NovelToon NovelToon

ISTRI SANG RAJA QI

Awal mula

"Suamiku kau pergilah ke istana lebih dulu, aku akan menyusulmu nanti, tadi paman Qiabao menyuruhku untuk menemuinya di taman!" ucap Chu Ye pada suaminya itu

Qi Yan mendekati istrinya, lalu mengengam jemari istrinya itu dan menatapnya dengan tatapan penuh arti

"Istriku apa ada sesuaktu?" tanya Qi Yan dengan serius sembari menatap wajah istrinya itu dengan kuatir

Chu Ye yang mendengar hal itu, ia berbalik menatap mata suaminya itu lalu menebar senyum tipisnya, membuat Qi Yan begitu terpukau dan lagi-lagi jatuh cinta padanya

"Entah berapa kali aku harus jatuh cinta padamu Chu Ye, setiap saat setiap detik kenapa kamu saja yang menjadi pusat perhatianku, mungkin hidup ini akan berhenti jika aku tak bisa melihatmu sehari saja. Chu Ye aku ingin bersama mu di setiap detik kehidupan ini, saat matahari terbit hingga terbenam kembali aku hanya ingin kau menjadi milikku." ucap Qi Yan sembari menatap lekat wajah istrinya itu dengan mata berkaca-kaca

Chu Ye hanya tersenyum lalu sedikit tersipu malu mendengar rayuan suaminya itu. Qi yan menarik lembut tangan Chu Ye membuat tubuh Qi Yan dan tubuh Chu Ye menyatu sangat dekat, dan mereka saling berdekapan satu sama lain, tampa di sadari bibir Qi Yan telah mengecup lembut bibir mungil istrinya itu

"Saat matahari terbit hingga terbenam kembali seluruh jiwaku hanya milikmu sang raja, aku juga ingin di setiap detik hidupku kau tersimpan di detak jantungku, dan hanya berhenti di saat jantung ini berhenti berdetak." bisik Chu Ye yang semakin erat memeluk tubuh suaminya itu, kedua sejoli itu berdekapan dengan sangat erat dalam waktu cukup lama

"Bukankah tadi kau bilang ingin menemui paman Qiabao di taman, jika begitu pergilah dan jika susah selesai cepat kembali bersamaku di ruang istana." Qi Yan melepas pelukkan itu lalu mengecup mesra kening istri tercintanya itu kemudian ia melangkah pergi keluar kamar dan bergegas menuju ruang istana

Sementara Chu Ye hanya mengangguk pelan dan sedikit tersenyum lalu melangkah pergi menuju ke taman istana

"Paman memanggilku?" tanya Chu Ye yang datang dari belakang

Qiabao yang mendengar suara Chu Ye hanya mengangguk pelan lalu membalikkan tubuhnya ke arah putri Chu Ye

"Kau sudah datang? tanya Qiabao sedikit tersenyum

" Iya paman, maaf sedikit terlambat paman, tadi raja sedang bersamaku" Jawab Chu Ye sembari mendekat ke arah Qiabao

"Apa kau begitu mencintainya?" tanya Qiabao dengan wajah serius membuat Chu Ye sedikit binggung

"Tentu saja aku mencintai suamiku!" balas Chu Ye dengan sedikit tersenyum

"Paman apa ada sesuaktu?" tanya Chu Ye lagi menatap tajam mata paman Qiabao

"Tidak,, aku berharap kau bisa menjaga hati dan perasaan Qi Yan dengan baik, Qi Yan telah banyak berubah semenjak ia menikah dengan mu, sebelumnya ia begitu angkuh dan pemarah, ia di kenal seluruh keluarga istana seorang raja yang tak punya hati. Mungkin karena kehidupan masa kecilnya yang harus membuatnya tumbuh menjadi seorang raja seperti itu. Tapi kau jangan kuatir, karna sekarang aku melihat telah lahir seorang Qi Yan yang baru, itu semua berkat kesabaran dan ketulusan hati mu selama ini pada Qi Yan." ucap paman Qiabao dengan wajah yang begitu tenang lalu melipat tangannya kebelakang

"Paman apa yang terjadi pada Qi Yan di masa lalu, kenapa dia menjadi begitu kejam dan pemarah? Apa terjadi sesuaktu padanya?" tanya putri Chu Ye dengan begitu penasaran

