4. Pajak Jadian

Ciee...

"Ada yang baru jadian nih," ujar Fahri yang baru saja datang.

Sontak kedatangan Fahri pun mengagetkan Agam dan Sheila. Pegangan tangan diantara mereka pun tiba-tiba terlepas karena terkejut.

"Wah jadi kalian beneran udah jadian nih," tambah Fahri.

"Sstt, bisa diem ga sih," sanggah Sheila.

"Ga pa-pa kali iya juga," celetuk Fahri.

"Iya, iya kita udah jadian. Tapi jangan bilang-bilang ya," timpal Agam.

"Wah, selamat-selamat akhirnya kalian jadian juga," ujar Fahri yang merasa ikut senang mendengar kabar baik ini.

Namun bukan Fahri namanya jika tidak membuat heboh seisi kelas. Setelah suasana di kelas ramai, Fahri justru membeberkan hubungan Agam dan juga Sheila di depan kelas.

"Mohon perhatian teman-teman, ada kabar bahagia dari teman kita. Agam dan Sheila baru aja jadian," ujar Fahri di hadapan kelas.

"Ciie.." sorak semua teman yang ada di kelas.

"Selamat ya, jangan lupa pajak jadiannya," celetuk salah seorang teman yang lainnya.

"Apaan sih," tukas Sheila yang sudah merasa malu sejak tadi.

"Gimana tuh, mereka minta pajak jadian lagi," timpal Sheila yang merasa bingung dengan permintaan teman-temannya.

"Udah ga pa-pa, tenang aja," jelas Agam yang mencoba menenangkan Sheila.

Akhirnya mau tidak mau, Agam pun harus mentraktir semua teman-teman sekelasnya. Mereka yang mendengar hal itu bersorak ramai karena istirahat nanti Agam akan mentraktirnya.

"Yeay akhirnya nanti bisa makan gratis," ujar Fahri sambil berteriak.

"Gimana nih, aku ga punya uang. Emang kamu ada?" tanya Sheila yang merasa cemas saat istirahat nanti.

"Udah kamu tenang aja, aku ada kok," timpal Agam yang mencoba menenangkan kekasihnya.

Tanpa terasa kini tiba saatnya untuk berisitirahat. Sheila dan Agam bergegas menuju kantin secara bersamaan. Agam meraih tangan Sheila dan kini mereka berpegangan tangan.

Agam dan Sheila memilih memakan roti. Sedangkan teman-teman yang lain mereka bebas akan membeli apa saja yang jelas setiap orang diberi jatah masing-masing 10 ribu.

Untuk minumannya Agam sangat suka meminum teh kotak dan akhirnya Sheila pun menyukai minuman itu. Selesai makan mereka segera bergegas menuju ruang kelas sambil berpegangan tangan.

Begitu senang dan bahagia yang mereka rasakan seolah-olah dunia milik mereka berdua. Tak terasa hampir setengah jam beristirahat pelajaran pun segera dimulai kembali.

Bagusnya saat didalam kelas, mereka begitu serius dalam belajar karena mereka duduk berjauhan. Sesekali Agam melihat ke arah Sheila, begitupun dengan Sheila yang sesekali melihat ke arah Agam.

Namun mereka hanya bisa saling tersenyum tanpa saling menyapa. Beberapa jam kemudian akhirnya pelajaran berakhir. Agam dengan segera menghampiri Sheila di bangkunya.

"Mau pulang sekarang?" tanya Agam yang kini duduk di hadapan Sheila.

"Iya aku mau pulang," jawab Sheila sambil membereskan bukunya ke dalam tas.

"Ya udah aku antar ya," tawar Agam.

"Ga usah cape, aku ada temennya kok," tukas Sheila.

"Ga pa-pa kok,  sekarang kan kita udah jadian. Jadi aku ga mau sampe terjadi sesuatu sama kamu," timpal Agam yang kini begitu mengkhawatirkan Sheila.

"Iya deh iya," jawab Sheila.

Akhirnya Agam pun mengantarkan Sheila terlebih dahulu sebelum ia benar-benar pulang. Agam mengantar Sheila sampai ia naik angkot. Meski harus berjalan cukup jauh tapi itu tidak menjadi masalah baginya.

