Ketika Shira hendak mau menyalakan lampu, namun tertahan ketika Leon sudah berhasil mencium bibir Shira tanpa ada aba-aba dulu. Leon sudah tidak kuat, tubuhnya sudah mulai kepanasan.
Shira melawan! Namun tenaga Leon cukup kuat. Leon mencengkram kedua tangan Shira sehingga membuat wanita yang tengah ia sentuh tidak bisa melawan.
Aaahhhh
Desah Shira ketika kedua tangan Leon *******-***** aset kebanggaan yang kembar itu. Shira sampai tidak berdaya, tubuhnya juga ikutan panas.
Leon melepas busana Shira yang dia anggap kekasihnya dengan paksa sampai robek. Lantas Leon menjelma sebagai vampir hingga meninggalkan banyak bekas di leher Shira, dan lagi Shira kembali melenguh.
Hingga akhirnya, Shira Irawan masuk ke dalam permainan Leon yang nikmat itu. Shira begitu menikmati setiap sentuhan demi sentuhan yang Leon berikan padanya, bermain tanpa ada cahaya terasa nikmat meski tak terlihat. Cukup di rasa saja sudah membuat Leon dan Shira melayang bagaikan di surga.
Shira masih dalam keadaan sadar, tapi dia tidak melihat milik Leon sekarang sudah masuk ke dalam sangkarnya.
Aaahhh, Leon!
Tanpa sadar Shira mendesah sembari menyebut nama Leon.
Leon begitu perkasa ketika di atas ranjang, maju mundur dengan tempo yang cepat. Lagi, Shira hanya bisa melenguh karena nikmat yang tiada bisa Shira ungkapkan dengan kata-kata.
“Leon! Uuggghhh .... “ Dan untuk kedua kalinya Shira memanggil nama Leon dengan manja dan seksi.
Hingga Leon pun berhasil menaburkan benihnya ke dalam rahim yang dia kira adalah Irene. Setelah itu, tubuh Leon pun terkapar lemas di sebelah Shira dengan napas yang memburu.
Shira pun menyalakan lampu kamar, dan benar laki-laki yang sudah memberikan kenikmatan padanya adalah Leon yang sekarang sudah tertidur pulas.
Shira membulatkan mata lebar-lebar melihat si perkasa milik Leon yang loyo tapi ukurannya sangat wow. Pantas Shira sampai kesakitan karena terlalu besar sampai kesempitan.
“Kenapa jadi seperti ini? Kenapa? Apa jangan-jangan si Leon ini sudah berencana akan menyentuh putriku? Oh tidak!”
Shira benar-benar tidak bisa tidur sama sekali, memikirkan perasaan Irene.
Shira menangis dan menangis karena tidak bisa melawan hingga terjadinya pertempuran panas penuh nikmat.
Leon tengah membersihkan tubuhnya di dalam kamar mandi. Leon masih tidak percaya jika semalam dirinya sudah melewati malam panjang bersama Shira, Mommy-nya Irene. Andai saja ... Leon tidak meminum obat haram itu, mungkin kejadian semalam bisa dicegah. Leon benar-benar tidak tahu? Apa yang harus dia lakukan sekarang. Ia merasa malu untuk bertemu lagi dengan Irene.
"Aarrrghhh!!!" pekik Leon mulai stres memikirkan kejadian semalam.
Leon memikirkan perasaan Irene, pasti akan sangat kecewa. Wanita yang sudah melahirkan dirinya sudah Leon nikmati semua miliknya tanpa terkecuali.
"Apakah aku harus menjauh? Aku tidak akan sanggup. Aku sudah mengkhianati Irene, aku tidak sanggup melihat Irene menangis, kecewa, terluka dan hancur. Meski Tante Shira meminta aku untuk melupakan kejadian semalam. Tetap saja, aku merasa berdosa. Aarrrghhh ... lagian bego juga! Kenapa gue harus mengambil jalan pintas itu? Jadi gini kan? Tidak sesuai ekspektasi." Leon terus ngomel-ngomel, dia memarahi dirinya sendiri.
Ketika lampu mati, harusnya dia nyalakan dulu. Eh dia malah kesenangan sendiri. Akhirnya jadi salah sasaran.
