#04

Rena pulang ke rumahnya dalam keadaan kesal, dia langsung masuk ke dalam rumah dan langsung berjalan menuju ruangan kakaknya berada.

Ceklek.

"Kakak...." manja Rena dan langsung menghampiri Andrew yang tengah sibuk dengan laptop miliknya.

"Ehh adik kakak udah pulang, kenapa hmm kok mukanya gitu?" Andrew menutup laptopnya dan menatap Rena yang berada di depannya.

"Tau gak di kampus Rena itu ada dosen baru." ucap Rena.

"Oh ya, bagus dong, gimana dosennya tampan gak?" balas Andrew.

"Mana ada, mukanya itu jelek terus dia galak banget, masak dia mengancam mau kasih Rena nilai bulat kayak telur sih, kan ngeselin." adu Rena.

"Aduh berani banget dia ngomong begitu sama adik kakak, emang kamu ada salah apa sampai dosennya ngancam kamu seperti itu hmm?" tanya Andrew.

"Rena lupa gak mengerjakan tugas, kakak kan tahu sendiri kalau Rena itu malas jadi ya gitu Rena lupa gak ngerjain tugas dan mau di kasih nilai nol karena sudah sering tidak mengerjakan tugas." jelas Rena.

"Ya pantes aja gitu, sayang kamu kan sudah besar dan sebentar lagi juga kamu mau lulus kan, jadi kakak minta sama kamu, kamu harus fokus kuliah ya mulai saat ini, kakak gak bisa terus terusan ada di samping kamu terus." Andrew memberikan nasihat kepada Rena.

"Iih kakak kok ngomong gitu sih, katanya mau kasih apapun yang Rena minta, jadi Rena sekarang mau minta kakak buat ancam tuh dosen agar tidak memberikan rena nilai nol ataupun merah." pinta Rena merengek.

"Maaf sayang, kali ini kakak gak bisa bantu ya, kamu mulai sekarang harus berusaha untuk memperbaiki nilai kamu agar suatu saat kamu tidak bergantung terus sama kakak." balas Andrew.

"Kakak kenapa ngomong kayak gitu, kakak gak kenapa kenapa kan?" tanya Rena khawatir.

Sekarang dia tak memikirkan nilainya lagi, dia sekarang khawatir dengan keadaan kakaknya karena tidak seperti biasanya kakaknya itu akan bicara seperti itu.

"Kakak tidak apa apa, kakak hanya minta sama kamu agar kamu bisa berubah, kakak takut nanti kalau kamu sudah dewasa kamu akan terus bergantung pada kakak karena kakak tidak selamanya selalu ada di samping kamu."

Bukan tanpa alasan Andrew berbicara seperti itu, selain karena permintaan Dito Andrew melakukan itu kepada Rena juga karena keadaan tubuhnya.

Sekarang Andrew sudah tidak sekuat dulu, hidup dengan satu ginjal membuat pergerakan Andrew terbatas, jadi dia tidak tahu apakah dia akan tetap bisa hidup di samping Rena terus ataukah tidak.

"Tapi kak, kali ini aja bantu Rena ya, lain kali Rena janji akan mengerjakan tugas dengan baik." pinta Rena memohon.

"Maaf sayang, kakak gak bisa bantu kamu, saran kakak kamu minta keringanan saja sana dosen kamu, siapa tahu dosen kamu berubah pikiran dan mau meringankan tugas kamu." saran Andrew.

"Rena gak bisa kak, Rena butuh bantuan kakak, kali ini aja Rena mohon." balas Rena memohon bahkan sekarang air matanya sudah menetes.

"Maaf sayang, kakak ingin kamu lebih dewasa lagi, agar suatu saat kalau kakak tidak ada kamu bisa kuat menghadapi dunia yang kejam ini." balas Andrew.

"Kakak jahat, kakak gak sayang lagi sama Rena, Rena marah sama kakak." marah Rena dan langsung berlari pergi dari ruangan Andrew menuju kamarnya.

