Malam itu, Alexander dan Jesika langsung tidur meski masih terbayang-bayang saling ingin mengenal lebih jauh. Bak gayung bersambut, bayang-bayang itu justru masuk hingga ke dalam mimpi.
Jesika yang bermimpi tengah mengenal dekat Alexander setelah menjadi suaminya. Dalam mimpi tersebut, mereka bahagia telah mengarungi biduk rumah tangga. Memiliki anak yang banyak serta keluarga yang harmonis.
Lain hal dengan Alexander, mimpi buruk justru masuk ke dunia bawah alam sadarnya. Dalam mimpi tersebut, Alexander dikutuk hanya memiliki pernikahan sehari dengan Jesika.
Bahkan, ia merintih seraya menggeleng-gelengkan kepala tanpa sadar, pertanda bahwa dirinya menolak kejadian itu terjadi.
"Ah! Jangan-jangan," rintih Alex, kemudian terbangun dari tidurnya, seketika ia mengangkat tubuh dan terduduk.
"Sial! Aku mimpi buruk! Pertanda apa ini?" ucap Alex, mengingat-ingat mimpi buruknya, sekujur tubuhnya ikut meremang.
Alex membalikkan bantalnya sebelum kembali melanjutkan tidur. Kata orang-orang 'Bila bermimpi buruk, balikkan bantalmu' kata-kata itu terus terngiang meski hanya sebatas mitos belaka.
Alex melanjutkan tidurnya, sebelumnya ia sudah menyeka keringat yang mencuat di sekitar dahi. Dengan tenang, ia kembali melanjutkan tidur dan melupakan mimpi buruk tersebut.
****
Malam berganti pagi, matahari terbit dari ufuk timur. Cahaya mulai masuk ke celah-celah jendela kamar Jesika. Pagi itu, Jesika seperti kebiasaannya pasca lulus kuliah, ia kerap bangun disiang bolong.
Sama halnya dengan pagi ini, matahari yang semakin menukik tajam terus menyorot ke kamar Jesika. Sinar matahari bahkan menerobos jendela hingga menyinari wajahnya.
Alhasil, wanita itu menggerutu, membolak-balikkan tubuhnya agar terhindar dari cahaya yang menyengat serta membungkus tubuhnya dengan selimut.
Namun, sang mama—Irma, justru datang tiba-tiba. Dengan santainya, ia membuka lebar-lebar gorden yang terpasang pada jendela. Matahari bersinar dengan sempurna dari tembusan kaca jendela tersebut.
"Ah!! Mamak! Ngapain sih buka-buka gordennya!" keluh Jesika, matanya masih menyipit, enggan sekali untuk membukanya.
"Bangun ... bangun! Nggak baik anak gadis bangun siang! Nanti rejekinya dipatok ayam loh! Apalagi udah mau jadi istri orang, nggak malu nanti dilihat suamimu?" ungkap Irma, seraya menarik selimut yang mengulum di tubuh Jesika.
"Ish!" decak Jesika, dengan sebal ia mencebikkan bibirnya.
"Ayo! Cepat bangun, bapak udah nunggu di meja makan, kita sarapan bersama," timpal Irma, sedikit lebih tegas dari biasanya.
"Iya, iya!" jawab Jesika, sekenanya agar sang mama segera buru-buru pergi dari kamar.
Benar saja, setelah Jesika menjawab perkataan itu, sang mama langsung pergi meninggalkan kamar. Jesika mengangkat tubuhnya, lalu duduk sembari menyadarkan diri.
Tak lama kemudian, ia mengucek-kucek bola mata agar tersadar penuh. Mengedarkan pandangan, lalu beranjak dari kamar. Sebelum berkumpul dengan kedua orangtuanya, Jesika menyuci wajahnya agar tampak lebih fresh.
****
Di kediaman Alexander, pria itu terduduk lemas di ranjang. Sembari membayangkan mimpi-mimpi buruk yang terus merasuki ke dalam dunia alam bawah sadarnya.
"Pertanda apa sih ini?" gerutu Alex, tetapi akhirnya ia cuek saja, bahkan melupakan mimpi buruk mengenai hancurnya rumah tangganya bersama Jesika hanya dengan semalam.
Alex yang terbiasa bangun pagi, tetapi kali ini ia bangun lebih siang dari biasanya. Sebab, akibat mimpi buruk yang berkali-kali, membuatnya terbangun saat tengah malam.
Oleh karena itu, ia merasa tidurnya terganggu dan belum cukup, akhirnya bablas hingga menjelang siang, baru terbangun dari tidurnya.
