " Tanya dony kepada ku.
" Gimana apa nya? " Aku bingung dengan pertanyaannya.
" Ya perasaanya kerja disini? " kata dony sambil sesekali menatap ku.
" Ohh, yaa senang aja. Asyik kok, memang kenapa dok, eh don? " ucap ku sambil memilin ujung rok span ku.
"Nah gitu dong, kan enak didengarnya" sambil menatap ku.
" Kamu pernah pacaran ga nia? " tanya nya lagi, seolah dia belum puas mengorek ngorek cerita hidup ku.
"Ya pernah lah" kata ku asal, padahal sebenarnya aku belum pernah berpacaran dengan siapapun. Aku sengaja berbohong biar dia tidak memandang ku seolah aku gadis polos yang bisa dibohongi. Anggap aja aku sudah berpengalaman dengan hal-hal berbau pacar pacaran.
" Terus kenapa jadi putus? " tanya lagi.
Yah aku bingung menjawabnya, aku terdiam karena mau memikirkan jalan cerita karangan ku.
" Ya udah kalo ga mau cerita" imbuh dia, belum sempat ku jawab dia sudah duluan berkata seperti itu. Di fikir aku aku tidak mau cerita padahal nyatanya aku bingunf mengarang cerita.
" Aku dulu juga punya pacar, tapi.... " Dia memulai berbicara tentang mantanya dan terdiam.
Aku mendengar nya dan hati ku langsung tersentak. Deg ... Ih kenapa aku merasa jengkel saat dia cerita mantannya. Teenyata dia punya mantan!
Baru saja dony mau cerita selanjutnya. Tiba-tiba kaca penghubung antara sopir ke bagian belakang ambulance terbuka.
" dok boleh nanti mampir ke mesjid atau kemana gitu, saya mau ketoilet" jelas maya.
Seketika curahan hati dokter dony pun terhenti.
...****************...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 50 Episodes
Comments
Mommy QieS
sekuntum gift 🌹 untuk mu, kak
2023-04-14
2