"Duduklah!" balas paman Qiabao dengan memberi isyarat pada putri Chu Ye

Lalu putri Chu Ye duduk di kursi yang berada di taman depan istana itu, sementara Qiabao hanya berdiri membelakangi putri Chu Ye sembari melipatkan kedua tangannnya ke belakang

Qiabao menatap ke arah timur, ia melihat dengan jelas saat-saat matahari mulai tengelam dan berubah menjadi warna jingga. Ia mulai menceritakan kejadian di waktu itu dengan sangat jelas, sementara Chu Ye hanya mendengarkannya sembari duduk dan menuangkan teh ke cangkirnya

***

Part1

Kekacauan terjadi di kota manor, Raja Jing Ping yang saat itu memimpin pasukan dengan bala tentaranya kalah dalam pertempuran dan mati terbunuh.

"Pulanglah, beritahu kesemua keluarga kerajaan bahwa semua baik-baik saja, terutama istriku Qin Jiu, katakan padanya jangan melakukan hal bodoh saat aku tidak berada di sisinya, dan kau pulang dan tetaplah di istana, jaga Qin Jiu dan bayinya." ucap sang raja Dengan terbata-bata.

"Tapi tuan lukamu cukup serius, bagaimana mungkin aku meninggalkan mu dalam keadaan kacau seperti ini." balas jendral Qiabao dengan wajah cemas.

"Aku perintah, pulanglah! katakan apa yang barusan ku katakan." bentak sang raja sambil menahan sakit. Dengan posisi tengkurap sang raja masih menahan tubuhnya agar tidak jatuh ke tanah. Ia berusaha sekuat tenaga untuk bangkit dan mengayunkan pedangnya kembali.

Jendral Qiabao yang mendengar perintah dari sang raja bergegas bangkit dan meninggalkan sang raja menuju kerajaan manor. Baru saja beberapa langkah terdengar suara teriakan sang raja, membuat Qiabao terkejut, seketika Qiabao membalikkan tubuhnya ke belakang dan berlari menuju sang raja.

"Tuann!,,, apa yang terjadi?" teriak Qiabao berlari menghampiri sang raja. Tiga buah anak panah menancap di dada sang Raja, sehingga tak sangup lagi menumpang tubuh kekarnya itu, raja Jing Ping akhirnya tumbang dan jatuh ketanah. Qiabao yang melihat rajanya terbunuh dengan cepat bangkit dan menyerang pasukan lawan, namun sang raja mencegah perlawanan dari sang Jendral tersebut.

"Dengarkan aku, saat ini kita tidak mungkin menang melawan pasukan raja He, hanya kau satu-satunya yang bisa ku harapkan. Jika aku mati segera ambil alih tahta, jangan sampai wilayah kekuasaan manor lepas dari gengaman dan di kuasai oleh raja He." perintah raja dengan lidah terbata-bata sembari menyemburkan begitu banyak darah dari mulutnya.

Qiabao yang mendapat perintah langsung bergegas memanggil Jendral Yeng cheng untuk melindungi sang raja, lalu jendral Qiabao meninggalkan mereka dan bergegas pergi menuju manor.

Sesampainya di manor jendral Qiabao menyampaikan sesuai dengan apa yang di perintahkan sang raja Jing ping kepadanya, dia mengatakan bahwa raja Jing ping baik-baik saja, dan saat ini sang raja masih di medan perang melawan pasukan selatan.

Ratu Qin Jiu yang mendengar berita itu merasa sedikit lega, ia menarik nafas dalam-dalam lalu menghembuskan nya dengan pelan.

"Lalu kenapa kau pulang, bukankah raja Jing Ping sedang berada di medan perang?" ucap Qin Jiu dengan sedikit heran.

"Hormat nyonya, raja Jing ping memberi perintah untuk ku agar menjaga istana sebelum raja pulang! " ucap jendral Qiabao sembari memberi hormat kepada sang ratu Qin Jiu.

Qin Jiu yang mendengar hal itu hanya menganguk pelan, seakan telah mengerti perintah dan patuh pada aturan kerajaan. Namun di dalam hatinya merasa begitu cemas dan gelisah, di pikiran Qin Jiu hanya ada sang raja.

"Apa semua baik-baik saja? bagaimana keadaan sang raja saat ini, maafkan aku Jing ping, saat ini aku tidak bisa melakukan apa-apa untuk mu!" gumam Qin Jiu di dalam hatinya sembari mengengam erat gelas di tangannya.

