HARAPAN (3)

Halo...

Nine Nine disini lagi... ada penjelasan baru loh...

[RONA]

RONA, bagi manusia ialah pengganti fungsi jantung dan bagi FESTUM, sama seperti RUNE, rona ialah Hati. Rona memiliki 2 warna, putih dan hitam.

[APPORT']

Adalah tempat jangkauan dimana Sang pilot seraphin dan velvet model dapat berteleport untuk memasuki kokpit. Apport' hanya bisa digunakan oleh pilot yang terdaftar di Nightmare (saat ini memiliki 3 jenis) tertentu.

.

.

.

29 Mei 2028, Perang panjang selama 8thn telah berakhir dengan kemenangan manusia yang diberikan oleh FESTUM, namun korban jiwa yang dihasilkan dari perang tidaklah sedikit. Di sore hari pada pukul 17.00 setelah peperangan yang panjang, Langit memberikan pemandangan yang menakjubkan lewat kehadiran warna jingga yang menyembur dari arah Matahari terbenam sebagai hadiah untuk mereka semua atas perjuangan bertahan hidup yang telah dilakukan.

Letih. Lelah. Dan lega terpampang jelas di wajah semua orang, akhirnya akhir yang dinantikan telah tercapai, begitu lama mereka menantikan sebuah harapan sehingga kabar gembira ini pun tersebar dimana mana bahkan sampai ke telinga dewan UN membuat mereka memiliki kesibukan baru serta memperdebatkan mereka yang dianggap sebagai pembawa harapan.

Tangannya memukul meja, "Bagaimana bisa orang orang sialan itu baru muncul sekarang!?" bentaknya. Pria yang duduk disampingnya dengan santai menyahutinya, "Kita bahkan tak tahu mereka ada–" belum selesai kalimatnya, pria lainnya memotong pembicaraan, "Kau ingin mengatakan bahwa mereka sengaja?" tanyanya dengan geram, ia hanya mendapat senyuman sebagai balasan kemudian lanjut berbicara, "Kita tak boleh membiarkan mereka!"

Terpaksa merusak kulit luar kokpit, Ren memasuki Velvet adiknya dan menemukan Rey bersama Kagali yang keduanya tak sadarkan diri, kondisi yang sama pun terjadi kepada komandan Yula yang mana tak sadarkan diri dengan dipenuhi darah dalam salah satu kapal perang. Mereka kemudian diangkut menggunakan tandu Ambulance untuk dibawah ke rumah sakit terdekat, begitupun dengan korban lainnya yang mendapatkan luka parah dan luka ringan.

Ren berjalan, mendekati Kira yang sedari tadi menatap jauh ke arah laut, entah apa yang dilihatnya sampai sampai membuat kira tertegun. Kemudian Ren melontarkan pertanyaan, "Ada yang salah?" sambil menatap sedikit curiga kepada Kira yang berperilaku aneh.

Sedikit terkejut, Kira memalingkan wajahnya, menjawab dengan ragu ragu, "Ah ... tidak ada." kemudian tersenyum sampai Ren pergi menjauh setelah dipanggil, ia kembali pada ekspresi awalnya dan menatap kembali kearah laut. Ada kehadiran tak asing yang ia rasakan sejak awal datang kemari namun sekarang kehadiran itu terasa memudar.

"Saya harap itu bukan anda." gumam Kira meninggalkan pangkalan udara menuju ke rumah sakit tuk menjenguk Rey.

Dalam perjalanan, seekor burung merpati putih menghampiri jendela kaca mobil yang ditumpangi kira, itu adalah pembawa pesan dari pulau Sima. Rupanya ada 3 burung yang masing masing dikirim untuk mereka dengan isi surat yang sama yang mengharuskan mereka tuk segera kembali ke pulau.

Berjalan melewati setiap ruangan, Kira akhirnya tiba di ruang perawatan Rey dan melihatnya yang masih belum sadarkan diri dengan Alresha' disampingnya yang telah kembali pada wujud asli dirinya. Tanpa memedulikan kehadiran Alresha' Kira berjalan menuju jendela kamar rawat, membukanya dan menerima pesan melalui burung yang sama. Kira kemudian membalikkan kursi, duduk menghadap jendela yang menyorot sebuah taman indah yang berada di bagian belakang rumah sakit, sambil menunggu Ren yang sudah pasti datang, ia membuka pembicaraan empat mata dengan Alresha' hal pertama yang ia tanyakan adalah "Apa yang anda lakukan padanya?"

