3. Perasaan Agam Yang Sesungguhnya

Beberapa hari setelah Fahri dan Mawar jadian membuat Agam tidak melanjutkan kebiasaannya. Entah mengapa tiba-tiba saja Agam tidak menjahili Sheila seperti biasa nya.

Sheila yang biasanya dibuat kesal merasa ada yang aneh pada Agam.

"Sheila ada yang suka tuh sama kamu," celetuk Fahri saat mereka baru pulang sekolah.

"Apaan sih," ujar Sheila yang mulai penasaran dengan apa yang dikatakan Fahri.

"Beneran tadi Agam titip salam," tambah Fahri lagi.

Uhuk.. uhuk..

Sheila yang sedang minum pun tiba-tiba tersedak karena merasa terkejut dengan apa yang di dengarnya.

"Apaan sih, ga mungkin lah!" timpal Sheila yang tiba-tiba pipinya memerah.

"Beneran tau," tukas mawar yang ikut berbicara.

"Aku ga percaya," pekik Sheila yang segera bergegas pulang.

"Tunggu Sheila!" teriak Mawar yang melihat kepergian Sheila.

Sementara dari arah belakang tiba-tiba saja Agam datang. Dengan perasaan canggung dan degdegan Agam segera menanyakan yang sebenarnya kepada Fahri.

"Jadi gimana apa kamu udah bilang sama Sheila?" tanya Agam yang kini duduk di samping Fahri.

"Dia ga percaya Gam, dia kira aku cuma main-main aja," jawab Fahri.

"Ya udah ga pa-pa, pasti dia ga akan percaya lah. Orang selama ini aku selalu jahil, mana mungkin bisa tiba-tiba langsung suka," timpal Agam sambil tersenyum simpul.

"Ya udah ah, aku pulang duluan ya! Kalian berdua jangan pacaran aja!" pekik Agam yang segera menaiki angkot yang sebelumnya ia panggil.

"Yeah sirik aja loh!" timpal Fahri.

Di dalam angkot Agam pun mulai berfikir tentang perasaannya. Agam sendiri merasa tidak percaya dengan apa yang dirasakannya. Agam memang sudah lama menyukai Sheila hanya saja ia takut untuk mengungkapkan perasaannya.

Itulah yang menjadi sebab kenapa Agam selalu membuat Sheila kesal dan selalu menjahilinya. Hanya cara itu yang bisa membuat Agam lebih dekat dengan Sheila.

"Apa aku tembak aja ya besok pas pulang sekolah," gumam batin Agam.

Sementara Di tempat lain, Sheila sudah tiba dirumah sejak tadi. Sesesampainya dirumah ia pun bergegas ke dalam kamarnya. Seperti biasa sambil beristirahat Sheila selalu mendengarkan musik dari radio kesayangannya.

Sheila merebahkan tubuhnya sambil menikmati lagu-lagu yang sedang hits pada masa itu. Salah satunya ialah lagu Roulette.

Awalnya kutak mengerti apa yang sedang kurasakan

Segalanya berubah dan rasa rindu itu pun ada

Sejak kau hadir disetiap malam ditidurku Aku tahu sesuatu sedang terjadi padaku

Sudah sekian lama kualami pedih putus cinta Dan mulai terbiasa hidup sendiri tanpa asmara

Dan hadirmu membawa cinta sembuhkan lukaku

Kau berbeda dari yang kukira

Reff:

Aku jatuh cinta kepada dirinya

Sungguh-sungguh cinta Oh apa adanya

Tak pernah kuragu Namun tetap selalu menunggu

Sungguh aku… Jatuh cinta kepadanya

Coba-coba dengarkan apa yang ingin aku katakan

Yang selama ini sungguh telah lama terpendam

Aku tak percaya membuatku tak berdaya

Tuk ungkapkan apa yang kurasa

Back to Reff.

Kadang aku cemburu Kadang aku gelisah Seringnya ku tak mampu lalui hariku Tak dapat kupungkiri Hatiku yang terdalam Betapa aku jatuh cinta kepadanya

Back to Reff.

Setelah mendengarkan lagu itu tiba-tiba Sheila memikirkan apa yang tadi dikatakan Fahri di sekolah.

"Apa bener dengan yang dikatakan Fahri ya? Apa dia bohong? Ah kenapa ya tiba-tiba aku memikirkan hal ini. Terus kalau misalnya Agam benar-benar suka sama aku gimana ya? Apa yang harus aku katakan? Apa aku juga sebenarnya suka sama Agam?" gumam batin Sheila.