"Sebaiknya nyonya Qin istirahat di kamar, jika ada berita dari sang raja, kami akan segera mengabari nyonya." ucap jendral Qiabao menyakinkan, ratu Qin Jiu yang sedang melamun seketika buyar

Ratu Qin Jiu hanya menganguk tanpa bicara sepatah katapun dan berlalu meninggalkan ruangan kerja sang raja untuk menuju kamar peristirahatan nya.

Sang Jendral Qiabao yang masih berada di dalam ruang kerja sang raja dengan langkah pelan ia keluar menuju pintu, seketika saja burung merpati pembawa pesan hinggap di tangganya.

"Lapor jendral, raja Jing ping gugur di medan perang, kami tidak dapat membawa mayat sang raja pulang, mayat sang raja di kubur hidup-hidup oleh pasukan selatan! saat ini kami di sekap di penjara selatan."

Surat itu di lipat kecil-kecil lalu di gantung di kaki sang merpati. Sang Jendral yang membaca surat itu hanya tersenyum haru, seakan ia telah mengerti hal itu akan terjadi, sembari meneteskan air mata Jendral Qiabao menatap langit istana.

"perjuangan mu sudah berakhir sang raja, semoga jiwa mu tenang di syurga,, sesuai perintah terakhir mu, aku Jendral Qiabao berjanji akan selalu menjaga istana dan ratu Qin Jiu dengan baik."

Berita tentang kematian sang raja tersebar di seluruh kota dan kerajaan istana manor, membuat penduduk geger, banyak yang menangis banyak juga yang datang langsung untuk menanyakan perihal kematian sang raja.

"Sebaiknya jangan katakan kepada ratu Qin terlebih dahulu, berita ini pasti akan sangat menganggu pikiran sang ratu, juga akan menganggu kesehatan bayi dalam kandungannya" ucap penasehat istana Ximing kepada Jendral Qiabao

"Masalah ini, aku akan mencoba mengatasinya" ucap Jendral Qiabao sembari meninggalkan ruangan istana menuju peristirahatan ratu Qin Jiu

Namun sebelum sampai di kamar sang ratu, berita tentang kematian sang raja telah terlanjur menyebar keseluruh penjuru istana. Pelayan dari Qin Jiu yang mendengar hal itu, lari dan bergegas melapor kepada Qin Jiu perihal berita yang mengenaskan itu, kematian sang raja

"Nyonya,, anu,, anu!. " sergah pelayan itu dengan nafas terengah-engah.

"Katakan ada apa? apakah raja udah pulang?" balas Qin Jiu sembari meletakkan obat yang mau di minumnya.

"Nyonya,, ak ak aku dengar dari pelayan di dapur bah bah bahwa anu,, anu.!" jawab pelayan itu dengan nafas masih terengah-engah, membuat hati ratu Qin Jiu semakin berdesir.

"Duduklah,,!" perintah ratu Qin Jiu kepada pelayanannya, lalu menyodorkan secangkir air putih untuknya.

"Katakan,, apa yang kamu dengar dari pelayan di dapur?" tanya Ratu Qin Jiu dengan suara tenang, ia berusaha untuk menenangkan pikiran buruknya.

"Nyonya,, aku mendengar dari pelayan di dapur raja Jing Ping telah mati terbunuh dan,, dan mayatnya di kubur hidup-hidup oleh pasukan selatan." ucap pelayan itu dengan wajah cemas penuh dengan ketakutan.

Ratu Qin Jiu yang sedang mulai merasa sakit-sakitan, mendengar kabar itu sangat terkejut mendengar perihal kematian sang suaminya, Raja Jing Ping.

"Tidak ini tidak mungkin! kau telah berjanji tidak akan meninggalkan aku sendiri lagi Jing ping,, kau bilang setelah aku melahirkan kita akan mengundang seluruh penduduk kota untuk meramaikan kelahiran anak kita, kau bilang kau akan segera pulang, kau berjanji tidak akan berbohong lagi padaku, sekarang kau berbohong lagi,,,!. " tangis Qin Jiu tidak tertahan lagi, tangisannya pecah membuat seluruh pelayan istana panik dan ikut menangis.

Jendral Qiabao yang telah mengetahui hal itu tidak bisa berbuat apa-apa lagi, ia merasa sangat bersalah karena tidak bisa menjaga sang ratu dan harus melihatnya bersedih dan terpukul.