"Maaf sayang, maafkan kakak." Andrew merasa bersalah karena tidak bisa membantu Rena.

Sebenarnya mudah bagi Andrew untuk meminta pihak kampus membuat nilai Rena bagus, tapi ini beda mereka sudah membuat kesempatan untuk membuat Rena bersatu lagi dengan Dito dengan cara yang sudah Dito siapkan.

...**...

Sementara itu di tempat Rena, dia menangis dalam kamar mandi sambil memandikan tubuhnya. Puas menangis di dalam kamar mandi, Rena pun keluar dari kamar mandi dan langsung berganti pakaian.

"Aku harus pergi ke rumah bang Richard, kalau kak Andrew gak bisa bantuin aku ada bang Richard dan kak Dian yang bisa bantuin aku." monolog Rena menatap dirinya dalam cermin.

Rena memoles wajahnya dengan make up yang natural sehingga wajahnya terlihat sangat baby face, tapi tidak dengan pakaiannya yang sangat memperlihatkan bentuk tubuhnya yang sangat menggoda iman.

"Kita lihat saja besok, pasti tuh dosen akan bertekuk lutut sama aku dan memohon mohon agar tidak di pecat dari kampus." gumam Rena pede.

Rena pun segera menyambar tas selempannya dan pergi dari rumah Andrew menuju rumah Richard.

Ya, selama ini Rena lebih memilih tinggal bersama Andrew, selain karena Andrew adalah kakak kandungnya, dia juga tidak tega meninggalkan Andrew sendirian sedangkan di rumah Richard dia sudah ada Diandra dan juga anaknya yang menemani.

Rena melajukan mobilnya dengan kecepatan tinggi agar cepat sampai di rumah Richard, tapi sepertinya hari ini adalah hari apes dia.

Lihatlah ban mobilnya tiba tiba kempes sehingga membuat mobil Rena oleng dan Rena pun segera menepikan mobilnya untuk melihat apa yang sudah terjadi pada mobilnya.

"Astaga dalam keadaan seperti ini masih ada aja kesialan yang menimpaku." kesal Rena melihat ban mobilnya yang kempes.

"Aku harus gimana ini?" bingung Rena.

"Ah iya, telfon kak Andrew." Rena segera mengambil handphonenya di dalam mobil dan akan menghubungi Andrew.

"Lah, lah lah kok mati." handphone Rena mati karena dia lupa belum mencargernya tadi.

"Huh apes banget sih, terpaksa deh harus nunggu taksi lewat."

Rena mengambil tasnya dan mengunci mobilnya dan setelah itu dia berjalan mencari tempat berteduh untuk menunggu taksi yang lewat.

Lama Rena menunggu, bahkan sudah hampir tiga puluh menit dia di sana tapi tak kunjung juga ada taksi yang lewat.

"Ini sebenarnya para taksi kemana sih kok gak ada yang lewat satupun." kesal Rena karena tak menemukan ada taksi lewat.

Hampir setengah jam di sana juga tak ada yang dia kenal, sehingga tidak ada orang yang menolong dirinya.

"Apa ini karma buat aku ya karena sudah marah marah sama kak Andrew tadi." monolog Rena yang merasa keapesannya ini adalah karma untuknya.

Sementara itu, Dito yang baru saja hendak pulang menuju rumahnya pun melihat sosok wanita yang sangat dia kenal tengah berduri di bahu jalan sambil bicara sendiri.

"Loh, itukan Rena kenapa dia bisa ada di sana?" gumam Dito bingung.

Selanjutnya pandangan Dito tertuju pada mobil yang berhenti di pinggir jalan, bisa Dito tebak pasti ada terjadi sesuatu dengan mobil milik Rena sehingga membuat dia berada di pinggir jalan.

"Sepertinya tuhan emang menakdirkan kita untuk berjodoh," senang Dito, Dito pun segera menghentikan mobilnya saat melewati Rena.

Tin tin tin.

...***...

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!