Memikirkan hal itu tiba-tiba membuat Sheila senyum-senyum sendiri. Sheila merasa bingung harus menjawab apa jika memang Agam menyukainya. Sebab Sheila pun tidak mengerti dengan perasaannya sendiri.

"Ah ga tau ah jadi pusing!" teriak Sheila yang menutup wajahnya dengan bantal.

"Loh anak ibu kenapa?" tanya Dewi yang terkejut mendengar anaknya tiba-tiba berteriak.

"Hehe, ga apa-apa bu," jawab Sheila yang merasa malu dengan tingkahnya sendiri.

"Sheila kalau misalnya mau cerita sama ibu boleh," tukas Bu Dewi.

"Mmh, nanti aja bu. Aku jadi malu," timpal Sheila dengan pipi yang mulai memerah.

Melihat gerak-gerik anaknya membuat Bu Dewi menyadari jika anaknya kini sedang mengalami masa puber. Bu Dewi tahu betul jika anaknya mulai menyukai lawan jenisnya. Hal itu sangat Bu Dewi maklumi karena itu wajar dan normal.

Hanya saja sebagai ibu yang baik, Bu Dewi ingin jika anaknya selalu mencurahkan isi hatinya kepada ibunya saja.

"Ya sudah tidak apa-apa, tapi jika nanti suatu saat ada sesuatu yang ingin kamu bicarakan bisa bicara sama ibu ya," ujar Bu dewi sesaat sebelum keluar dari kamar anaknya.

"Ok bu," jawab Sheila.

Keesokan harinya Sheila sudah bersiap pergi ke sekolah. Dan satu jam kemudian akhirnya Sheila tiba di sekolah. Saat turun dari angkot Sheila segera bergegas melangkahkan kakinya.

Perlahan tapi pasti Sheila mulai berjalan menuju kelasnya. Sheila selalu datang lebih awal, untuk itu masih belum terlalu banyak siswa yang berdatangan.

"Sheila," teriak seseorang dari arah belakang.

"Agam?" ujar Sheila saat ia menoleh untuk melihat seseorang yang memanggil namanya.

"Kamu baru datang? Tumben pagi-pagi gini udah datang?" tanya Sheila yang menautkan kedua halisnya.

"Iya emang sengaja aku datang pagi-pagi," jawab Agam datar.

"Maksudnya? Emang ada apaan?" selidik Sheila.

Sambil berbincang mereka pun terus melangkahkan kakinya hingga akhirnya mereka pun tiba di kelas mereka. Suasana ruang kelas yang masih sepi pun seolah sunyi karena hanya ada mereka berdua.

"Oiya Sheila ada sesuatu yang ingin aku bicarakan," ujar Agam sesaat setelah menyimpan tas di bangkunya. Kini Agam duduk di depan bangku Sheila.

"Ada seseorang yang suka sama kamu," tambah Agam.

"Masa iya? Emang siapa?" tanya Sheila yang menautkan kedua halisnya.

"Aku orangnya," jawab Agam dengan penuh rasa percaya diri.

"Apa? Beneran?" tanya Sheila yang hampir tidak percaya dengan apa yang dikatakan Agam.

"Bener lah, masa aku bohong," timpal Agam.

"Jadi gimana? Apa kamu terima cinta aku?" tanya Agam yang kini mulai berlutut dihadapan Sheila.

"Mmh, aku juga sebenernya suka sama kamu," jawab Sheila yang merasa canggung saat mengatakan hal itu.

"Jadi mulai hari ini kita jadian ya?" tanya Agam untuk lebih meyakinkan.

Tanpa berkata apa-apa Sheila hanya mengangguk dan tersenyum. Akhirnya pada hari itu mereka resmi jadian. Agam sengaja mengungkapkan perasaannya saat teman-temannya belum tiba disekolah.

Kini dua insan itu resmi menjadi pasangan kekasih. Agam merasa sangat senang karena perasaannya tidak bertepuk sebelah tangan. Begitupun dengan Sheila yang sejak kemarin sudah memikirkan hal ini akhirnya menjadi kenyataan.

"Makasih ya Sheila," ujar Agam sambil memegang tangan Sheila.

"Ya  Agam sama-sama," jawab Sheila yang merasa senang.

Ekhem.. ekhem..

Tiba-tiba terdengar deheman seseorang dari arah belakang yang membuat Sheila dan Agam terkejut.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!