ISTRI SANG RAJA QI

ISTRI SANG RAJA QI

Awal mula

"Suamiku kau pergilah ke istana lebih dulu, aku akan menyusulmu nanti, tadi paman Qiabao menyuruhku untuk menemuinya di taman!" ucap Chu Ye pada suaminya itu

Qi Yan mendekati istrinya, lalu mengengam jemari istrinya itu dan menatapnya dengan tatapan penuh arti

"Istriku apa ada sesuaktu?" tanya Qi Yan dengan serius sembari menatap wajah istrinya itu dengan kuatir

Chu Ye yang mendengar hal itu, ia berbalik menatap mata suaminya itu lalu menebar senyum tipisnya, membuat Qi Yan begitu terpukau dan lagi-lagi jatuh cinta padanya

"Entah berapa kali aku harus jatuh cinta padamu Chu Ye, setiap saat setiap detik kenapa kamu saja yang menjadi pusat perhatianku, mungkin hidup ini akan berhenti jika aku tak bisa melihatmu sehari saja. Chu Ye aku ingin bersama mu di setiap detik kehidupan ini, saat matahari terbit hingga terbenam kembali aku hanya ingin kau menjadi milikku." ucap Qi Yan sembari menatap lekat wajah istrinya itu dengan mata berkaca-kaca

Chu Ye hanya tersenyum lalu sedikit tersipu malu mendengar rayuan suaminya itu. Qi yan menarik lembut tangan Chu Ye membuat tubuh Qi Yan dan tubuh Chu Ye menyatu sangat dekat, dan mereka saling berdekapan satu sama lain, tampa di sadari bibir Qi Yan telah mengecup lembut bibir mungil istrinya itu

"Saat matahari terbit hingga terbenam kembali seluruh jiwaku hanya milikmu sang raja, aku juga ingin di setiap detik hidupku kau tersimpan di detak jantungku, dan hanya berhenti di saat jantung ini berhenti berdetak." bisik Chu Ye yang semakin erat memeluk tubuh suaminya itu, kedua sejoli itu berdekapan dengan sangat erat dalam waktu cukup lama

"Bukankah tadi kau bilang ingin menemui paman Qiabao di taman, jika begitu pergilah dan jika susah selesai cepat kembali bersamaku di ruang istana." Qi Yan melepas pelukkan itu lalu mengecup mesra kening istri tercintanya itu kemudian ia melangkah pergi keluar kamar dan bergegas menuju ruang istana

Sementara Chu Ye hanya mengangguk pelan dan sedikit tersenyum lalu melangkah pergi menuju ke taman istana

"Paman memanggilku?" tanya Chu Ye yang datang dari belakang

Qiabao yang mendengar suara Chu Ye hanya mengangguk pelan lalu membalikkan tubuhnya ke arah putri Chu Ye

"Kau sudah datang? tanya Qiabao sedikit tersenyum

" Iya paman, maaf sedikit terlambat paman, tadi raja sedang bersamaku" Jawab Chu Ye sembari mendekat ke arah Qiabao

"Apa kau begitu mencintainya?" tanya Qiabao dengan wajah serius membuat Chu Ye sedikit binggung

"Tentu saja aku mencintai suamiku!" balas Chu Ye dengan sedikit tersenyum

"Paman apa ada sesuaktu?" tanya Chu Ye lagi menatap tajam mata paman Qiabao

"Tidak,, aku berharap kau bisa menjaga hati dan perasaan Qi Yan dengan baik, Qi Yan telah banyak berubah semenjak ia menikah dengan mu, sebelumnya ia begitu angkuh dan pemarah, ia di kenal seluruh keluarga istana seorang raja yang tak punya hati. Mungkin karena kehidupan masa kecilnya yang harus membuatnya tumbuh menjadi seorang raja seperti itu. Tapi kau jangan kuatir, karna sekarang aku melihat telah lahir seorang Qi Yan yang baru, itu semua berkat kesabaran dan ketulusan hati mu selama ini pada Qi Yan." ucap paman Qiabao dengan wajah yang begitu tenang lalu melipat tangannya kebelakang

