Pagi-pagi sekali Sheila sudah bersiap untuk pergi ke sekolah. Jarak dari rumah menuju jalan raya lumayan jauh, untuk itu Sheila harus pergi lebih awal agar ia tidak terlambat. Meski lumayan jauh namun hal itu tidak menyurutkan semangat Sheila untuk tetap bisa bersekolah.
Setelah berjalan kaki hampir 10 menit, perjalanan Sheila harus dilanjutkan dengan menggunakan angkutan umum. Meski jaraknya lumayan jauh tapi hal itu membuat Sheila merasa senang.
Tidak hanya sendiri, Sheila pergi bersama teman-temannya yang lain. Ada teman yang satu kelas, namun ada juga yang berbeda kelas. Sheila sendiri sekolah di sekolah yang cukup elit.
Dia bisa masuk dan lulus ke sekolah negeri tersebut berkat kepintarannya. Meski biayanya yang cukup mahal tapi Sheila beruntung karena ia mendapatkan beasiswa, sehingga orang tua Sheila tidak terlalu pusing memikirkan biaya setiap bulannya.
Mereka hanya cukup memikirkan bekal sehari-hari saja. Ayah Sheila yang hanya seorang buruh memang tidak memiliki gaji yang cukup besar, namun untuk biaya sehari-hari masih bisa mencukupi keperluan mereka.
"Sheila tunggu!" pekik suara wanita yang berasal dari arah belakang.
"Hai Yun, kamu baru datang juga?" tanya Sheila saat menoleh ke arah belakang.
"Iya aku juga baru datang," jawab Yuni yang hampir setengah berlari menghampiri Sheila. Yuni kini berjalan bersama Sheila menuju kelas mereka.
Setelah tiba di koridor sekolah, mereka harus berpisah karena kelas mereka terpisah. Ruangan kelas Sheila berada di lantai atas, sedangkan ruangan kelas Yuni berada di paling ujung.
"Aku duluan ya Sheila," pamit Yuni yang meneruskan langkah kakinya, sementara Sheila mulai menaiki anak tangga.
"Iya Yun, dadah!" timpal Sheila sambil melambaikan tangannya.
Yuni sendiri merupakan teman pertama yang Sheila kenal saat pertama masuk sekolah. Sejak itulah hingga sekarang mereka menjadi teman dekat. Saat Sheila melangkahkan kakinya, dia yang melihat kedatangan Agam dari arah yang berlawanan.
Seperti biasa tanpa rasa bersalah sedikitpun Agam selalu menginjak sepatu Sheila saat mereka berpapasan. Tanpa aba-aba Agam langsung menginjak sepatu Sheila. Meski tidak menginjaknya secara keras namun hal yang dilakukan Agam sangat merugikan Sheila karena sepatunya menjadi kotor.
"Aw, awas ya loh Agam!" pekik Sheila yang merasa kesal saat Agam melakukan kesalahan yang sama.
"Apa?" tanya Agam yang berpura-pura tidak melalukan sesuatu.
"Dasar ya kamu itu memang nyebelin!" teriak Sheila yang segera mengejar Agam karena ingin membalas perbuatannya.
"Kabur!" pekik Agam yang menyadari dirinya di kejar oleh Sheila dan segera berlari.
Mereka pun kembali saling mengejar sampai ke dalam kelas. Hampir setiap hari mereka melakukan hal itu. Beberapa teman mereka ada yang hanya tersenyum melihat tingkah konyol mereka.
Ada juga yang tidak perduli dengan apa yang dilakukan Agam dan Sheila.
"Mereka selalu saja seperti itu," ujar Fadil sambil menepuk jidatnya.
Hampir setiap hari Fadil selalu menyaksikan tingkah konyol mereka berdua. Setelah lelah saling kejar-keharan akhirnya mereka pun duduk di bangku mereka masing-masing.
"Udah ah cape, awas aja nanti!" ancam Sheila dengan nafas yang terengah setelah berlarian mengejar Agam namun tak kunjung terkejar.
Sementara Agam hanya tersenyum puas melihat Sheila yang kelelahan.
"Kalian itu ya selalu saja seperti itu," ujar Mawar yang merupakan teman sebangku Sheila.
"Habisnya Agam nyebelin sih!" timpal Sheila yang merasa kesal dan merasa kelelahan.
