Berbelanja

Ara merasa sangat bahagia di usianya yang ke delapan belas tahun, apalagi melihat hadiah yang di berikan oleh kakak laki lakinya, membuat wajahnya semakin berseri. Hadiah yang selama ini sangat Ia inginkan, namun sang Ayah enggan mengabulkannya. Bukannya tidak mampu membeli, namun beliau lebih memikirkan keselamatan buah hatinya itu.

" Mama, benarkah ini untuk Ara. Maksudnya apa Ara sudah bisa mengemudi sendiri. " Ara menatap Ibu dan Kakaknya bergantian, menunggu jawaban keduanya.

Nayla memeluk Ara, merapikan anak rambutnya yang tidak beraturan karena saking senangnya.

" Iya sayang, tapi harus tetap hati hati. Mama tidak mau kamu kenapa kenapa ya. "

Ara memeluk tubuh Nayla erat seiring rasa bahagia yang Ia rasakan.

" Makasih Mas nya Ara yang baik hati. "

Cup. ! Satu kecupan mendarat di pipi Alwi membuat Alwi mengelus pipinya.

" Ih apa apaan, jadi cewek kok main cium saja. " Alwi pura-pura protes padahal Ia juga bahagia melihat kebahagiaan adiknya itu.

Wleee ! Ara menjulurkan lidahnya

" Di cium doang nggak mau, awas ya kalau Mas juga cium cium aku nanti. " Jadilah perdebatan kecil di antara kedua bersaudara itu.

...Nayla dan juga Rena hanya bisa geleng-geleng kepala melihat tingkah kedua anak mereka....

...----------------...

Alwi mengantar Nayla pulang sedangkan Ara pulang dengan mobil barunya, mereka pulang dengan beriring iringan.

" Sayang, apa kamu nggak mau masuk dulu, temani Mama sebentar. " Tanya Nayla setelah tiba di mansion besar milik mereka.

Alwi hanya mencium punggung tangan Nayla, selama kejadian pahit yang Ia alami beberapa tahun lalu, sejak saat itu pula Alwi memutuskan untuk tinggal di apartemen miliknya. Hanya sesekali Ia pulang, itupun kalau Ibunya yang memintanya.

" Maaf Ma, mungkin lain kali saja Alwi nginap disini. Sekarang Alwi pulang dulu, ada beberapa pekerjaan yang harus Alwi selesaikan Ma, Assalamu'alaikum. " Pamit Alwi

Nayla tidak bisa berbuat apa apa, Ia hanya mampu memandangi kepergian Putranya hingga mobil yang Ia kendarai menghilang di ujung jalan.

Ara melihat sang Ibu melamun di pinggir jalan dengan cepat Ia memarkirkan mobil miliknya dan bergegas menghampiri Nayla.

" Mama, ada apa, kenapa berdiri disini. " Ara menyentuh kedua pundak Ibunya.

Nayla tersenyum dan menggeleng pelan

" Karena Mas Alwi lagi ya. Sudahlah Ma, Mama kan tau bagaimana Mas Alwi, kalau dia mau nginap pasti akan nginap tanpa diminta. Yuk masuk Ma, bengong saja di luar, nanti di gondol duda tampan baru tau rasa. " Goda Ara.

Kakak beradik itu memang mempunyai kebiasaan yang sama yaitu usil, ada ada saja cara mereka membuat suasana menjadi ramai.

" Hais kamu ini Nak, ada ada saja. " Nayla langsung meninggalkan Ara ketika mendengar candaan gadis itu.

Ara ikutan mengejar Ibunya sambil tersenyum penuh kemenangan, Ia merasa lucu melihat wajah Ibunya yang merona malu.

" Mama, tungguin dong. Ish nanti kalau anak gadisnya yang di gondol gimana. "

" Biarin. " Sahut Nayla tanpa menoleh.

Di tempat berbeda, Luna akhirnya menemukan tempat yang cocok untuknya. Meskipun agak sedikit mahal tapi tidak apalah, karena tempat kontrakannya itu berada di area yang tidak jauh dari perkantoran. Ia berharap bisa melamar pekerjaan di salah satu gedung bertingkat yang menjulang tinggi itu. Syukur syukur kalau ada yang menerimanya bekerja paruh waktu atau dengan shift, agar Ia bisa tetap melanjutkan kuliahnya. Meskipun Ayahnya melarangnya bekerja lebih dulu karena sang Ayah juga masih sanggup membiayai kuliahnya, namun Luna tidak ingin membebani Ayahnya terus menerus.

" Ayah..... Luna sudah sampai dengan selamat. Tapi maaf, Luna tidak bisa menemukan mereka. Semoga Ayah tidak kecewa karena Luna berbohong tentang mereka teman masa lalu Ayah, Luna akan berusaha mencari mereka nanti, semoga bisa bertemu. " Gumam Luna menatap foto sang Ayah yang Ia bawa dari kampung.

Ia meletakkan foto Ayahnya di atas nakas dan tersenyum melihat wajah teduh Ayahnya.