Alex langsung berkumpul di meja makan bersama keluarga yang sedang asik mengobrol karena telah menyelesaikan sarapan mereka.
"Ada apa nih, pagi-pagi udah ribut?" sapa Alex, saat menghampiri kumpulan keluarga lengkapnya pagi itu.
Semua keluarga Alex, mulai dari kakak tertua dan kakak keduanya bersama suami mereka masing-masing masih menginap di kediaman keluarga Alex. Sebab, prosesi persiapan pernikahan Alex berlangsung lebih cepat.
Hari ini, pemberian sinamot secara simbolis pun akan dilaksanakan. Oleh karena itu, kedua kakak kandung Alex bersama suaminya tidak diizinkan untuk pulang ke rumah.
"Lagi membicarakan calon istrimu. Kok bisa ada perempuan secantik itu!" sahut Juli—Kakak tertua Alex.
"Iya, ya! Aku juga heran loh, padahal wajah mamak sama bapaknya biasa aja sih!" timpal Alex membenarkan.
"Bersyukurlah kau, Lex! Jadi bisa memperbaiki keturunan!" balas Beta—Kakak kedua Alex.
"Haha! Kakak ini ada-ada aja, nggak kakak lihat wajahku ini tampan paripurna! Perempuan manapun bisa kujadikan istri!" ucap Alex, bangga seraya menepuk dadanya.
"Loh, buktinya kau nggak nikah-nikah sampai sekarang, mana perempuan yang kau bilang! Sampai akhirnya kau terima juga dijodohkan sama bapak!" tambah Juli, penuh penekanan.
"Itu lain ceritalah! Memang karena aku nggak ada waktu aja meladeni wanita-wanita cantik di luar sana. Tapikan jadi untung buat bapak, dia bisa memenuhi janjinya sama sahabatnya sendiri! Menjodohkan anak siapudannya ini," sanggah Alex, masih mengelu-elukan dirinya sendiri.
"Shhh ... udah-udah, makan dulu kau, Lex! Cepat kalian siap-siap, kita mau ke rumah Jesika pagi ini," kata Ima, mengalihkan perdebatan anak-anaknya.
"Pagi-pagi gini, Mak? Macam betul aja!" ledek Beta, seraya mengerucutkan bibirnya.
"Lebih cepat lebih baik loh, Bet!" tandas Ima.
Alhasil, obrolan pagi di meja makan berakhir. Alex sibuk menyantap sarapan rotinya, sedangkan kedua kakak bersama suami mereka masing-masing langsung meninggalkan meja makan.
Mengikuti perintah nyonya besar di rumah itu, dua pasangan suami istri itu bersiap-siap hendak ke rumah Jesika mengantarkan sinamot yang diminta.
****
"Sini, Boru! Biasakanlah bangun pagi! Bisa direpeti mertuamu kau nanti," protes Bernard, saat boru sasadanya berjalan gontai mendekati.
Wanita itu masih sangat manja pada kedua orangtuanya, bahkan memang dibiasakan manja sejak kecil. Ia mengecup pipi sang ayah, bergantian kepada pipi sang mama.
"Morning kiss dari anak tercinta," ucapnya seraya terkekeh kecil, melayangkan senyuman termanis miliknya.
"Hmmm! Cuma kayak gitulah caramu meluluhkan hati bapak sama mamak, ya!" gerutu Bernard, seraya mengusap pipi bekas ciuman anaknya.
"Ih, bapak! Kok dilap sih!" sungut Jesika, tak terima.
"Udah-udah! Cepat sarapan, katanya keluarga Alex mau datang pagi-pagi loh! Buruan kau mandi, Jes! Nggak malu kau dilihat suamimu berantakan kayak gitu!" cemooh Irma, menatap tajam ke putrinya.
"Iya, Jesika mau makan dulu, mak! Pokoknya tenanglah mamak," ucapnya, seraya menenangkan.
*****
30 menit berlalu ...
Keluarga Alex baru saja tiba di rumah Jesika. Membawa hantaran sinamot yang ditengadahkan di atas piring berisi beras, serta tumpukan uang lembaran merah sebanyak dua juta.
Uang sebagai penyerahan sinamot secara simbolis akan segera terlaksana. Tak lupa, dalam tumpukan uang tersebut, ada pula sebuah kertas transaksi 2 milyar yang pagi ini sudah dikirimkan pada keluarga Jesika.
Tadi malam, keluarga Jesika sudah menyerahkan nomor rekening untuk penyerahan sinamot tersebut.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 54 Episodes
Comments