Tak berapa lama terdengar suara bel pertanda pelajaran akan segera di mulai. Hari ini merupakan jadwal pelajaran matematika dan Sheila sangat tidak menyukai pelajaran ini karena menurutnya pelajaran ini sangatlah susah.
Setelah hampir beberapa jam pelajaran berlangsung, kini tiba saatnya untuk berisitirahat. Sebagian siswa ada yang berhamburan pergi ke kantin sekolah untuk membeli jajanan.
Namun ada juga sebagian siswa yang membawa bekal dari rumah. Termasuk Sheila yang terkadang membawa bekal, terkadang jajan ke kantin.
"Kamu ga jajan Sheila?" tanya Mawar.
"Engga, aku tadi dibuatkan roti bakar sama ibu. Kamu mau?" tawar Sheila yang segera mengeluarkan kotak bekalnya.
"Engga ah makasih, aku masih kenyang," jawab Mawar.
Beberapa saat setelah menghabiskan makanannya, Sheila pergi keluar kelas untuk melihat pemandangan dari atas lantai sekolah. Dari lantai atas Sheila bisa menyaksikan murid-murid yang lain yang sedang jajan di kantin.
Dari atas juga Sheila bisa melihat siswa yang lain yang sedang asyik bermain basket di lapangan.
"Sheila!" panggil Fahri dari arah belakang.
"Ya, ada apa Fahri?" tanya Sheila yang menautkan kedua halisnya.
"Aku titip salam buat mawar ya," ujar Fahri dengan malu-malu.
"Jadi kamu suka sama mawar nih," tukas Sheila yang segera mengambil kesimpulan.
"Iya Sheila, tolong bantu aku ya," timpal Fahri.
"Oke siap!" ujar Sheila sambil mengangkat ibu jarinya sebagai tanda setuju.
Fahri yang merupakan teman dekat Agam mencoba memberitahukan tentang perasaannya kepada mawar. Meski merasa malu tapi Fahri harus mengatakan ini agar ia bisa membantunya.
"Kamu bisa bantu aku ga Gam?" ujar Fahri.
"Bantu apa?" tanya Agam yang menautkan kedua halisnya.
"Aku suka sama Mawar, apa kamu sama Sheila bisa bantuin aku buat dapetin Mawar," jawab Ganti.
"Jadi kamu suka sama Mawar? Kenapa ga bilang dari kemarin-kemarin. Itu mah soal gampang," tukas Agam.
Setelah pembicaraan Agam dan Fahri selesai, ia pun bergegas menemui Sheila.
"Mau apa kamu?" tanya Sheila ketus.
"Ih, sinis amat," jawab Agam.
Agam pun memberitahukan tentang perasaan Fahri, Sheila yang sudah mengetahui perasaan Fahri pun setuju diajak kerja sama untuk menjodohkan Fahri dan Mawar. Mereka sepakat untuk membuat rencana bagi Fahri dan Sheila.
"Jadi gimana, kamu setuju kan dengan rencana aku?" tanya Agam.
"Oke lah kalau begitu, itu mah bisa diatur," jawab Mawar.
Keesokan harinya.
Hari ini merupakan jadwal berenang bagi kelas Sheila. Agam dan Sheila sudah sepakat dengan rencana yang sudah mereka buat kemarin. Seperti biasa mereka pun melakukan tes berenang terlebih dahulu.
Setelah pelajaran selesai Sheila mulai memberitahukan sesuatu kepada Mawar, sementara Agam memberitahukan sesuatu kepada Fahri.
"Oiya kata Sheila, ada sesuatu yang ingin kamu bicarakan ya?" tanya Mawar spontan.
"Mmh, itu, begini Mawar. Sebenarnya ada sesuatu yang ingin aku bicarakan. Sebenarnya sudah sangat lama aku suka sama kamu," ujar Fahri yang langsung mengutarakan isi hatinya.
"Apa? Beneran Fahri, apa aku tidak salah dengar?" tanya Mawar tidak percaya.
"Iya bener, kamu mau ga jadi pacar aku?" tanya Fahri to the point.
"Sebenarnya aku juga suka sama kamu," jawab Mawar yang ternyata sama-sama menyimpan perasaan untuk Fahri.
Sejak saat itu akhirnya mereka resmi menjadi pasangan kekasih.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 39 Episodes
Comments