"Itulah yang ingin kutanyakan padamu, manusia!" ucap Alresha duduk membelakangi Kira, "Mengapa kalian suka sekali mencari masalah?" sambungnya.

Deretan pertanyaan yang Alresha' lontarkan sangat jelas bahwa ada kemarahan yang tersirat di

dalamnya membuat udara ringan ruangan itu semakin terasa berat dan dibalik pintu, Ren yang mendengar semua pembicaraan mengurungkan niatnya untuk masuk dan berbalik, melangkahkan kakinya menjauh dengan semua perkataan yang masih mengiang ditelinga nya.

Terganggu akan ucapan itu, langkahnya pun semakin cepat dan saat ia sadar ia sudah berada di gerbang utama rumah sakit. Menghela nafas. Pikirannya kemudian teralihkan oleh sesuatu yang terlihat dikedua bola matanya saat mendongak, sebuah pemandangan malam yang indah dengan jutaan, ribuan bahkan tak terhitung banyaknya kerlap kerlip bintang di langit telah menjernihkan pikirannya kembali.

"Kupikir aku harus kembali." gumam Ren setelah memikirkannya. Kemudian ia kembali ke ruang rawat lalu mengobrol bersama Kira dan Alresha' sampai hari ketika cahaya kemerah-merahan tampak di langit sebelah timur menjelang matahari terbit dengan cahaya terang yang memancar secara horizontal pada garis cakrawala yang terlihat melalui jendela kamar.

Pemandangan yang sama juga di saksikan oleh semua orang sebagai tanda untuk memulai hari baru yang telah datang, termasuk Zein yang tersenyum senang menanggapi seorang anak kecil dengan antusiasnya berbicara kepadanya.

"Masih sepagi ini kau sudah mengunjungi ku ... betapa energiknya kamu nak!" ucap Zein dengan menunjukkan senyumnya. Saat ini ia berada dalam suasana hati yang baik, lebih dari sebelumnya. Kemudian Zein menggendong anak kecil itu memasuki rumah menuju ruang tamu.

[Zein Lavander]

[Pria berumur 24thn ini adalah seseorang yang telah menjadi SHONA sejak masih berumur Anak anak.

Ia memiliki 2 saudara(i) yang sangat disayanginya meski tak berhubungan darah. Zein memiliki sepasang mata berwarna Merah (#FF0000) bergaya rambut blonde berwarna putih (#FFFFFF) dengan poni yang menutupi mata merahnya (#FF0000). Saat ini ia tinggal di kekaisaran Alvarez.]

Canda dan tawa yang hadir diantara mereka menjadikan Zein kembali terlihat normal seperti manusia pada umumnya. Setelah lelah bercanda, saat matahari terbit anak itu pun tertidur pulas dipangkuan Zein.

Menatap wajah tertidur anak itu, Zein bergumam, "Sebentar lagi kita bertemu ... Adikku!" kemudian tangannya mengelus rambut hitam anak itu sambil terus tersenyum.

......................

Bau obat obatan. Suara patient monitor yang terdengar ditelinga. Begitu matanya terbuka, perlahan ia telah menyadari bahwa dirinya baru saja menghindari maut. Tak kuasa menahan tangis, Yula menutup kedua matanya dengan tangan kanannya yang terdapat jarum infus, matanya meneteskan air mata kesedihan dan kebahagian bukan hanya untuk nya namun untuk mereka yang juga selamat dan untuk mereka yang dengan berani mengantarkan nyawanya demi masa depan yang akan datang. Mengetahui ibunya yang sedang menangis, Kagali memutuskan dengan sabar menunggu diluar sampai ibunya siap untuk bertemu seseorang. Selang beberapa saat, dirasa sudah siap, Kagali membuka pintu, memasukinya dibantu oleh kursi roda elektrik yang digunakannya sedari kecil dulu. "Ibu." Panggilnya singkat, dengan cepat sang ibu beranjak dari kasur membuat infusnya terlepas namun tetap tak mempedulikannya, saat ini Yula hanya ingin memeluk putrinya saja.

"Aku baik baik saja Bu ...." ucap Kagali sembari membalas pelukan ibunya.

