Perkenalan keluarga konglo

Alexander langsung berdiri. Ia juga melakukan apa yang dilakukan oleh Jesika. Kedua keluarga konglomerat itu saling memperkenalkan satu sama lain.

"Lanjutlah perkenalan antar keluarga, ya! Di sini, kami membawa keluarga yang lengkap, ada ito pertama Alex, namanya Juli, ito keduanya namanya Beta Riana, dan Alex anak ketiga kami alias siapudan," ungkap Maruli panjang lebar.

Maruli melanjutkan perkataannya, menjelaskan satu-persatu yang ikut datang menemani, mulai dari tulang, namboru dan uda Alex, maktua, semua lengkap ikut hadir terkecuali opung Alex yang memang sudah tiada sejak lama.

Secara bergantian, Bernard juga mengenalkan keluarganya yang hanya beranggotakan tiga orang termasuk dirinya.

"Seperti yang kalian lihatlah di sini, aku dan istriku hanya memiliki satu anak yaitu Jesika. Tapi untuk yang ikut mendampingi ada adik-adikku serta dari keluarga istriku."

"Sama seperti keluarga yang lae bawa, kami pun lengkap. Ada tulang, namboru, tante, dan udanya Jesika," tambahnya kemudian.

Perkenalan keluarga berlangsung cukup lama. Antar keluarga saling bercakap-cakap, membicarakatan tentang kebiasaan yang kerap dilakukan oleh keluarga masing-masing.

Tak hanya itu, persoalan bisnis juga disampaikan secara terbuka. Dari keluarga Alex, mulai membeberkan tentang berbagai bisnis yang dimiliki.

Keluarga Alex memegang bisnis lahan pertanian, pemilik tanah terbesar bahkan orangtuanya dijuluki sebagai tuan takur, serta pemilik usaha franchise minimarket yang berkembang di penjuru negara mereka.

Sementara keluarga Jesika, ayahnya seorang pebisnis handal dibidang entertaiment khusus perekrutan penyanyi lagu batak, pemilik bisnis karaoke yang tersebar di seluruh di kota-kota besar, serta pemegang saham utama mall terbesar di kota medan.

Meski tinggal di desa, keluarga Jesika sangat terkenal dengan handalnya mengatur usaha yang dimiliki. Mereka bahkan bisa mengontrol segalanya dari kampung. Tak perlu repot mendatangi ke tempat berdirinya usaha yang dimiliki.

"Jadi gitulah, lae! Usaha kita berbeda, penghasilan kita berbeda tapi kami nggak bisa mengungkapkan berapa penghasilan kami selama setahun," tandas Maruli, malu-malu.

"Itu juga termasuk rahasia perusahaan, lae!" timpal Bernard terkekeh, sebab ia juga tak bisa menyampaikan berapa penghasilan keluarganya.

Hal itu sangat sensitif apalagi banyak keluarganya yang menyaksikan, memburu harta yang ia hasilkan, kala dirinya telah tiada. Sebab, adat istiadat keluarga Bernard sangat kental, selama tidak memiliki penerus yang merupakan anak lelaki, harta tidak bisa semuanya jatuh ke tangan anak perempuan semata.

Setidaknya, penghasilan keluarga Bernard, saat ini masih bisa memenuhi semua kebutuhan boru sasadanya, tak perlu bekerja keras banting tulang hanya untuk menafkahi diri sendiri.

Disisi lain, ketika para keluarga sedang asik berbincang, Alex mencuri-curi pandang, menyaksikan kecantikan calon istrinya. Ia ingin sekali berbincang langsung dengan perempuan itu.

Sangat menarik baginya, perempuan itu nampak polos sekaligus liar. Tampilannya bahkan tak biasa. Wajar, seorang anak konglomerat yang tinggal di kampung pasti mengikuti gaya fashion terkini ala anak kota.

Tak heran bagi Alex, karena ia sendiri juga sangat menyukai tipe-tipe wanita seperti Jesika. Cantik, polos, tapi terlihat liar walau hanya sekali pandang.

Ia tahu kalau Jesika bukan sekedar tipikal wanita polos dan lemah lembut. Wanita itu sepertinya memahami tahap berpacaran bahkan tentang tipe lelaki yang disukainya. Meski sebenarnya, Jesika wanita baik-baik hanya sedikit nakal dan iseng.

"Makanlah dulu kita," ucap Bernard, mempersilahkan tamu dan seluruh anggota keluarga untuk bersantap malam.

Saat itu, sudah jam 8 malam, kedua keluarga menikmati makan malam yang dihidangkan sekaligus makanan yang dibawa oleh keluarga Alexander. Mereka menikmati jamuan besar dari keluarga Jesika.

