Luna menggela nafas lega, meskipun merasa bersalah karena berbohong namun Ia merasa lega karena sang Ayah mempercayai ucapannya.
" Maafkan Luna Ayah, Luna hanya tidak mau Ayah khawatir. "Gumamnya seorang diri.
Ia kembali melangkah, tujuannya saat ini adalah mencari rumah kontrakan, tidak mungkin juga kalau Ia tidur di jalanan.
" Mau kemana cantik. "
Luna terkejut melihat seorang gadis yang nampak ketakutan karena di ganggu beberapa Pria.
" Pergi kalian, jangan sentuh aku. " Teriak gadis itu namun tiga orang Pria yang sudah mengelilinginya itu tidak mempedulikan teriakannya.
Mata liat mereka menatap tubuh indah gadis di hadapan mereka itu bahkan ada yang sudah ngeces alias meneteskan liurnya membayangkan akan menggagahi tubuh gadis yang mereka yakini masih perawan.
" Tidak perlu jual mahal begitu, tenang saja kita akan membuatmu nyaman dan akan terbang ke angkasa dengan onderdil yang kami punya, Oohhh...... ! " Desah salah satu tepat di telinga gadis cantik itu.
Gadis cantik itu gemeteran, tidak menyangka akan mendapatkan hal semenakutkan seperti saat ini. Ia terus berteriak berharap ada orang lain yang melihat dan menolongnya.
" Seseorang tolong....! " Teriak gadis itu sebelum tubuhnya di angkat oleh salah seorang Pria itu.
" Mas.... tolong Ara. " Jeritnya ketakutan.
Luna mengutak atik ponselnya, sejak tadi Ia berpikir bagaimana menyelamatkan gadis cantik itu. Akhirnya Ia tersenyum dan menekan sebuah vidio yang Ia temukan pada salah satu aplikasi yang ada di ponselnya.
" Hei Di.... dengar itu. "
Ketiganya diam mendengarkan dan tiba-tiba mereka berseru secara bersamaan.
" Po... Polisi. " Seru ketiganya bersamaan.
Dengan langkah seribu mereka lari terbirit-birit bahkan dengan kasar tubuh gadis itu di turunkan, Luna keluar dari tempat persembunyiannya setelah merasa dirinya dan juga gadis itu aman.
" Ka, kamu. Itu..... jadi kamu yang membunyikan itu, kamu yang sudah menolongku dari preman preman itu. "
Luna hanya mengangguk kecil karena terpana menatap wajah cantik gadis di hadapannya itu. Sungguh ukiran yang sempurna, seperti itulah batin Luna.
Tubuh Luna semakin mematung karena tanpa aba aba atau pemberitahuan lebih dulu, gadis cantik itu memeluknya erat.
" Makasih, makasih sudah menolong ku. " Suaranya nyaris hampir tak terdengar karena merasa bahagia dan terharu. Semua menjadi satu.
" Sama sama. " Jawab Luna setelah pelukan gadis itu terlepas.
" Naura, panggil saja Ara. " Ara mengulurkan tangannya memperkenalkan namanya.
" Luna. " Luna akhirnya menerima uluran tangan
gadis cantik di depannya.
Gadis berlesung pipi yang sangat indah itu nampak begitu ceria, bahkan terbilang cerewet dalam versi Luna karena Dia bukanlah gadis yang banyak bicara.
" Ikut aku yuk, aku ingin kenalkan kamu sama Bundaku. Dia sangat baik, pasti Bunda akan senang bertemu dengan mu, apalagi kalau Bunda tau kamu yang sudah menolong ku tadi. "
Luna tersenyum, Ia mencari alasan untuk menolak ajakan gadis yang baru Ia kenal itu.
" Terima kasih Ra, sepertinya lain waktu saja. Aku harus pulang, takut orang tuaku khawatir karena aku tidak pulang pulang juga. Maaf ya.. ! "
Sebenarnya Ia tak enak hati namun tujuannya saat ini adalah mencari rumah kontrakan sebelum siang berganti dengan malam.
" Yaa, padahal aku ingin sekali memperkenalkan sahabat baruku pada Bunda. Tapi nggak apa apa, kamu benar juga. Orang tuamu pasti khawatir mencari anak gadisnya yang cantik begini. "
Luna tersenyum mendengar pujian Ara, belum lagi gadis itu menganggapnya sahabat.
" Iya Ra, sekali lagi maaf ya. " Ucap Luna dan Ara pun mengangguk.
" Tidak apa apa. Ya sudah, Aku pulang dulu ya, sekali lagi terima kasih. "
Luna, menatap kepergian Ara dengan senyum mengembang di wajahnya, Ia merasa lucu melihat keceriaan gadis itu.