Bukan hanya Leon saja yang berdiam diri di kamar mandi. Shira pun sama, wanita yang usianya mendekati kepala empat namun masih terlihat cantik dan menarik. Wajahnya masih terlihat segar, tidak terlihat sudah usia 39 tahun. Terlihat masih usia 25 tahunan, orang-orang luar mengira kalau Shira adalah Kakaknya Irene, bukan Mommy-nya Irene.
Shira merasa jijik pada tubuhnya yang sudah kotor. Jijik dengan leher dan dadanya yang banyak bekas gigitan mulut serangga, dan itu jelas ulah Leon laki-laki yang sangat dicintai oleh Irene.
"Aku tidak akan memberikan restu. Aku harus menjauhkan Irene dengan pria sialan itu! Dia sudah menikmati tubuhku, jangan harap dia bisa menikmati putriku juga. Tidak! Tidak akan aku biarkan terjadi. Irene dan Leon harus putus! Aku harus peringati pria itu agar dia menjauh dari Irene. Selain itu, aku tidak mau sampai putriku tahu apa yang sudah aku dan Leon lakukan semalam. Aarrrghhh bego! Kenapa sih aku enggak bisa melawan sama sekali. Kenapa semalam aku pasrah begitu saja menikmati setip sentuhan yang Leon berikan!"
Setelah ini, Shira akan menemui Leon. Lalu akan mulai mencari Irene. Kalau bisa, Shira akan mengirim Irene ke Australia agar jauh dari Leon. Berharap di sana, Irene bisa melupakan Leon dan mendapatkan pengganti yang jauh lebih baik, lebih mapan, tidak pemalas seperti Leon.
***
Irene menelpon Leon menggunakan nomer telepon Sabrina, namun telepon darinya tidak mendapatkan jawaban dari Leon.
[Sayang. Ini aku, Irene. Aku menggunakan nomer telepon Sabrina. Semalam aku kabur dari rumah, ponsel aku ketinggalan. Aku mau hubungi kamu jadi susah. Semalam aku juga teleponin kamu, tapi gak kamu jawab jawab. Sayang. Aku yakin, dengan cara ini kita pasti akan menikah. Aku tidak akan pulang ke rumah sebelum Mommy merestui kita. Sayang. Temui aku di rumah Sabrina ya, aku kangen. Love you, muach]
Leon baru selesai membersihkan tubuhnya yang kotor dan menjijikan karena sudah tempur dengan calon ibu mertuanya. Leon mengambil ponselnya di atas kasur. Leon duduk di ujung kasur, menghidupkan layar ponselnya. Ada chat masuk dari kontak tanpa nama.
"Irene! Dia chat aku. Dia minta ketemuan. Irene ... apakah gue masih pantas buat Lo? Setelah apa yang sudah terjadi semalam antara gue dan Mommy Shira? Gue memang anak berandalan, bisa dibilang hanya Islam KTP. Tapi gue ngerti agama. Gue gak boleh gauli ibu dan anak. Gue gak mau nambah dosa! Gue bingung, Sayang. Gue bingung harus ngapain? Gue sayang banget sama lo, Irene. Sayang banget. Lo yang bisa menerima gue apa adanya. Tapi gimana? Semalam itu nyata. Gue dan nyokap lo sudah menabur benih." Leon bermonolog, dia tidak berani untuk ketemu Irene, bahkan dia tidak membalas chat dari Irene.
Irene masih memegang ponselnya Sabrina, menunggu balasan dari Leon.
"Centang biru. Itu artinya Leon sudah balas chat aku. Tapi kenapa dia tidak balas? Apakah dia marah sama aku karena semalam aku membatalkan rencana yang sudah dia susun. Ish ... sebel deh!" gerutu Irene.
Irene pun mengembalikan ponsel Sabrina ke pemiliknya. Irene mengambil tas mininya, gegas Irene pun ke luar dari kamar Sabrina.
"Kamu mau ke mana, Irene?" teriak Sabrina karena Irene main nyelonong ke luar begitu saja. "Ah ... paling mau ke rumah si Leon," duga Sabrina.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Comments