*Hening

Tak ada suara, suasana seketika hening, semua orang sibuk menghabiskan jamuan mewah malam itu.

Makanan khas yang orang batak, tersaji lengkap pada pertemuan persiapan pertunangan dua insan yang belum saling mengenal.

Setelah setengah jam berlalu, semua orang selesai menyantap makanan. Hampir seluruh makanan tandas, telah berpindah ke perut orang-orang yang berada di sana.

Para pelayan dengan sigap membersihkan piring, gelas, dan prasmanan sebagai wadah lauk malam itu.

Tak membutuhkan waktu lama, 10 maid langsung turun tangan membersihkan semuanya. Keluarga Jesika dan Alex melanjutkan topik pembicaraan mengenai persiapan pertunangan hingga pernikahan yang akan digelar dalam waktu dekat.

"Jadi gimana lae, udah siap anak kita ini dinikahkan?" tanya Maruli pada Bernard, kembali melanjutkan topik hangat tentang maksud kedatangan keluarga malam itu.

"Kalau kami, sebagai keluarga pihak perempuan, kami harus menanyakan langsung pada boru kami. Semua harus berdasarkan persetujuannya, dia yang menjalani pernikahan ini, bukan saya," ucap Bernard sembari memberi gurauan.

"Masa Lae menikah sama anak kami—Alex," kekeh Maruli.

Semua keluarga yang ada di sana, ikut menyambut gelak tawa dari candaan kedua pria paruh baya tersebut.

"Langsunglah tanya, Lae!" tandas Maruli, menatap Bernard dengan tajam.

"Gimana, boru? Kau mau menikah sama Alex? Kalau mau kau, berarti jadi hela bapak sama mamak si Alex," papar Bernard, menatap dalam putrinya serta menunggu jawaban.

Jesika tertunduk malu-malu. Namun, ia tak mau memberikan jawaban terang-terangan, bisa besar kepala nantinya Alexander Sidabutar jika ia langsung mengiyakan pertanyaan sang ayah.

"Kalau aku, gimana bang Alex ajalah, pak!" sahutnya seraya tertunduk malu-malu.

"Loh, kok malah balik kau tanya si Alex? Kalau si Alex mau-mau ajanya itu, dikasih perempuan secantik kau, laki-laki mana yang nolak, iya nggak?" canda Bernard terkikik geli.

"Iya, boru, harus kaulah yang jawab. Kalau kau siap dipinang, tinggal kita tunggu jawaban Alex. Mau tidak dia meminang kau?" timpal Irma, menatap dalam manik indah Jesika, yang langsung menatapnya saat ia mulai berbicara.

"Hmm ... mau!" lirihnya sehingga para keluarga tidak mendengar ucapan samar-samar dari mulut Jesika.

"A–apanya kau bilang boru? Macam kumur-kumur. Kau dengar nggak Alex?" Bernard mengalihkan pandangan, menatap Alex yang tengah bergeleng, lalu mengerjapkan mata.

"Tuhkan, calonmu aja nggak dengar!" sesal Bernard.

"Pelankan suaramu, Lae! Takut nanti calon parmaen kita itu," kelit Maruli, membela sang calon menantu.

Entah mengapa, dua pria paruh baya yang bersahabat dekat itu suka berdebat. Saat membicarakan hal sepenting dan seserius ini, mereka malah asik bergurau.

"Iya, aku mau, pak!" kata Jesika dengan suara parau.

Pipinya seketika memerah, lalu menoleh ke wajah Alexander Sidabutar dengan malu-malu. Sekali lihat, Jesika langsung jatuh cinta pandangan pertama pada dokter tampan itu.

"Tuh, kau dengar kan, Lex? Udah mau boruku, kau sendiri siap meminang dia?" cecar Bernard, beralih menangkap iris mata elang calon helanya.

Tanpa ragu-ragu, Alexander menjawab dengan jelas dan tegas. "Saya siap, Tulang!"

Bernard dan Maruli berseru penuh kemenangan, senyum simpul tersemat dibibir keduanya. Mereka merasa bangga saling menjodohkan anak masing-masing.

Bahkan, kedua calon itu saling menatap malu-malu setelah menyetujui pertunangan hingga berlanjut ke prosesi pernikahan.

Meski keduanya sepakat dengan perjodohan, tak lantas membuat keduanya langsung saling mendekat. Pria dan wanita itu masih menjaga jarak, belum melanjutkan pengenalan ke tahap yang lebih pribadi.

"Jadilah kita yang berbesan itu!" teriak Maruli semangat.

"Syukurlah, pak! Tidak ada yang menolak perjodohan ini," sambung Ima, tersenyum bangga, menatap calon menantunya yang sangat cantik tetapi bersikap pemalu.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!