Agam harus berjalan beberapa meter untuk bisa mengantarkan Sheila. Mereka berjalan menyusuri trotoar. Meski lumayan jauh tapi mereka cukup senang karena sepanjang perjalanan mereka hanya mengobrol.

Banyak hal-hal yang mereka bicarakan.

"Cape kan, aku kan udah bilang jauh," ujar Sheila.

"Ah ga pa-pa, aku seneng kok bisa nganter kamu," timpal Agam.

Tak terasa karena terus mengobrol akhirnya mereka sampai di tempat tujuan. Sheila tiba ditempat biasa ia menaiki angkot.

"Sampai sini aja, aku biasa naik angkot disini," ujar Sheila yang menghentikan langkah kakinya dipinggir jalan.

"Beneran kamu suka naik angkot di sini, jauh juga ya jalannya," timpal Agam yang merasa tidak tega saat tahu bahwa Sheila harus  berjalan cukup jauh.

"Ah aku mah udah biasa, itung-itung olah raga," tukas Sheila.

"Ya udah ya aku pulang dulu, itu angkotnya udah ada," tunjuk Sheila pada sebuah angkot yang akan melewatinya.

"Oke hati-hati ya, eh sini dulu!" panggil Agam sesaat sebelum Sheila melangkahkan kakinya.

"Apa?" tanya Sheila sambil menautkan kedua halisnya.

"Hati-hati di jalan ya," ujar Agam sambil mencubit kedua pipi Sheila.

"Ih Agam, malu tahu di liatin banyak orang," sanggah Sheila yang merasa malu dan terkejut karena Agam mencubit kedua pipinya dengan gemas.

"Habis pipi kamu lucu sih, aku jadi gemas," timpal Agam sambil cekikikan.

"Ih dasar ya kamu, ya udah aku pulang duluan ya," pamit Sheila sambil bergegas memasuki angkot.

"Iya dadah," ujar Agam.

Di dalam angkot Sheila pun senyum-senyum sendiri mengingat hal yang dilakukan Agam tadi. Sheila tidak pernah menyangka jika Agam akan bersikap seperti itu. Sheila benar-benar malu sekaligus senang.

Sementara Agam harus berjalan kembali setelah selesai mengantar Sheila. Hanya saja saat pulang Agam tidak harus berjalan terlalu jauh. Agam hanya cukup berjalan ke depan untuk dapat menaiki angkot yang ia gunakan.

Keesokan harinya..

Pagi-pagi sekali Sheila sudah bersiap memakai baju seragamnya. Namun saat akan berangkat tiba-tiba suara ponselnya berbunyi pertanda pesan masuk.

Selamat pagi cantik, sebelum sekolah jangan lupa sarapan dulu ya. I love you .

Sheila yang segera membuka pesan yang masuk ke dalam ponselnya segera membukanya. Sheila merasa sangat senang karena Agam mengirimkan pesan itu. Sheila pun kembali tersenyum sesaat setelah membaca pesan itu.

Pagi juga sayang, kamu juga jangan lupa sarapan ya. I love you too .

Dengan segera Sheila membalas pesan yang dibacanya. Hari-hari Sheila semakin berwarna setelah dia jadian dengan Agam. Sepanjang perjalanan Sheila terus saja tersenyum karena dia memang sedang jatuh cinta.

Di tempat lain Agam pun melakukan hal yang sama. Agam tersenyum sendiri mengingat pesan yang dibacanya dari Sheila. Mereka ibarat Galih dan Ratna yang menjalin cinta sejak SMA.

Tak berapa lama, secara bersamaan mereka pun tiba di sekolah. Akhirnya mereka berjalan bersamaan menuju ruang kelas. Agam langsung menggenggam tangan Sheila yang berjalan di sampingnya.

"Malu tahu diliatin orang," ujar Sheila yang mulai tersipu malu.

"Ga pa-pa yang lain juga banyak yang kaya gini kok," timpal Agam yang malah semakin mempererat pegangan tangannya.

Mereka terlihat begitu senang dan bahagia. Dua insan yang saling menyayangi dan saling mencintai. Beberapa orang yang melihat kedekatan mereka pun ada yang tersenyum, ada yang merasa sirik saat melihat pemandangan itu.

Agam dan Sheila terus bergandengan tangan sampai mereka tiba di kelas.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!