"Terimakasih, terimakasih banyak ...." lirih Yula, tangisnya kembali pecah dalam pelukan Kagali, mungkin inilah rasa syukurnya selama ini, bahwa anaknya tetap hidup bersamanya. Perawat pun dipanggil untuk memasang kembali infusnya Kemudian Kagali memberinya air minum dan mereka berbicara banyak hal, sampai seseorang mengetuk pintu, pembicaraan jadi terputus.

"Silahkan..."

Begitu pintu terbuka, berapa terkejutnya mereka melihat seorang pria bertubuh besar, berpakaian serba hitam dengan berekspresi wajah datar yang terdapat luka sayatan pisau di mata kirinya, pria berambut pirang yang berumur 45thn itu adalah seseorang yang sangat dikenalnya, sampai sampai membuat mereka muak akan keberadaannya.

"Aku hanya berkunjung ... berhentilah menatapku seolah melihat hantu!" ketus pria itu dengan nada yang mengejek kepada kedua wanita yang menatapnya geram, "Ada urusan apa orang sepertimu mendatangi kami?" tanya Yula setelah mengatur ekspresi wajah dan emosinya. Meski ia tahu maksud kedatangannya, Yula tetap bertanya untuk memastikannya.

"Kau pura pura tak tahu? atau sengaja?"

perkataan yang di lontarkannya membuat Yula melayangkan gelas kaca yang di pegang nya.

Craang!

membuat suara kaca pecah nyaring terdengar, Yula murka, emosinya melonjak naik begitu memastikan apa yang dinginkan oleh kedatangan pria itu, "JANGAN HARAP!" bentaknya. Pria itu sedikit memiringkan kepalanya menghindari lemparan gelas dari Yula.

"Penelitian masih belum dihentikan." ucap pria itu.

"KAU GILA ... TAHUKAH KAU BERAPA BANYAK YANG DIKORBANKAN KARENA EGO MU ITU?" murka Yula.

Pria itu mengeritkan dahinya sebelum akhirnya berbalik dan keluar dari ruangan tak lupa pula ia berkata, "Aku akan kembali." lalu menutup pintu dan berjalan menjauhi ruangan saat Yula berteriak, "JANGAN KEMBALI!" dengan emosi yang meluap luap.

"Ibu ..." ucap Kagali pelan sambil memegang tangan ibunya dengan maksud menenangkannya saat ia mengamuk.

Disaat yang sama, Ren, Kira dan pria itu berpapasan saat melewati koridor rumah sakit, anehnya saat Ren melewati pria itu ia merasa bahwa seseorang juga berjalan dibelakang mengikuti langkah pria itu dalam keadaan tangan dan kakinya yang terbelenggu, membuatnya sontak menoleh, namun tak ada siapapun kecuali pria dengan pakaian hitam itu.

Ah... hanya perasaanku! gumamnya.

"Ada apa?" tanya kira yang melirik ke arah yang sama begitu mereka kembali berjalan menuju Ruang rawat.

"Tidak."

"Lucas..." panggil seorang wanita kepada Ren begitu menoleh setelah melewatinya, namun, suaranya tak sampai kepada Ren yang semakin menjauh tanpa berbalik lagi.

Kreeek....

"Perm–"

Craang!

Mangkok kaca yang melayang itu pecah akibat benturan dinding tepat di samping telinga Ren saat ia membuka pintu membuat goresan tipis di pipinya mengeluarkan darah, juga Yula yang berteriak marah tambah mengejutkannya.

"MAU APA LAGI KAU!?" teriak Yula dengan emosi yang masih melekat pada dirinya, ia tak menyadari seseorang yang membuka pintu adalah seseorang yang berbeda, membuat suasana hening yang menyeramkan juga membingungkan.

Dengan terbata bata, Ren berkata dengan nada formal tak seperti dirinya biasanya, "Aa Itu Ma-maafkan saya!" matanya kemudian melirik kanan kiri melihat seisi ruangan yang berantakan, kemudian Kira mendorongnya yang seperti batu itu memasuki ruangan dan segera meminta maaf atas ketidak kesopanan mereka berdua. Atas balasan permintaan maaf mereka berdua, Yula pun juga melakukan hal yang sama diikuti oleh Kagali.

"Apa anda berdua membutuhkan sesuatu? kami akan menyiapkannya." tanya Yula mulai merapikan tempat itu seperti sedia kala. Dan menyiapkan kursi untuk keduanya.

"Tidak, kami hanya ingin membicarakan sesuatu kepada anda berdua."

