Kembali Ke Masa Lalu

Jam sekolah berakhir. Hari ini adalah hari yang sangat menyebalkan bagi Jenny. Lututnya masih memar gara-gara jatuh diusili Rosi. Ia pun berjalan sedikit tertatih meninggalkan ruang kelas.

"Jejen!" panggil seseorang bersuara khas di telinganya.

Jenny menoleh. Seorang cowok berkacamata dengan tatanan rambut rapi dan super klimis menghampirinya. Ya, siapa lagi kalau bukan, Heri.

"Kakimu kenapa?" Heri membungkuk mengecek lutut memar Jenny.

"Jatuh."

Heri mentoel lutut Jenny.

"Aww! Apaan, sih! Enggak lucu!" Jenny balik mentoel kepala Heri.

"Sakit dikit doang, manja amat!" cibir Heri.

Jenny menghela napas kasar. "Ini, tuh, gara-gara Serena sama Rosi."

"Hah? Dia ngusilin kamu lagi?"

"Hm ...." Jenny mengangguk. "Eh, by the way, Adrian mana?"

"Dia enggak berangkat," jawab Heri datar.

"Oh ...." Jenny berbalik dan berjalan lagi. "Aku pulang duluan, Her."

"Hati-hati!"

Heri dan Adrian satu kelas di XIC (dibaca 11C, ya). Sedangkan Hanaya dulunya satu kelas dengan Jenny. Mereka berempat sebenarnya memiliki hubungan persahabatan yang cukup dekat. Sebelum bibit-bibit cinta itu muncul dan menjadi bumerang bagi persahabatan mereka.

***

Adrian mendudukkan tubuhnya. Sudah seharian ia mengurung diri di kamar. Adrian tengah menghukum dirinya sendiri. Ia tengah menyalahkan dirinya sendiri. Baginya, kesalahan terfatal yang pernah ia lakukan adalah ... lalai menjaga mahkota Naya.

Adrian bergeming, menatap ke arah jendela. Suasana masih mendung. Hujan sedari pagi rupanya belum cukup. Langit hitam dengan awan yang kembali menebal, seakan ingin memuntahkan kembali isinya.

Adrian beranjak menuju jendela. Ia membuka jendela tersebut, membiarkan kesejukan masuk, menyeruak ke tubuh. Pemandangan alam dari jendela lantai dua terekspos kelam. Dunia sedang bermuram durja. Sama halnya dengan hati cowok ganteng yang tengah memejamkan kedua matanya.

Adrian kembali mengingat masa-masa ketika pertama kali berjumpa Hanaya. Sekaligus pertama kali ia jatuh cinta kepada gadis manis itu.

(Flash Back)

(Hola, Readers Tersayang ... kita masuk ke alam nostalgia si Babang Tamvan Adrian, yuk! Ingat! Ini alur mundur, ya? Simsalabim ... abrakadabra!!)

(Flash Back)

Sudah pukul delapan, Adrian terlambat ke sekolah. Ia berangkat naik motor ninja merahnya. Sesampainya di depan gerbang yang telah dikunci rapat oleh satpam sekolah, ia pun turun dari motor. Dibiarkannya motor tersebut berada di depan pintu gerbang. Adrian nekat memanjat pintu gerbang tersebut.

Hap! Ia melompat dari pagar besi tersebut, lalu berlari menuju kelasnya. Saat melewati koridor sekolah, secara tak sengaja ia menabrak seorang siswi yang tengah membawa setumpuk buku dari perpustakaan.

Buk! Gadis itu sedikit terkejut, tubuhnya terhuyung dan jatuh. Sedangkan buku-buku berserakan di lantai.

"Maaf," ucap cowok dengan seragam sedikit acak-acakan itu. Ia mengulurkan tangannya, membantu gadis yang masih menatapnya terkejut itu untuk berdiri.

Adrian yang masih membungkuk dengan tangan menjulur ke arah gadis itu pun bergeming sesaat. Ia menatap bola mata cerah milik gadis yang masih terduduk diam. Rambutnya yang tergerai lurus dengan panjang sebahu. Bibir merah mudanya yang tipis menggoda untuk dicumbu. Cowok ganteng itu mulai membayangkan hal-hal semesum itu.

Sedangkan Hanaya mulai berkedip. Ia tersadar setelah beberapa saat menatap cowok cool di hadapannya. Cepat-cepat ia berjongkok dan meraih buku-buku yang berserakan satu per satu.

Kenapa dia menatapku seperti itu? batin Hanaya.