Malam itu Qin Jiu merasa sangat terpukul sehingga ingin mengakhiri hidupnya, di saat semua pelayan di kamarnya tertidur pulas, ia diam-diam kekamar sang raja dan mengambil pedang yang tersangkut di kamar sang raja lalu berusaha untuk nemotong lehernya sendiri. Namun usaha itu di cegah oleh sang Jendral, Qiabao yang sedang di lema membuat matanya tidak bisa tidur pulas, ia berjalan melewati peristirahatan sang raja.

Jendral Qiabao yang mendengar ada seseorang di kamar raja segera bergegas masuk dan memeriksanya, benar saja ia mendapati pedang yang biasa di pakai sang raja berada di leher sang ratu.

"Hentikan nyonya, apa yang ingin kau lakukan.! " sergah jendral Qiabao sembari merebut pedang itu dari tangan sang ratu.

"Tolong, jangan hentikan aku!" Balasnya degan wajah penuh kesedihan.

"Apa yang kau lakukan nyonya! Apa kau sudah gila!" Bentak sang Jendral kepada ratu Qin Jiu

"Dengarkan aku baik-baik! Jika raja sudah tiada, maka tidak ada ratu di istana ini.! " bantah ratu Qin Jiu pada jendral dengan sedikit berteriak, membuat beberapa pelayan istana terbangun.

"Nyonya, kau masih punya harapan! Darah daging sang raja berada di tubuhmu, kau juga harus tetap hidup untuk anak mu, sang penerus tahta kerajaan.! " balas jendral dengan nada tak kalah tegang, berharap Ratu Qin Jiu akan bisa lebih tenang.

"Kami telah berjanji untuk hidup bersama, maka matipun harus bersama! jika penerus sang raja berada di tubuhku, maka penerus sang raja juga akan mati bersamaku, aku tidang ingin suaktu saat nanti anakku mati di peperangan.!" tangis ratu Qin Jiu pecah saat mengatakan hal itu kepada jendral Qiabao, membuat suasana semakin tegang.

"Nyonya jangan lakukan itu nyonya,, aku mohon,," tangis sang pelayan dengan terisak-isak.

Jendral yang melihat Ratu Qin Jiu lengah, dan menoleh kearah pelayan itu, ia bergegas nenepuk bahu sang ratu, membuat ratu Qin Jiu pingsan tak sadarkan diri.

"Bawa nyonya Qin kekamarnya, awasi terus dia, jangan sampai ia melakukan hal konyol seperti ini lagi.! " perintah jendral kepada penjaga istana.

Ratu Qin Jiu di culik dan di bunuh

Setelah kejadian malam itu, istana kerajaan menjadi geger. seluruh keluarga istana di haruskan untuk tetap berjaga-jaga dan tidak di perbolehkan tidur malam itu.

Sementara ratu Qin Jiu masih terbaring tak sadarkan diri. Beberapa pelayan di utuskan untuk tetap berjaga di kamarnya

"Bagaimana keadaan nyonya Qin?" tanya penasehat kerajaan Ximing kepada salah satu pelayan di kamar itu.

"Nyonya belum siuman tuan, tubuhnya masih lemah, kemarin nyonya tidak makan apapun." balas pelayan itu dengan menundukkan kepalanya.

"Baiklah, tetap awasi nyonya! Jika ada apa-apa beritahu secepat mungkin." titah penasehat kerajaan itu, lalu ia bergegas pergi.

"Iya tuan." Balas sang pelayan dengan wajah menunduk.

Hari itu adalah hari yang sangat sedih bagi keluarga besar istana manor, setiap penduduk kota melakukan ritual peringkatan hari kematian sang raja. Sementara ratu Qin Jiu masih dalam keadaan di lema, wajahnya begitu pucat dan lemas. Di dalam jiwanya tidak ada lagi keinginan untuk hidup.

" Semua telah berakhir, kenapa kau masih berbohong padaku jing ping? kau bilang kau akan pulang setelah perperangan berakhir" tangis Qin Jiu sembari memandang keluar jendela, air matanya mengalir deras seakan tidak rela melepaskan jiwa sang suami pergi

Qin Jiu dengan tubuh yang mulai melemah. Ia berusaha keluar dari kamarnya dan berjalan selangkah semi selangkah menuju keluar, dimana seluruh tamu kerajaan sudah menantinya untuk melakukan ritual terakhir atas kematian sang raja

"Hari ini aku melepaskan mu suamiku, kau jangan canggung untuk sendiri, aku berjanji akan selalu ada di hati mu dan akan selalu mengingat mu, sampai suaktu saat nanti aku datang menyusul mu dan kita akan menyambung kembali cinta kita"

Setelah ritual selesai semua orang di istana mengadakan minum arak bersama, karena arak sangat di sukai sang raja sewaktu masih hidup. Sementara Qin Jiu kembali kekamarnya tanpa sepatah katapun yang terlontar dari mulutnya

Malam itu suasana kembali menjadi normal, para pelayan berkerja seperti biasanya. Penjagaan ketat di lakukan seluruh penjuru istana, untuk mewaspadai penyusup masuk kedalam istana manor.

