Pemberian rekening juga atas permintaan keluarga Alex. Mereka tak ingin berlarut-larut menyerahkan sinamot sebagai mahar pernikahan. Sebab, akan terjadi penguluran waktu juga untuk pengadaan pernikahan bila sinamot tidak segera diberikan.
"Horas!" seru keluarga Alex, di ambang batas pintu.
Irma dan Bernard buru-buru menghampiri, menyambut kedatangan besannya. Sejak pagi, setelah sarapan, Irma sudah meminta para pelayan menyiapkan sajian khas batak untuk menyambut kedatangan keluarga Alex.
Tak aneh, bila 10 pelayan yang ada di rumah itu cepat-cepat memasak sesuai permintaan majikan mereka. Berbagai masakan khas batak dan khas nusantara juga sudah memenuhi meja makan, siap disajikan saat perkumpulan mulai berlangsung.
"Horas!" sahut keluarga Jesika, kedua orangtuanya dengan sigap mempersilahkan keluarga Alex untuk masuk ke dalam.
Tikar telah digelar di ruang tamu, keluarga Alex sudah memenuhi ruangan. Terakhir, sang pemeran utama pun datang, memasuki ruang tamu, mengenakan kebaya agar acara tampak formal.
"Wow!" ucap Alex, sontak ia berdecak kagum melihat penampilan Jesika yang sangat memukau pagi itu.
Ia tak menyangka, kalau perempuan itu bahkan lebih cantik dari kemarin. Riasan di wajah, sanggulan rambut yang tampak modern, serta kebaya yang menutupi tubuhnya menonjolkan lekuk tubuh itu dengan sempurna.
Cantik adalah satu kata yang tepat untuk menjabarkan penampilan Jesika pagi ini. "Kok formal kali calon parmaen kita itu," celetuk Ima, yang ikut pangling melihat kecantikan Jesika.
Kecantikan itu benar-benar luar biasa, seperti diluar nalar. Kedua kakak perempuan Alex pun ikut memuji penampilan Jesika. "Luar biasa sempurna!" puji Beta, yang diakhiri dengan anggukan Juli.
Jesika duduk dengan anggun, rok berbahan songket membuatnya sedikit susah untuk duduk dengan nyaman. Tetapi ia mencoba duduk senyaman mungkin agar orang-orang di sana tak menatapnya dengan tajam.
"Baiklah, kita mulai lanjutan acara semalam, ya! Pagi ini, kita mulai menyerahkan simbolis sinamot dari pihak keluarga laki-laki," ucap Maruli, berdiri tegap memulai pembukaan acara pagi itu.
Bernard mengangguk seraya tersenyum lebar. Ia tak menyangka, keluarga Maruli sangat serius untuk meminang anaknya. Ia melihat lembaran merah yang memenuhi piring yang diangkat oleh Maruli saat ini.
Maruli masih berkata-kata, memberikan sambutan sebagai pembukaan acara formal sesuai dengan adat istiadat. Tulangnya Alex—Yongki, sebagai perwakilan keluarga menyerahkan simbolis sinamot itu ke tangan keluarga Jesika melalui Bernard.
"Inilah dari kami untuk anak kita! Semoga pernikahan mereka berlangsung dengan lancar, tidak ada hambatan, dan keluarga mereka harmonis sampai maut menjemput," jelas Yongki, menyelipkan sedikit doa saat penyerahan simbolis sinamot.
Bernard mengulurkan tangan, menengadahkan telapak tangan untuk menerima pemberian sinamot dari keluarga Alex melalui tulangnya.
"Terima kasih banyak untuk semuanya! Kita doakan rumah tangga anak kita ini bisa berjalan sempurna, memberikan kita cucu untuk penerus keluarga serta rumah tangganya berlangsung harmonis!" sahut Bernard, menarik tangannya dan memberikan sinamot itu pada sang istri.
Secara simbolis, sinamot sudah diserahkan. Saatnya, berlanjut pada acara makan-makan sebagai lanjutan acara formal penyerahan simbolis sinamot.
Dalam acara adat batak, acara makan-makan sudah menjadi kebiasaan dan nomor satu yang tidak boleh terlewatkan. Para maid membawakan prasmanan dan diletakkan di tengah-tengah perkumpulan semua tamu yang datang.
Berbagai sajian menu khas batak yang tidak boleh terlewat, ikan mas arsik, saksang, napinadar, rendang serta menu lainnya sudah menggugah selera para tamu.