" Astaghfirullah, OMG.....! " Pekik Ara di dalam taxi yang Ia tumpangi.
Supir taxi pun terkejut dan sontak menginjak rem, mobil pun berhenti mendadak.
" Aduh, sakit. " Ringis Ara mengelus dahinya yang terbentur.
" Aduh Pak, kenapa ngerem mendadak. Sakit nih tau. " Protes Ara.
Supir menatap gadis cantik yang duduk di jok belakang.
" Maaf Non, tadi itu Bapak reflek karena kaget Non berteriak OMG. Non tidak apa apa, kita ke rumah sakit ya. "
Supir juga panik, karena Ia tau dari penampilan gadis itu bukan orang sembarangan.
" Oh hihihi nggak apa apa Pak, saya tidak apa apa. Maaf, bisakah kita lanjut sekarang. Ara sudah terlambat pulangnya, Bunda pasti khawatir nunggu di rumah. "
Supir memperhatikan wajah Ara memastikan kalau gadis itu benar-benar baik baik saja.
" Ayo Pak, Ara baik baik saja kok. Kita pulang sekarang. "
Akhirnya supir melanjutkan perjalanan sedangkan Ara masih saja komat kamit.
" Duh kok aku bodoh banget ya, kenapa tadi nggak minta nomor HP nya. Terus setelah ini bagaimana caranya mencarinya, Ara hanya tau namanya doang. " Gumam Ara.
Supir melirik ekspresi wajah Ara di kaca spion
" Apa ada masalah Non, atau ada yang ketinggalan. "Tanya supir dan Ara menggeleng pelan.
Mobil memasuki kawasan perumahan elit hingga berhenti di sebuah rumah mewah bagaikan istana.
" Non sudah sampai. "Ucap Supir karena melihat penumpangnya sepertinya sedang melamun.
" Oh, Ah iya Pak, makasih. "
Ara turun setelah menyerahkan satu lembar uang seratus ribuan.
" Ambil saja kembaliannya Pak. "
Ara langsung berlari kedalam rumah dan memanggil wanita yang bisa Ia jadikan tempat bersandar ternyaman.
" Assalamu'alaikum Bun, Ara pulang. " Panggilnya dengan suara ciri khasnya.
Seorang wanita cantik keluar dan langsung merentangkan tangannya menyambut pelukan Ara.
" Waalaikum salam sayang. "
Wanita itu tersenyum, Ia tau pasti alasan gadis cantiknya itu pulang kerumahnya. Pasti suasana hatinya sedang tidak baik.
" Duduk sayang, sudah makan belum. " Tanyanya lembut
Ara mengangguk karena memang dirinya sudah makan tidak jauh dari tempat Ia di ganggu para preman beberapa waktu lalu.
" Ada apa, kenapa wajahnya murung gitu. "
" Bun, apa menikah seribet itu ya. Maksud Ara, akan selalu ribut seperti Mama dan Papa, selalu saja ada yang di ributkan setiap hari. Kalau begitu, Ara nggak mau nikah. Ara ingin sendiri saja selamanya. "
Wanita yang di panggil Bunda terkejut mendengar ucapan Putrinya itu, sejak tadi Ia diam mendengarkan keluh kesah Putrinya seperti biasa. Ia tidak akan bersuara apapun sampai Ara selesai bercerita.
" Hustt, nggak boleh begitu sayang. Hm... dengar Bunda. Begini, setiap orang yang sudah dewasa nantinya akan menikah setelah menemukan jodoh yang cocok untuknya. Sekarang katakan pada Bunda, memangnya apa yang membuat Papa sama Mama ribut lagi hm. "
Dengan sangat hati hati wanita itu menjelaskan maksudnya agar tidak membuat mood gadis cantiknya itu semakin buruk.
" Biasalah Bun. " Jawab Ara dengan wajah cemberut.
" Soal Mas mu lagi. " Ara mengangguk
" Sudahlah nggak apa apa, nanti juga baik seperti biasa. " Bujuknya seperti biasa sembari membelai rambut gadisnya yang rebahan di kursi dan menjadikan pahanya sebagai bantalan.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 24 Episodes
Comments
🍁𝐀𝐑𝐀❣️💋🅚🅙🅢👻ᴸᴷ
aku juga suka gitu🤭🙈🙈
2023-05-12
3
🍁𝐀𝐑𝐀❣️💋🅚🅙🅢👻ᴸᴷ
Waalaikum salam Ara
2023-05-12
2
🍁𝐀𝐑𝐀❣️💋🅚🅙🅢👻ᴸᴷ
seperti apa ya kira kira orang ini🤭🤭
2023-05-12
2