Adrian tersenyum tipis sembari menarik uluran tangannya. Ia pun duduk berjongkok, ikut membantu merapikan buku-buku yang berserakan. Tangannya meraih buku-buku tersebut, tetapi pandangannya teralihkan untuk menyoroti wajah cantik gadis cuek di depannya.

Tanpa sengaja, tangan mereka bersentuhan saat meraih satu buku terakhir yang tergeletak di lantai. Hanaya segera melepaskan tangannya dari buku tersebut. Sedangkan Adrian mengambil, lalu meletakkannya ke atas setumpuk buku yang telah tersusun rapi.

Hanaya meraih setumpuk buku tersebut, lalu bangkit. Bergegas ia melangkah meninggalkan tempat cowok itu berdiri, yang terus menatap kepergiannya dengan pandangan penuh penasaran.

Gadis yang aneh, tapi menarik juga, sih.

Adrian menuju kelasnya. Ia ketuk pintunya tiga kali. Seorang guru dengan kumis lebat yang menutupi bibir atasnya itu membuka pintu kelas. Ia menatap Adrian dari ujung kepala hingga ujung kaki.

"Pagi, Pak," sapa Adrian tanpa rasa bersalah karena telah terlambat masuk kelas.

"Sudah jam berapa ini?" tanya lelaki berperawakan tinggi besar tersebut.

"Bukankah Bapak memakai jam tangan? Untuk apa bertanya padaku?"

Guru tersebut mulai naik pitam. "Anak kurang ajar!"

"Itulah sebabnya, orang tua kami meminta Bapak untuk mengajar."

Guru itu mencekal kerah seragam sekolah Adrian. Pagi-pagi begini, sudah ada murid yang membuatnya naik darah.

"Bapak mau ngapain? Apa ini adalah bagian dari materi yang Bapak ajarkan?" Dengan santainya Adrian mengatakan kalimat itu.

"Apa orang tuamu tidak pernah mendidikmu perihal sopan santun?" geram Pak Suseno.

"Mereka tidak pernah melakukan hal seperti yang Anda lakukan terhadapku sekarang."

Pak Suseno melepaskan kerah seragam Adrian dengan kesal.

Anak ini benar-benar menguras kesabaranku!

"Sekarang, bolehkah saya masuk?" Adrian memainkan kedua alisnya.

Guru berkulit hitam tersebut menghela napas kasar. "Akan lebih baik jika kau tidak usah masuk."

"Baiklah, kalau begitu aku akan pulang." Adrian berbalik dan beranjak pergi.

"Tunggu!"

Adrian berbalik, memandang guru yang masih berdiri di depan pintu.

Heh, dia pikir aku akan sedih bila tidak mengikuti kelasnya? Dasar gorila berkumis!

"Kau tidak mengikuti kelasku, bukan berarti boleh pulang. Sebagai hukuman, kau harus membersihkan WC!"

Adrian tersenyum sinis. Yang benar saja. Aku di sini untuk sekolah, bukan untuk bersih-bersih. Apa petugas kebersihan di sini masih kurang banyak? Bahkan aku bisa membayar seratus petugas kebersihan untuk bekerja di sini.

"Kenapa diam saja? Cepat lakukan hukumanmu!" titah sang guru dengan tatapan tajam.

"Aku tidak tertarik untuk melakukan perintah Anda." Adrian menarik satu sudut bibirnya, lalu berbalik meninggalkan guru yang masih menatapnya penuh emosi.

"Dasar anak nakal! Bandel! Awas kau nanti!!"

-- BERSAMBUNG --

______________________________________________

Halo, Para Readers Kece ...?

Author mau ngajak kalian jalan-jalan menapaki masa lalu Adrian dan Hanaya terlebih dahulu, ya?

Yuk, ah, kita tengok bagaimana kisah manis mereka bermula. Sebelum menjadikan sebuah empedu yang menggetirkan.

Jangan lupa untuk selalu LIKE, COMENT, VOTE, KASIH BINTANG LIMA, dan FAVORITKAN NOVEL INI, ya?

Thank you ...!

Terpopuler

Comments

Sumiyati

Sumiyati

dri awl aj tatapa si Adrian memang ga bnar

2020-07-06

2

i.g : emhaalbana

i.g : emhaalbana

sampai disini dulu bacanya kaka, mayan tk naikin level baca.

Mak lampir bawa beca
becanya nabrak tukang cucur.
inget yah kaa, aku sudah mampir dan baca.
jangan lupa kaka meluncur.

2020-07-05

1

TereLea(♥ω♥ ) ~♪

TereLea(♥ω♥ ) ~♪

up kak

2020-06-14

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!