"Jendral,,,,jendral,,,,!! nyonya tidak ada di kamarnya jendral.!" salah satu pelayan dengan wajah cemas dan nafas terengah-engah berlari ke ruang istana menemui sang jendral

Jendral Qiabao dan para penasehat kerajaan yang mendengar hal itu begitu terkejut, dengan langkah terburu-buru ia bergegas pergi menuju kamar sang ratu.

"Bagaimana mungkin! bukankah kalian ku perintahkan untuk menjaga nyonya Qin?" sergah sang jendral dengan wajah begitu marah.

"Tadi nyonya menyuruh kami untuk pergi mengambil air dan juga makanan di dapur tuan, setelah kami kembali nyonya tidak ada di kamarnya." jelas pelayan itu kepada sang Jendral

Jendral Qiabao bergegas masuk ke kamar sang ratu, ia menemukan obat berserakan di tempat tidur sang ratu, jendral mulai mencurigai ada yang tidak beres dengan hilangnya sang ratu Qin Jiu

"Apa kalian mendengar sesuatu di dalam sebelum nyonya Qin hilang?" tanya jendral dengan serius pada salah satu penjaga di pintu kamar ratu Qin Jiu

"Kami tidak mendengar apa-apa jendral, kami masuk kedalam, pintu jendela sudah terbuka." jelas penjaga itu pada sang jendral dengan nada panik

"Ini pasti seseorang telah menculik nyonya Qin, tapi apa tujuan nya? mungkin saja mereka mengincar bayi yang ada di kandungan nyonya Qin, aku harus menemukan nya secepat mungkin!"

"Jendral?! " teriak penasehat Ximing memanggil sang Jendral Qiabao

"Aku harus pergi, minta pasukan untuk menyusulku di belakang!" ucap sang jendral kepada penasehat kerajaannya itu

Sang Jendral bergegas mengambil pedangnya dan berlari ke arah kuda, ia menunggangi kudanya dengan sangat cepat, sementara pasukan manor mengikutinya di belakang

Setelah mencari sang ratu begitu jauh akhirnya jendral Qiabao berhenti sejenak, dan berjalan pelan sambil menunggang kudanya. Dari kejauhan sekitar sepuluh meter ia mendengar suara retak ranting yang di injak oleh seseorang.

Jendral Qiabao yang terbiasa dimedan perang, tentu saja sangat peka dengan keadaan sekitar. Ia turun dari kudanya dan pelan- pelan menuju ke sumber suara

"Hentikan! Siapa kau? serahkan nyonya Qin padaku.!" sergah sang Jendral sembari menyodorkan pedang di depan pria berjubah hitam itu

"Jendral,, jendral! Apakah kau begitu bodoh? bukankah kau sudah tau ratu Qin sedang mengandung anak dari raja jing ping? bukankah itu sangat berpengaruh bagi kota manor nanti? Bagaimana jika kali ini kita bekerja sama, untuk membunuh bayi ini, aku akan merasa lebih lega, karena tidak ada ancaman di masa depan dan kaupun akan mendapatkan imbalan untuk hal yang mulia itu,,,kau akan ku angkat menjadi jendral pribadiku,, kau akan mendapat gelar jendral tebaik bukan saja di kota manor tapi juga di seluruh wilayah yang telah ku kuasai,, pikirkan baik-baik tawaran ku itu!" ucap seseorang berjubah hitam itu sembari melepaskan gengamannya menghempaskan ratu Qin Jiu ke tanah.

"Raja He, aku tau itu kau,,! Jangan mencoba mengelabuiku, serahkan nyonya Qin padaku sekarang juga, atau kalau tidak!" bentak sang Jendral kepada seseorang berjubah hitam itu.

