“안녕 하세요 여러분 (Annyeong Haseyo Yeorobun)! Perkenalkan, aku adalah Triple Kill, Band Guitarist, Yoon Ji Woo-imnida (윤지우입니다), mohon dukungannya.!”, berbeda dengan anggota lainnya, mata PD-nim langsung bersinar ketika Jiwoo memasuki area shoot.
Ternyata, jika dilihat lebih saksama, tidak hanya PD-nim yang terkena hipnotis oleh Jiwoo tetapi juga seluruh isi studio, writer-nim, cameramen, bagian teknis, dan tentu saja para penggemar. Aura Jiwoo saat masuk sudah terlihat mahal.
“Oh.. melihatmu membuat bateraiku yang hampir habis karena para member lain menjadi penuh kembali.”, ujar PD-nim tanpa segan.
Jiwoo hanya tersenyum sebagai respon dari ucapan PD-nim sambil lanjut membungkuk untuk menyapa semuanya. Tiba - tiba sebuah mic jatuh dari meja di luar area shoot. Jiwoo langsung membantu mengangkat mic tersebut kembali ke atas meja.
“Oh.. sense…”, kata orang - orang yang ada disana.
Mungkin tidak banyak yang mengenal, namun para penggemar sudah tahu kalau Jiwoo adalah orang yang sangat cepat tanggap. Meski kejadiannya sudah sejak tiga tahun yang lalu, namun setiap kali fan-meeting, selain staff yang bertugas, Jiwoo juga terlihat sibuk.
Misalnya, saat kursi kurang, dia tidak langsung meminta namun akan bergerak sendiri untuk mengambil. Saat pulpen untuk tanda tangan jatuh. Padahal pulpen milik member lain, dia akan membantunya mengambil.
Dia juga menjadi member yang paling peduli dengan fans di keramaian. Dia memastikan kalau tidak ada dari mereka yang terluka. Karena itu dia juga yang selalu akan protes jika jumlah tiket melebihi kapasitas stadium yang digunakan untuk manggung.
Mereka yang tidak mengetahui Jiwoo mungkin juga tidak akan menyangka jika dia adalah salah satu anak konglomerat. Kenyataan ini juga sebenarnya baru terungkap sekitar dua tahun yang lalu.
“Bagaimana kabarmu?”, pertanyaan yang manis keluar dari mulut PD-nim saat Jiwoo sudah duduk di tempatnya.
“PD-nim, apa kau tidak pilih kasih?”, di belakang Jiwon yang merupakan maknae sudah berteriak melakukan protes.
“Jiwoon, apa benar dia maknae? Mungkin dia men-sabotase akta kelahirannya.”, kata PD-nim pada Jiwoo.
“Ha-ha-ha.. Kami juga merasa demikian. Dia sama sekali tidak seperti maknae. Kau tahu, awal kami debut, kami sangat khawatir bagaimana dia berinteraksi dengan member dari grup lain. Tidak masalah jika dia tidak menganggap kami hyung, tapi kami sangat takut dia dihajar orang jika dia bersikap yang sama dengan member grup lain.”, kata Jiwoo. Sebuah kalimat yang panjang dari sebuah perkenalan keluar dari seorang Jiwoo.
“Sayangnya, dia juga memegang sabuk hitam, jadi aku lebih khawatir dia masuk berita menghajar anggota member lain.”, kata PD-nim.
“Oh.. berita itu pernah keluar. Kau tidak tahu?”, tanya Jiwoo pada PD-nim.
“Benarkah? Bukankah dia langsung di bully oleh netizen jika melakukannya? Kenapa dia masih bisa bertahan?”, tanya PD-nim terkejut.
“Itu adalah berita palsu. Dia menghajar perundung member grup tetapi berita yang keluar dia merundung member tersebut. Aku lebih khawatir dia senang ikut campur urusan orang lain.”, kata Jiwoo.
“Ah.. sudahlah.. Jangan membahas Jiwon lagi. Saatnya membahas Hwang-Taeja yang ada di hadapanku ini.”, kata PD-nim menggunakan peribahasa hiperbola yang berlebihan.
“Ha-ha.”, Jiwoo tak bisa berkomentar banyak.
Sebenarnya dia tidak senang dengan label Chaebol yang melekat dua tahun terakhir ini di dirinya. Sampai sekarang dia masih mengutuk kejadian yang membuat dirinya harus mengaku kalau dia benar - benar anak salah seorang konglomerat.
“Aku penasaran, kenapa kau memutuskan untuk menjadi seorang idol band? Bukankah hidupmu sudah terjamin? Kau tidak perlu bekerja saja, aku rasa kau akan tetap makmur sampai tujuh turunan.”, kata PD-nim.
“Ah.. kau terlalu berlebihan. Tidak juga. Menurutku, sekaya apapun seseorang, memiliki hal yang ingin dilakukan, bekerja, menggapai mimpi itu perlu agar kau tetap waras.”, jawab Jiwoo.