"Satu lagi!" tandas Bernard tiba-tiba.
"Apalagi, Lae! Makanan sudah disajikan, kita lanjutkanlah acara ini ke santapan lezat yang ada di depan mata," canda Maruli saat memberikan sanggahan.
"Bukan itu, Lae."
Seorang pelayan membawakan satu piring berisi ikan arsik mas terpisah dari sajian untuk para tamu.
"Maju kau, Lex. Kau juga, Jes!" tandas Bernard.
Jesika dan Alex maju ke hadapan Bernard, dua-duanya duduk bersandingan. Lalu, seorang pelayan itu menyerahkan piring pada Bernard.
"Makanlah ini! Ini sudah sah kalian terikat perjodohan yang selanjutnya akan berlanjut ke pelaminan! Ini pasu-pasu untuk kalian berdua."
Bernard memberikan piring berisi ikan mas besar. Jesika dan Alex bergantian mengambil daging ikan mas tersebut, melahapnya pelan-pelan.
"Habiskan!" sambung Maruli, dengan tegas.
"Ikan sebesar ini dihabiskan berdua?" gumam Jesika, menatap lekat ikan mas arsik yang sangat tidak ia sukai.
Ikan mas arsik sebenarnya makanan yang paling dibenci oleh Jesika. Sebab, ikan mas terlalu banyak durinya, pernah tertelan oleh Jesika, membuat ia tersedak dan merasakan sakit dikerongkongan.
Kali ini, setelah sang ayah menyodorkan ikan mas. Dengan hati-hati, Jesika memilin daging ikan mas agar durinya tidak terikutkan. Melihat Jesika seperti orang pemilih, membuat Alex menghela nafas kasar.
"Apa dia tidak suka ikan mas?" tanya Alex, dalam hati.
Namun, Alex terus menyantap banyak-banyak daging ikan mas tersebut. Ikan itu merupakan menu favoritnya sejak kecil. Bahkan, ia tak ketakutan saat duri tertelan dan menusuk kerongkongan.
Seketika, Jesika memuji aksi Alex yang mengalah demi dirinya. Ia sangat terkesan saat pria itu mau menghabiskan ikan mas yang tersaji dalam satu piring.
"Ayo, kita makan!" teriak Bernard, mempersilahkan para tamu untuk menyantap makanan yang sempat teranggurkan lantaran kegiatan pasu-pasu untuk Jesika dan Alex.
Semua keluarga asik menyantap makanan yang tersaji. Alex juga melanjutkan makannya, mengambil nasi di dalam piring, serta menambah lauk lain dari prasmanan.
Ikan mas arsik yang ia habiskan justru masih belum mengenyangkan perutnya. Lain hal dengan Jesika, wanita itu justru malas mau makan-makanan lain karena sudah muak menyantap ikan arsik mas tadi.
****
Usai menghabiskan sajian makanan, keluarga Alex dan keluarga Jesika mulai berlanjut membicarakan hari pengadaan martumpol yang akan segera dilaksanakan dalam waktu dekat.
Cuti yang diajukan oleh Alex hanya berlangsung selama dua minggu. Oleh karena itu, keluarganya buru-buru mengejar jadwal cuti Alex, agar ia bisa segera memboyong istrinya ke ibu kota.
"Sesi selanjutnya, kita mulai masuk ke topik pembicaraan martumpol," usul Bernard, setelah semua piring kotor dan prasmanan diangkut dari pandangan.
"Paslah itu, Lae! Si Alex ini hanya dapat cuti dua minggu dari rumah sakit tempat kerjanya. Jadi bagaimana kalau kita adakan secepatnya? Persoalan persiapan acara, serahkan saja sama keluarga kami!" sergah Maruli, langsung mengultimatum besannya untuk jadwal pernikahan.
"Tenang-tenang, Lae! Pasti kita menyesuaikan waktu calon hela kita itu," putus Bernard.
Pembicaraan pun berlanjut, penyampaian jadwal acara martumpol dilihat dari kalender. Bernard dan Maruli sama-sama menghitung tanggal.
Mereka memastikan jadwal martupol untuk diadakan di hari biasa. Sedangkan acara pernikahan, akan diadakan saat weekend sehingga para tamu bisa menghadiri resepsi pernikahan Alex dan Jesika.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 54 Episodes
Comments