Bab 2

“Tante, tunggu dulu! Leon mau tanya? Kenapa bisa Tante? Irene mana? Jujur, Leon masih bingung loh. Terus kenapa Tante tidak cegah aku?” tanya Leon, berjuta pertanyaan ingin Leon tanyakan terkait kejadian semalam. Meski dirinya kerap di usir oleh Shira, namun pemuda itu tetap tidak mau pergi juga.

Napas Shira mulai kembang kempis, tensi darahnya mulai naik. Mengingat punya riwayat darah tinggi, Shira Irawan pun mencoba untuk meredakan emosinya dulu. Bukan perkara itu saja yang Leon tanyakan, terkait noda darah itu. Bukannya Shira sudah mempunyai anak, kenapa masih bisa keluar darah? Semalam Leon melakukan itu terpengaruh dengan obat sesuatu, hingga Leon bermain di luar kesadarannya.

“Heh, anak muda be33jaaadd! Gimana saya mau nolak hah? Tenagamu sangat kuat. Saya sampai kewalahan dan tidak bisa melawan,” ucap Shira sinis.

Leon menggaruk tenguknya, ia mencoba untuk mengingat kejadian semalam. Yang Leon ingat hanya suara desah ketika tangan Leon mer33mas buah dada itu, lidah Leon juga berkelana di leher Shira sampai wanita itu tidak bisa melawan dan mulai mengikuti setiap inci permainan yang Leon berikan. Setelah itu, Leon tidak ingat lagi.

“Pergi! Ke luar dari sini! Dan ingat, jangan sampai Irene tahu masalah ini. Anggap saja malam tadi tidak terjadi sesuatu. Ke luar!” sentak Shira mengusir Leon lagi.

Gegas Leon pun turun dari ranjang, Leon mengambil pakaiannya yang berserakan di lantai.

‘Sial! Kenapa bisa sih gue jadi ulala sama emaknya?’ gerutu Leon kesal, ingin bercinta dengan Irene, eh malah sama Mommy Shira.

Shira meremas selimut, mencengkramnya dengan kuat. Wanita itu masih belum percaya dengan kejadian yang sudah terjadi antara dirinya dan Leon, kekasihnya Irene. Shira memikirkan perasaan putrinya, pasti sangat hancur jika mengetahui tentang ini.

“Jangan sampai Irene tahu! Aku tidak mau melukis luka di hatinya. Leon memang brengseeekkk!!!” pekik Shira semakin kuat mencengkram selimut yang menutupi tubuhnya yang masih polos.

#Sebelumnya...

Irene berdiam diri di dalam kamar ketika petang. Irene tidak mengunci jendela kamarnya sesuai dengan kesepakatan. Jam sebelas malam lewat, Leon akan datang. Jam segitu Mommy Shira pasti sudah tidur lelap. Gadis cantik itu terus memperhatikan obat yang tadi dikasih oleh Leon, tubuh Irene semakin gemetar dan panas dingin. Sumpah demi apa pun, Irene belum siap untuk melakukan ini.

“Tidak tidak tidak tidak! Aku tidak boleh ambil jalan pintas ini. Aku harus cari akal agar malam ini aku dan Leon tidak harus melakukan ini. Ya, tidak boleh!”

Gegas Irene pun ke keluar dari kamar, sebelum ke luar Irene menaruh ponselnya di atas meja rias, obat itu Irene buang ke tong sampah yang ada di dalam kamarnya.

Irene menemui Mommy Shira yang lagi duduk santai di ruang tengah sembari membaca berkas projek baru yang akan segera dijalani.

“Mommy!” panggil Irene lantang.

“Iya, Ren.” Mommy Shira menyahut, akan tetapi pandangan matanya masih tertuju ke selembaran berkas itu.

“Apakah Mommy tetap tidak akan memberikan restu kepada Irene untuk menikah muda dengan Leon? Bukannya dulu Mommy dan Almarhum Daddy juga menikah muda. Maka dari itu, Irene juga ingin mengikuti jejak Mommy.” Lagi, Irene mencoba untuk membujuk Mommy-nya.

Shira melepaskan kacamatanya, menaruhnya di atas meja. Shira melipatkan kedua tangannya di atas dada, “Mommy tetap tidak akan setuju, Irene. Mommy tidak akan menikahkan kamu dengan Leon, mau dikasih makan apa anak Mommy? Makan cinta? Hilih ... yang ada kamu akan kelaparan tiap hari,” cibir Shira yang tetap tidak akan merubah keputusannya.

“Oke, fine! Kalau begitu Irene akan pergi dari rumah ini. Irene tidak mau lagi tinggal di sini. Mommy egois!” pekik Irene berlarian kecil menuju ke kamarnya.