Kira menceritakan tujuan mereka mendatangi Adran sebagaimana yang telah diperintahkan Core RUNE pulau Sima untuk sesegera mungkin menjemput RUNE di Adran tanpa menyebabkan masalah yang menarik perhatian, namun keadaan perang yang terjadi diluar pulau tidak diprediksi sama sekali dikarenakan mereka yang telah lama mengasingkan diri sehingga tertutup dari dunia luar dan tidak tahu menahu mengenai perang yang telah lama terjadi, meski setiap beberapa kali FESTUM datang menyerang pulau mereka begitu pertahanan dilonggarkan.

"Maka kalian harus segera kembali jika seperti itu!"

"Namun, kondisi Rey sangat tidak memungkinkan ... Itu terlalu beresiko!"

"Kecuali kita bisa membangunkannya?"

......................

"Aku adalah kamu ... Kamu adalah aku."

Suara yang terdengar familiar, wajah yang sama meski tak sampak keseluruhan, sebuah masa kecil yang sama. Anak itu adalah Rey, seseorang dari ingatan masa lalunya yang kini berbicara dihadapan dirinya sendiri, dalam sebuah ruang tak terbatas, ruang yang hanya diisi cahaya redup dari sebuah layar putih yang bisa menghilang kapan pun.

"Apa yang kau katakan!?"

Rey perlahan melangkahkan mundur kakinya saat mata anak kecil itu menatap tajam dirinya dari balik kegelapan, satu langkah, dua langkah, kemudian membalikkan badannya dan dikejutkan akan kehadiran anak kecil itu yang tak mengalihkan pandangannya. Kemudian Rey berlari mencoba tuk menjauh dari pandangan menyeramkan dirinya yang terus mengulang kalimat yang sama disetiap anak itu melangkah menyusul. Disetiap kalimat anak itu pula memicu keretakan pada RONAnya...

"Kamu Adalah aku ... Aku adalah kamu"

Hingga di keretakan terakhir RONAnya, Rey yang sedang berlari kehilangan pijakan kemudian terjatuh tenggelam dalam kegelapan tanpa cahaya, dan walaupun ia mengulurkan tangannya tak seorang pun menggapainya hanya ada seorang anak yang masih terus menatapnya, anak itu pun menggunakan bahasa bibir yang diikuti Rey.

"Kita hanyalah ... satu manusia yang sama ..." ucap Rey setelah ia terbangun dengan kesadaran yang masih lemah...

"Nak kau sudah–"

Namun Rey kembali menutup matanya, kembali pada kegelapan yang sama.

......................

[12 Juni 2028]

Dua Minggu setelah perang panjang. Setelah diputuskannya tanggal kembali para pilot, Adran dan lainnya memulai perjalanan menuju ke pulau Sima.

Alarm peringatan berbunyi, di layar depan Flight Deck terlihat sekawanan FESTUM berjenis Aves terbang dengan kecepatan tinggi.

"MENGHINDAR. kemiringan 45⁰ ke kiri!"

"Kemiringan 45⁰ ke kiri!" ucap pilot mengulangi, lalu memutar Yoke ke kiri seperti pada perintah guna menghindari terjangan FESTUM Aves.

Pesawat terguncang akibat gesekan salah satu FESTUM Aves di sayap kanan pesawat setelah berhasil menghindari terjangannya.

"Aman!" ucap Awak kapal setelah mengecek kondisi sayap kanan melalui monitor yang mana tak berdampak parah pada sayap kanan.

"Syukurlah ..."

Disaat mereka baru saja lega, malah muncul sesuatu yang lebih berbahaya.

"Komandan ... itu, FESTUM Titan!" ucap Awak lainnya sambil melebarkan layar sentuh monitor untuk memperlihatkan FESTUM Titan itu kepada semua orang.

"..."

Tak hanya FESTUM Titan saja, di pundak Titan itu, terlihat pula Duine' ras FESTUM yang sejenis RUNE sedang memperhatikan mereka dengan mata yang tertutup Renda putih berbordir Flos Nymphaea.

["Ты здесь?"]

["Apakah kamu disana?"]

Duine' memunculkan sebuah mata yang cukup besar untuk menutupi sebagian pesawat dari cahaya terang matahari, tak cukup membuat mereka merinding atas kehadiran mata itu, kini mereka pun dihadapkan Duine' yang mengeluarkan aura mengancam meski hanya sekedar berdiri. Dan sekali lagi ia berkata...

["Ты здесь?"]

["Apakah kamu disana?"]

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!