"Paman apa yang terjadi pada Qi Yan di masa lalu, kenapa dia menjadi begitu kejam dan pemarah? Apa terjadi sesuaktu padanya?" tanya putri Chu Ye dengan begitu penasaran

"Duduklah!" balas paman Qiabao dengan memberi isyarat pada putri Chu Ye

Lalu putri Chu Ye duduk di kursi yang berada di taman depan istana itu, sementara Qiabao hanya berdiri membelakangi putri Chu Ye sembari melipatkan kedua tangannnya ke belakang

Qiabao menatap ke arah timur, ia melihat dengan jelas saat-saat matahari mulai tengelam dan berubah menjadi warna jingga. Ia mulai menceritakan kejadian di waktu itu dengan sangat jelas, sementara Chu Ye hanya mendengarkannya sembari duduk dan menuangkan teh ke cangkirnya

***

Part1

Kekacauan terjadi di kota manor, Raja Jing Ping yang saat itu memimpin pasukan dengan bala tentaranya kalah dalam pertempuran dan mati terbunuh.

"Pulanglah, beritahu kesemua keluarga kerajaan bahwa semua baik-baik saja, terutama istriku Qin Jiu, katakan padanya jangan melakukan hal bodoh saat aku tidak berada di sisinya, dan kau pulang dan tetaplah di istana, jaga Qin Jiu dan bayinya." ucap sang raja Dengan terbata-bata.

"Tapi tuan lukamu cukup serius, bagaimana mungkin aku meninggalkan mu dalam keadaan kacau seperti ini." balas jendral Qiabao dengan wajah cemas.

"Aku perintah, pulanglah! katakan apa yang barusan ku katakan." bentak sang raja sambil menahan sakit. Dengan posisi tengkurap sang raja masih menahan tubuhnya agar tidak jatuh ke tanah. Ia berusaha sekuat tenaga untuk bangkit dan mengayunkan pedangnya kembali.

Jendral Qiabao yang mendengar perintah dari sang raja bergegas bangkit dan meninggalkan sang raja menuju kerajaan manor. Baru saja beberapa langkah terdengar suara teriakan sang raja, membuat Qiabao terkejut, seketika Qiabao membalikkan tubuhnya ke belakang dan berlari menuju sang raja.

"Tuann!,,, apa yang terjadi?" teriak Qiabao berlari menghampiri sang raja. Tiga buah anak panah menancap di dada sang Raja, sehingga tak sangup lagi menumpang tubuh kekarnya itu, raja Jing Ping akhirnya tumbang dan jatuh ketanah. Qiabao yang melihat rajanya terbunuh dengan cepat bangkit dan menyerang pasukan lawan, namun sang raja mencegah perlawanan dari sang Jendral tersebut.

"Dengarkan aku, saat ini kita tidak mungkin menang melawan pasukan raja He, hanya kau satu-satunya yang bisa ku harapkan. Jika aku mati segera ambil alih tahta, jangan sampai wilayah kekuasaan manor lepas dari gengaman dan di kuasai oleh raja He." perintah raja dengan lidah terbata-bata sembari menyemburkan begitu banyak darah dari mulutnya.

Qiabao yang mendapat perintah langsung bergegas memanggil Jendral Yeng cheng untuk melindungi sang raja, lalu jendral Qiabao meninggalkan mereka dan bergegas pergi menuju manor.

Sesampainya di manor jendral Qiabao menyampaikan sesuai dengan apa yang di perintahkan sang raja Jing ping kepadanya, dia mengatakan bahwa raja Jing ping baik-baik saja, dan saat ini sang raja masih di medan perang melawan pasukan selatan.

Ratu Qin Jiu yang mendengar berita itu merasa sedikit lega, ia menarik nafas dalam-dalam lalu menghembuskan nya dengan pelan.