"Jendral,,jendral,,! Apa yang ingin kau lakukan padaku? Seorang bidak caturnya raja Jing Ping ingin mencoba memberontak? Raja mu sendiri telah menyerahkan nyawanya dengan sia-sia,, baiklah jika kau memaksaku,,kalau begitu Seranggggggg,,!!!!"

Seketika pasukan berjubah hitampun turun dari pohon dan membetuk farmasi penyerangan, beberapa anak panah di luncurkan tetapi berhasil di elak oleh sang jendral.

Perkelahian malam itupun terjadi, kedua ksatria itu dengan lihai memainkan pedangnya, namun belum ada tanda-tanda akan mundur. tidak lama kemudian pasukan manorpun datang untuk menyerang dan membantu sang jendral.

Di sisi lain ratu Qin Jiu yang baru sadarkan diri, tiba-tiba saja ia merasa sakit yang teramat sangat, ia berusaha untuk menghindari pertempuran itu dan berjalan dengan pelan untuk mencari tempat berlindung, ia melihat sebuah gubuk renyot yang tidak jauh dari tempat pertempuran terjadi. Gubuk itu terlihat begitu lama, sepertinya telah lama di tinggal pemiliknya, karena sudah tidak tertahan lagi akhirnya Qin Jiu memutuskan untuk berteduh sementara waktu, ia hanya bisa pasrah dan fokus pada kelahiran bayinya. Ia tidak menghiraukan apapun yang terjadi nanti.

Seseorang kakek dengan pakaian lusuh menghampiri Ratu Qin entah darimana datangnya, ia merasa kasian pada Qin yang menahan kesakitan. Kakek itu mencoba membantu ratu Qin dalam proses persalinannya.

"Syukurlah bayimu selamat, kau melahirkan bayi laki-laki!" ucap kakek itu dengan tersenyum.

Kakek tua itu memberikan bayi itu kepada ibunya, Qin Jiu hanya menangis lalu mencium putranya itu, ia menatap putranya dengan sangat erat persis seperti tatapan terakhir sang raja sebelum berangkat ke medan perang waktu itu. Dengan wajah pucat ia berkata sembari berlinang air mata.

"Pergilah dari sini! Selamatkan putraku,, !" ucap ratu Qin dengan nafas tersengal-sengal menahan sakit usai melahirkan.

Darah mengalir begitu banyak keluar dari tubuh ratu Qin, membuat sang ratu tidak berdaya. Wajahnya begitu pucat dan lemah

"Kenapa kau belum juga pergi,, aku bilang pergi bawa putraku cepat! Jika prajurit berjubah hitam menemukan mu dan putraku, dia akan membunuh kalian berdua.! "

"Tapi nyonya bagaimana dengan dirimu?" ucap kakek tua itu dengan begitu kuatir

"Dengar,,! jangan hiraukan aku. Bagaimanapun caranya selamatkan putraku dan bawa putraku ke istana manor!" Ucap Qin Jiu dengan suara gemetar menahan sakit

Kakek tua yang mendengar perkataan itu bergegas pergi untuk membawa bayi itu dan meninggalkan sang ratu di gubuk reyot itu, sementara perperangan masih belum juga usai.

"Jaga dirimu baik-baik nyonya, aku pergi.!" pesan kakek tua itu kepada Qin Jiu. Ratu Qin Jiu hanya menganguk pelan lalu terjatuh di bawah tumpukan jerami itu.

Setelah beberapa jam bertarung, kali ini lagi-lagi pasukan manor kalah dalam pertempuran, jendral Qiabao melihat beberapa pasukannya telah mati terbunuh memutuskan untuk mundur dan pergi mencari ratu Qin. Namun tidak di temukan keberadaannya.

Jendral Qiabao berfikir ratu Qin mungkin bisa saja selamat saat peperangan tadi, karena keadaan yang tidak memungkinkan, jendral terpaksa menghentikan pencariannya dan berencana akan melakukan pencarian esok lusa.

sementara pria berjubah hitam itu menyuruh semua pasukannya untuk mencari ratu Qin.

"Temukan ratu Qin Jiu malam ini juga! Periksa seluruh hutan ini! bagaimanapun keadaannya, baik mati ataupun hidup , harus di temukan!" perintah seseorang berjubah hitam itu dengan tegas

Setelah beberapa lama pencarian, sang prajurit menemukan bercak darah dari luar pintu gubuk renyot itu. Ia segera melapor pada sang raja

"Periksa kedalam!" perintahnya kepada pasukan

"Tuan ratu Qin ada di sini!" ucap salah satu pasukannya itu, pria berjubah hitam itu bergegas masuk kedalam

"Dimana bayimu?" tanya pria berjubah hitam itu berbisik lembut.