“Irene!” sentak Shira.

Huh

Shira mengatur napasnya, Shira jangan terlalu emosi tidak mau sampai tekanan darahnya naik. Shira yakin, kalau Irene hanya menggretaknya saja, tidak mungkin Irene pergi dari rumah ini. Tidak mungkin!

Namun apa yang terjadi? Shira terbelalak dan langsung berdiri tegak ketika dirinya melihat Irene muncul sembari menyeret kopernya.

“Irene, kamu beneran mau pergi meninggalkan Mommy hanya gara-gara laki-laki itu?” hardik Shira sembari geleng-geleng kepala.

“Ya, Irene lebih baik pergi dari pada Irene batal menikah dengan Leon!” Irene sengaja melakukan ini, bukan bermaksud untuk meninggalkan Mommy-nya, hanya ingin menggeretak saja. Siapa tahu dengan cara ini Mommy Shira mengizinkan Irene menikah muda dengan Leon.

Gegas Irene pun berlalu pergi ke luar rumah. Shira gagal mencegah Irene, dia tidak mau sakitnya kumat hanya karena emosinya yang terus terpancing.

Besok, Shira akan mencari Irene dan akan membujuk Irene untuk kembali pulang. Mungkin malam ini, anak gadisnya tengah emosi.

Shira sedih sangat sedih atas sikap putrinya yang susah dibilangin, yang tidak bisa berpikir logis. Pernikahan itu bukan hanya perkara cinta, bukan itu saja? Tetap harus ada materi juga agar kebutuhan terjamin. Toh ... kita juga butuh makan, dengan hanya makan cinta tidak akan membuat perut jadi kenyang, apalagi jika sudah punya anak. Cinta dan materi itu harus seimbang.

Shira memutuskan untuk tidur di kamar Irene, duduk di tepi ranjang sembari memperhatikan foto anak gadisnya yang mulai tumbuh dewasa.

“Kamu keras kepala. Mommy melarang kamu menikah dengan Leon tentu bukan tanpa alasan Irene. Andai saja kamu bisa sedikit berpikir logis, kamu pasti akan memahami alasan Mommy. Ternyata anak gadis Mommy masih belum dewasa, masih labil. Belum bisa membedakan mana yang baik dan mana yang buruk. Kamu adalah kesayangan Mommy, sebagai Ibu tentu Mommy tidak mau sampai kamu kesusahan,” lirih Shira.

Rasa kantuk sudah mulai Shira rasakan. Ia pun merebahkan tubuhnya di atas tempat tidur, Shira mematikan lampunya, tidak bisa tidur jika lampu menyala. Shira tidur sembari memeluk foto Irene, berharap Irene kembali pulang.

Irene sudah berada di dalam taksi, tujuannya ke rumah Sabrina teman kampusnya. Mungkin untuk sementara waktu, gadis itu akan tinggal bersama temannya.

“Astaga! Ponsel aku ketinggalan! Terus gimana aku bisa hubungi Leon kalau malam ini dia tidak usah menyelinap masuk ke kamarku. Duh ... aku memang teledor.” Irene sampai tepuk jidat, saking buru-burunya sampai Irene melupakan ponselnya yang tadi ia taruh di atas meja rias.

“Mungkin Leon akan kembali pulang setelah dia tidak melihat aku di kamar. Besok aku akan datangi Leon ke rumahnya,” monolog Irene.

Tepat pukul sebelas malam lewat sepuluh menit, Leon sudah tiba di depan jendela kamar Irene. Kamar Irene terletak di lantai atas, Leon sampai manjat. Leon juga tadi berhasil mengalihkan satpam penjaga pintu gerbang. Makanya, Leon bisa masuk.

“Aku harus minum obat p33erangsang ini dulu. Biar aku enggak kaku dan enggak bego saat bermain dengan Irene.”

Leon meminum obat itu yang ia dapat dari temannya, setelah itu Leon pun masuk lewat jendela.

“Kok gelap!”

Leon tersenyum menyeringai, lebih baik gelap saja biar mainnya makin asyik. Obat itu mulai menjalar, Leon berjalan mengidap karena memang gelap. Leon melepas semua benang yang menempel ketika dia sudah menemukan ranjang, dan dia merasakan ada Irene yang tengah tidur.

“Irene, Sayang!” Leon duduk di atas ranjang. Tangannya meraba-raba tubuh wanita yang tengah tidur terlentang.

“Aaaa .... “ teriak wanita itu terkejut ketika ada tangan yang merayap.

“Sayang, ini aku!” bisik Leon.

Deg

Episodes

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!