"Lalu kenapa kau pulang, bukankah raja Jing Ping sedang berada di medan perang?" ucap Qin Jiu dengan sedikit heran.

"Hormat nyonya, raja Jing ping memberi perintah untuk ku agar menjaga istana sebelum raja pulang! " ucap jendral Qiabao sembari memberi hormat kepada sang ratu Qin Jiu.

Qin Jiu yang mendengar hal itu hanya menganguk pelan, seakan telah mengerti perintah dan patuh pada aturan kerajaan. Namun di dalam hatinya merasa begitu cemas dan gelisah, di pikiran Qin Jiu hanya ada sang raja.

"Apa semua baik-baik saja? bagaimana keadaan sang raja saat ini, maafkan aku Jing ping, saat ini aku tidak bisa melakukan apa-apa untuk mu!" gumam Qin Jiu di dalam hatinya sembari mengengam erat gelas di tangannya.

"Sebaiknya nyonya Qin istirahat di kamar, jika ada berita dari sang raja, kami akan segera mengabari nyonya." ucap jendral Qiabao menyakinkan, ratu Qin Jiu yang sedang melamun seketika buyar

Ratu Qin Jiu hanya menganguk tanpa bicara sepatah katapun dan berlalu meninggalkan ruangan kerja sang raja untuk menuju kamar peristirahatan nya.

Sang Jendral Qiabao yang masih berada di dalam ruang kerja sang raja dengan langkah pelan ia keluar menuju pintu, seketika saja burung merpati pembawa pesan hinggap di tangganya.

"Lapor jendral, raja Jing ping gugur di medan perang, kami tidak dapat membawa mayat sang raja pulang, mayat sang raja di kubur hidup-hidup oleh pasukan selatan! saat ini kami di sekap di penjara selatan."

Surat itu di lipat kecil-kecil lalu di gantung di kaki sang merpati. Sang Jendral yang membaca surat itu hanya tersenyum haru, seakan ia telah mengerti hal itu akan terjadi, sembari meneteskan air mata Jendral Qiabao menatap langit istana.

"perjuangan mu sudah berakhir sang raja, semoga jiwa mu tenang di syurga,, sesuai perintah terakhir mu, aku Jendral Qiabao berjanji akan selalu menjaga istana dan ratu Qin Jiu dengan baik."

Berita tentang kematian sang raja tersebar di seluruh kota dan kerajaan istana manor, membuat penduduk geger, banyak yang menangis banyak juga yang datang langsung untuk menanyakan perihal kematian sang raja.

"Sebaiknya jangan katakan kepada ratu Qin terlebih dahulu, berita ini pasti akan sangat menganggu pikiran sang ratu, juga akan menganggu kesehatan bayi dalam kandungannya" ucap penasehat istana Ximing kepada Jendral Qiabao

"Masalah ini, aku akan mencoba mengatasinya" ucap Jendral Qiabao sembari meninggalkan ruangan istana menuju peristirahatan ratu Qin Jiu

Namun sebelum sampai di kamar sang ratu, berita tentang kematian sang raja telah terlanjur menyebar keseluruh penjuru istana. Pelayan dari Qin Jiu yang mendengar hal itu, lari dan bergegas melapor kepada Qin Jiu perihal berita yang mengenaskan itu, kematian sang raja

"Nyonya,, anu,, anu!. " sergah pelayan itu dengan nafas terengah-engah.

"Katakan ada apa? apakah raja udah pulang?" balas Qin Jiu sembari meletakkan obat yang mau di minumnya.

"Nyonya,, ak ak aku dengar dari pelayan di dapur bah bah bahwa anu,, anu.!" jawab pelayan itu dengan nafas masih terengah-engah, membuat hati ratu Qin Jiu semakin berdesir.

"Duduklah,,!" perintah ratu Qin Jiu kepada pelayanannya, lalu menyodorkan secangkir air putih untuknya.