Luna kecil hanya hidup bersama Ayahnya, pernah Ia bertanya kemana Ibunya pergi, namun Ayahnya hanya menjawab kalau Ibunya tinggal di kota. Setiap kali Luna menanyakan alasan kenapa kedua orang tuanya tidak bisa bersama, Ayahnya hanya menjawab kelak kalau Luna sudah dewasa Luna pasti akan tau jawabannya.

Luna adalah anak yang pandai bahkan seringkali mendapat hadiah karena beberapa kali menang lomba yang di adakan di sekolahnya, terakhir ini Ia lulus dengan predikat terbaik dan itu yang membuat Ayahnya memintanya melanjutkan pendidikannya ke kota.

Ia memberikan alamat dan juga beberapa pesan untuk seseorang dimasa lalunya, Ia yakin semuanya akan berjalan lancar ketika Luna menemukan alamat yang Ia beri dan orang yang Ia maksud pasti akan langsung menerima kehadiran Luna setelah melihat pesan yang di tuliskannya untuk mereka.

Bukan hanya itu, Ia juga berharap Luna bisa menemukan Ibunya yang sudah lama Ia rindukan.

Luna langsung membersihkan diri yang terasa lengket setelah perjalanan jauh dan juga usahanya dalam mencari kontrakan yang cocok untuknya.

" Wah ada kulkas tapi tidak ada isinya, apa aku belanja saja dulu. Kayanya tadi tidak jauh dari sini ada supermarket deh, ya sudah aku belanja saja dulu. Kan lebih hemat kalau masak sendiri. " Gumamnya.

Ia meraih tas kecilnya yang disana sudah lengkap isinya.

" GO Lun, kamu pasti bisa. " Luna menyemangati dirinya.

Meskipun tinggal di kampung namun Luna sudah terbiasa berbelanja di supermarket, karena tempat Ia bersekolah juga melewati supermarket. Dirinya juga bukan dari kalangan yang miskin miskin banget, bahkan terbilang berada karena Ayahnya adalah juragan sapi di desa. Rekeningnya juga selalu terisi setiap ada yang membeli sapi sapi mereka.

" Wah supermarket di kota ternyata lebih lengkap ya, hm..... aku bisa masak apa saja yang aku mau. Ah, andai Ayah juga ada disini, Ayah pasti suka dengan ini. "

Luna mengambil banyak barang untuk melengkapi semua keperluannya di kontrakan. Mulai dari menu masakan sampai ke alat pribadi juga. Ia segera melunasi barang belanjaannya dan pulang.

Ia membawa semua barang belanjaannya yang lumayan banyak sampai tangannya terasa kebas padahal baru juga akan keluar dari supermarket.

" Aduh. "

Luna menjatuhkan barang belanjaannya karena seseorang menabraknya, dengan cepat Ia memasukkan kembali barang barang yang berceceran.

" Duh kantongnya sobek, gimana caranya aku bawa pulang semua barang barang ini. " Gumamnya.

Sedang mengumpulkan barang barang miliknya, seseorang menyerahkan sebuah kantong plastik berukuran besar.

Luna menatap kantong plastik itu tapi enggan melihat siapa pemilik tangan itu.

" Maaf, maafkan aku karena aku sudah membuat barang belanjaan mu berantakan. " Ucap seorang Pria yang sudah jongkok di depan Luna seraya mengumpulkan barang barang yang berceceran memasukkannya kedalam kantong plastik.

Luna tidak menjawab, Ia hanya diam membisu melihat Pria di depannya.

" Ini barangnya, apa kamu baik baik saja. Dimana rumah mu, biar aku antar. "

Luna yang mulai sadar langsung mengambil belanjaannya dari tangan Pria di depannya dan berdiri.

" Makasih, aku tidak apa apa. " Jawabnya sembari melangkah pergi dengan langkah seribu.

Sang Pria hanya mentapnya bingung melihat wanita cantik itu seperti lari ketakutan melihat dirinya.

Terpopuler

Comments

𝐕⃝⃟🏴‍☠️នӈᷭɜͧiͤււͤaᷠᶫᵌᵌ❤️⃟Wᵃf

𝐕⃝⃟🏴‍☠️នӈᷭɜͧiͤււͤaᷠᶫᵌᵌ❤️⃟Wᵃf

siapa sih yang nabrak kenapa Luna kek ketakutan gitu

2023-03-22

1

𝐕⃝⃟🏴‍☠️នӈᷭɜͧiͤււͤaᷠᶫᵌᵌ❤️⃟Wᵃf

𝐕⃝⃟🏴‍☠️នӈᷭɜͧiͤււͤaᷠᶫᵌᵌ❤️⃟Wᵃf

siapa pria itu kenapa Luna gak mau lihat wajahnya 🤔🤔

2023-03-22

0

𝐕⃝⃟🏴‍☠️នӈᷭɜͧiͤււͤaᷠᶫᵌᵌ❤️⃟Wᵃf

𝐕⃝⃟🏴‍☠️នӈᷭɜͧiͤււͤaᷠᶫᵌᵌ❤️⃟Wᵃf

sebenarnya kejadian apa sampai bikin Alwi gak mau tinggal sama orang tua nya, bukannya lebih nyaman ya tinggal sama kedua orang tua

2023-03-22

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!