Ratu Qin Jiu begitu terkejut melihat raja He berada di hadapannya, ia tidak menyangka ternyata penyusup itu tidak lain adalah raja He.

"Apa yang ingin kau lakukan?" sergah ratu Qin dengan wajah begitu marah bercampur takut

"Aku hanya meminta,,serahkan bayimu padaku,, ratu Qin!" bisiknya lagi dengan wajah sedikit mengancam.

"Kau tidak akan bisa mendapatkan bayiku, suaktu saat nanti bayi dari raja Jing Ping akan membunuh seorang raja yang haus kekuasaan seperti mu.!" teriak Qin Jiu kepada raja He

Raja He yang begitu kesal mendengar perkataan dari Qin Jiu, ia menunduk dan menatap Qin jiu dengan wajah begitu marah sembari menarik rambutnya kebelakang.

"Cantik juga,,," raja He tersenyum menatap wajah Qin Jiu yang begitu ketakutan

"Bagaimana jika aku beri kau tawaran, berikan putra mu padaku dan kau tidak akan ku bunuh, kau akan kujadikan permaisuri ke duaku." tawar raja He dengan tersenyum sembari menyerbak helai rambut di poni ratu Qin Jiu

"Ha, ha, hah,, dasar pecundang! Kau pikir setelah kuberikan bayiku padamu dan kau membunuhnya lalu aku akan bisa hidup tenang dengan menjadi seorang ratu di istana? Berhentilah bermimpi! Aku hanya milik Jing Ping! lebih baik aku mati bersama Jing Ping dari pada harus menikah denganmu,,! cuih."

Ratu Qin mendorong raja He sekuat tenaga, lalu mengambil pedang salah satu milik pasukan raja He, dan berusaha membunuh sang raja. Namun sayangnya pedang itu dengan cepat di tangkap oleh raja He dan mendorong balik tepat di leher Qin Jiu. Akhirnya Qin Jiu meninggal di tangan raja He

Raja He yang menyaksikan kematian ratu Qin Jiu hanya tersenyum.

"Jika kau mau mengikuti petintahku kau tidak akan mati sia-sia seperti ini!" ucap raja He sembari meninggalkan mayat sang ratu begitu saja.

***

Keesokkan harinya seluruh pengawal istana manor mencari keberadaan Qin Jiu, setelah beberapa lama pencarian akhirnya Qin Jiu di temukan tak bernyawa dan telah mati terbunuh

Pengawal istana membawa mayat ratu Qin Jiu ke istana manor dan melakukan penguburan

Setelah selesai pemperingati hari kematian sang ratu Qin Jiu, kini tibalah saatnya untuk pengalihan tahta

"Kami tidak bisa mengangkat jendral Qiabao menjadi penerus tahta begitu saja, walaupun itu hanya untuk sementara! Karena kami memiliki beberapa pertimbangan yang cukup matang terlebih dahulu! Apalagi mengingat penerus tahta belum di temukan!" ucap penasehat Ximing pada saat melakukan diskusi bersama dan di hadiri oleh seluruh pengurus istana manor

"Tuan Ximing benar, walapun kerajaan manor sekarang semakin melemah dan membutuhkan seorang pemimpin, namun kami tidak bisa mengambil keputusan terburu-buru!" balas penasehat Huang menguatkan pedapat dari penasehat Ximing

Sementara jendral Qiabao yang mendengar diskusi dari beberapa penasehat itu hanya diam dan mengikuti prosedur yang berlaku dalam kerajaaan.

Saat seluruh pengurus istana manor sedang melakukan diskusi di ruang istana raja, pasukan raja He datang dan mengepung seluruh sudut istana

"Aku yang akan menganti tahta sang raja Jing Ping!" teriak raja He yang tiba-tiba masuk ke ruang istana

"Raja He? bagaimana bisa dia masuk!" gumam penasehat Ximing dengan begitu terkejut

"Dengarkan aku baik-baik! Serahkan penerus tahta kerajaan padaku! dan beri kebebasan untukku keluar masuk istana ini! Maka aku tidak perlu harus merebut tahta kerajaan ini! Siapapun bisa menjadi raja kecuali penerus raja Jing Ping! ucap raja He sembari tertawa lepas, membuat seluruh angota kerajaaan begitu geram