“Wooo… sesuai ekspektasi-ku. Tapi, kenapa band? Apa dari kecil kau memang menyukainya?”, tanya PD-nim.
“Hm.. kau tidak akan percaya, tapi sejak kecil sebenarnya aku sangat suka dengan alat musik tradisional Korea sebelum aku benar - benar jatuh cinta pada guitar.”
“A-ah.. apa kau memiliki guru khusus untuk guitar?”, tanya PD-nim.
Jiwoo menggeleng.
“Aku tidak ingin mengatakan ini, tapi aku harus. Tidak ada satu pun di keluargaku yang mendukung aku untuk terjun ke dunia entertainment. Awalnya. Jadi, aku tidak benar - benar memiliki guru untuk guitar. Setiap pulang sekolah, aku mengendap dan bermain dengan sekelompok musisi sekolah. Mereka punya komunitasnya.”, jawab Jiwoo sambil membenarkan kancing baju yang terlilit dengan salah satu aksesoris di tangannya.
“Menarik sekali.”, respon PD-nim.
“Kau tidak akan percaya. Bahkan setelah satu tahun debut, keluargaku tidak ada yang tahu kalau aku sudah menjadi artis. Kami tidak begitu terkenal di awal. Ditambah, aku berdandan. Tidak ada keluarga yang tahu sama sekali sampai di tahun ketiga? Aku sudah lupa.”, jawab Jiwoo.
“Lalu, apa yang terjadi saat keluargamu tahu?”, tanya PD-nim. Dia jelas - jelas terlihat sangat tertarik dengan cerita Jiwoo.
“Ayahku sedang ada business di London, dia disana sekitar 3 tahunan dan jarang pulang. Ibuku sibuk mengurusi bisnisnya. Kakak laki - laki dan perempuanku kuliah di luar negeri, adikku juga. Jadi yang pertama kali tahu adalah kakek, dia tahu dari bungkus permen yang dibawa oleh salah seorang anak tukang kebun. Kau tahu, hari itu juga semua dipanggil pulang.”, jelas Jiwoo menerangkan dengan sangat rinci.
“Semua? Semua yang ada di luar negeri. Wah… scale-nya sangat berbeda?”, tanya PD-nim heran.
“Ah.. tidak dipanggil datang. Kami bertemu secara online.”, kata Jiwoo meluruskan.
“A-ah.. aku kira langsung memesan pesawat atau jet pribadi.”, kata PD-nim tertawa. Dia merasa tertipu.
“Lalu?”, tanya PD-nim lagi. Dia masih sangat penasaran.
“Kakek marah. Tidak hanya padaku, tapi pada orang tuaku dan saudara - saudaraku. Dia menuduh mereka bersekongkol menyembunyikan fakta aku menjadi idol band.”, Jiwoo tertawa lepas menceritakannya.
“Aku juga mungkin akan berpikiran seperti itu. Mereka memintamu untuk berhenti?”, kata PD-nim.
“Tidak. Kakek marah bukan karena dia tidak suka aku jadi idol band. Tapi kenapa aku tidak mengatakannya. Kalau dia tahu, dia bisa lebih mudah untuk meminta tanda tangan seorang aktris senior yang dia suka. Karena aku juga selebriti.”, kata Jiwoo menahan malu menceritakannya.
“Apa? Dia marah bukan karena kamu menjadi idol? Wah.. plot twist sekali. Wah…”, PD-nim tertawa terpingkal - pingkal mendengar keterangan Jiwoo. Sampai saat ini dia juga Jiwoo juga tidak percaya.
“Kau tahu, aku sudah sangat takut kalau - kalau aku dihukum kakek dengan mengirimku ke Alaska. Triple Kill membatalkan semua schedulenya hari itu. Para member menunggu di ruang tamu kalau - kalau aku membutuhkan mereka untuk memohon pada kakek. Ternyata.. Kakiku benar - benar langsung lemas saat itu.”, lanjut Jiwoo.
“Kakekmu konglomerat, kenapa tidak langsung mengundang aktris itu saja ke rumah? Seharusnya bukan hal yang sulit.”, jawab PD-nim.
“Ah.. kakek tidak pernah memanfaatkan privilege-nya. Lagipula, dia benar - benar ingin diperlakukan sebagai fans tanpa memandang statusnya.”, terang Jiwoo.
“Tapi, bukankah sama saja saat kakekmu memanfaatkan privilege sebagai artis?”, tanya PD-nim.
“Ah.. betul. Aku juga persis menanyakan hal yang sama. Dia bilang tetap saja berbeda.”, jawab Jiwoo tertawa.
“Menarik - menarik. 할아버지 (harabeoji), maaf kami membicarakanmu di acara Talk-show ini. Apakah aku boleh memanggilnya dengan 할아버지 (harabeoji)?”, tanya PD-nim tetiba panik.
“Oh.. tentu saja.”, jawab Jiwoo.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 119 Episodes
Comments