"Katakan,, apa yang kamu dengar dari pelayan di dapur?" tanya Ratu Qin Jiu dengan suara tenang, ia berusaha untuk menenangkan pikiran buruknya.

"Nyonya,, aku mendengar dari pelayan di dapur raja Jing Ping telah mati terbunuh dan,, dan mayatnya di kubur hidup-hidup oleh pasukan selatan." ucap pelayan itu dengan wajah cemas penuh dengan ketakutan.

Ratu Qin Jiu yang sedang mulai merasa sakit-sakitan, mendengar kabar itu sangat terkejut mendengar perihal kematian sang suaminya, Raja Jing Ping.

"Tidak ini tidak mungkin! kau telah berjanji tidak akan meninggalkan aku sendiri lagi Jing ping,, kau bilang setelah aku melahirkan kita akan mengundang seluruh penduduk kota untuk meramaikan kelahiran anak kita, kau bilang kau akan segera pulang, kau berjanji tidak akan berbohong lagi padaku, sekarang kau berbohong lagi,,,!. " tangis Qin Jiu tidak tertahan lagi, tangisannya pecah membuat seluruh pelayan istana panik dan ikut menangis.

Jendral Qiabao yang telah mengetahui hal itu tidak bisa berbuat apa-apa lagi, ia merasa sangat bersalah karena tidak bisa menjaga sang ratu dan harus melihatnya bersedih dan terpukul.

Malam itu Qin Jiu merasa sangat terpukul sehingga ingin mengakhiri hidupnya, di saat semua pelayan di kamarnya tertidur pulas, ia diam-diam kekamar sang raja dan mengambil pedang yang tersangkut di kamar sang raja lalu berusaha untuk nemotong lehernya sendiri. Namun usaha itu di cegah oleh sang Jendral, Qiabao yang sedang di lema membuat matanya tidak bisa tidur pulas, ia berjalan melewati peristirahatan sang raja.

Jendral Qiabao yang mendengar ada seseorang di kamar raja segera bergegas masuk dan memeriksanya, benar saja ia mendapati pedang yang biasa di pakai sang raja berada di leher sang ratu.

"Hentikan nyonya, apa yang ingin kau lakukan.! " sergah jendral Qiabao sembari merebut pedang itu dari tangan sang ratu.

"Tolong, jangan hentikan aku!" Balasnya degan wajah penuh kesedihan.

"Apa yang kau lakukan nyonya! Apa kau sudah gila!" Bentak sang Jendral kepada ratu Qin Jiu

"Dengarkan aku baik-baik! Jika raja sudah tiada, maka tidak ada ratu di istana ini.! " bantah ratu Qin Jiu pada jendral dengan sedikit berteriak, membuat beberapa pelayan istana terbangun.

"Nyonya, kau masih punya harapan! Darah daging sang raja berada di tubuhmu, kau juga harus tetap hidup untuk anak mu, sang penerus tahta kerajaan.! " balas jendral dengan nada tak kalah tegang, berharap Ratu Qin Jiu akan bisa lebih tenang.

"Kami telah berjanji untuk hidup bersama, maka matipun harus bersama! jika penerus sang raja berada di tubuhku, maka penerus sang raja juga akan mati bersamaku, aku tidang ingin suaktu saat nanti anakku mati di peperangan.!" tangis ratu Qin Jiu pecah saat mengatakan hal itu kepada jendral Qiabao, membuat suasana semakin tegang.

"Nyonya jangan lakukan itu nyonya,, aku mohon,," tangis sang pelayan dengan terisak-isak.

Jendral yang melihat Ratu Qin Jiu lengah, dan menoleh kearah pelayan itu, ia bergegas nenepuk bahu sang ratu, membuat ratu Qin Jiu pingsan tak sadarkan diri.

"Bawa nyonya Qin kekamarnya, awasi terus dia, jangan sampai ia melakukan hal konyol seperti ini lagi.! " perintah jendral kepada penjaga istana.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!