"Kau tidak perlu menghayal terlalu jauh raja He, aku tidak akan pernah menyerahkan penerus kerajaaan padamu! berhentilah dan bangun dari mimpi burukmu!" balas Qiabao tak kalah keras membuat keduanya begitu panas

Jendral Qiabao yang melihat suasana semakin panas dengan cepat berdiri dan siaga, Ia menarik pedang itu dari pinggaangnya lalu mulai bersiap untuk melawan

"Serang!" teriak raja He dengan cukup keras lalu tiba-tiba masuk begitu banyak prajurit dan menyerang seluruh yang ada di ruangan istana

Pertempuran terjadi kembali, seluruh prajurit kerajaaan manor berusaha dengan keras untuk mempertahankan kerajaaannya. begitu juga sebaliknya kerajaan He begitu berambisi dan terus saja menyerang dari berbagai penjuru istana

Di sisi lain kakek yang menyelamatkan penerus tahta itu sedang di perjalanan menuju istana untuk menyerahkan sang penerus tahta ke kerajaan manor. Kakek itu bernama Tatao, dulu sebelum kelahiran raja Jing Ping Ia pernah menjadi seorang jendral di istana manor dan menjadi orang terdekatnya sang raja Jang Ying yaitu ayahnya sang raja Jing Ping sendiri, namun sayangnya Ia di fitnah oleh beberapa penasehat kerajaan membuatnya harus menerima hukuman mati.

Mengingat Tatao adalah jendral terdekatnya raja Jang Ying, akhirnya raja Jang Ying tidak tega jika harus membunuhnya, Ia mengeluarkan Tatao dari kerajaan manor dan menurunkan jabatannya menjadi rakyat biasa.

Tatao memiliki seorang putri bernama Ling, suami Ling adalah pengawal dari kota manor. beberapa minggu yang lalu suaminya mati terbunuh saat berperang melawan pasukan raja He. Akhirnya mau tidak mau Ling terpaksa harus ikut ayahnya ke desa. Beberapa hari yang lalu Ling baru saja melahirkan seorang putri cantik yang hampir sama umurnya dengan sang penerus tahta.

"Ayah lihatlah mata putriku begitu cantik, apalagi memiliki tanda lahir di dahinya hijau menyala membuatnya semakin terlihat unik!" ucap Ling sembari mengelus-elus pipi putrinya kecilnya itu lalu tersenyum ke arahnya

Kemudian Ia kembali menatap sang penerus tahta yang sedari tadi asik bermain sendiri, membuat Ling begitu gemas pada laki-laki kecil itu

Setelah selesai mengurus kedua bayinya itu, Ia bergegas pergi keluar menemui sang ayah

"Hari ini ayah akan berencana pergi ke istana untuk menyerahkan sang penerus tahta kerajaan manor! Tetaplah di rumah dan jaga bayimu dengan baik! ucap kakek Tatao pada putrinya itu

"Ayah, aku tidak mengijinkan mu pergi sendirian, bagaimana jika prajurit manor menyangka kau adalah penyusup? Ia akan membunuhmu ayah!" ucap Ling yang begitu kuatir pada ayahnya

"Tenanglah putriku, mereka tidak semudah itu membunuh seseorang! Jika kita datang dengan baik maka tidak mungkin Ia langsung membunuh kita bukan?" Jawab kakek Tatao dengan begitu tenang

"Tapi ayah!"

"Ling dengarkan ayahmu ini!"

"Baiklah jika begitu, aku akan ikut denganmu ayah, apapun yang terjadi nanti aku akan tetap ikut bersama mu!" balas Ling pada ayahnya itu, Ia telah bertekat untuk pergi bersama ayahnya

"Kenapa kau masih saja keras kepala!" bentak kakek Tatao pada putrinya itu, namun Ling tetap tidak memperdulikannya.

Ling mengambil kedua bayi itu lalu mengendongnya pergi menuju istana bersama ayahnya

Sesampainya di istana Ia begitu terkejut saat melihat seluruh istana telah porak poranda, ada yang sedang bertarung ada juga yang sibuk menyelamatkan dirinya masing-masing.

Melihat hal itu dengan cepat sang kakek menarik pedang dari pinggangnya dan menyerang pasukan He dengan begitu ganasnya, membuat pasukkan He menjadi sedikit kewalahan

Sementara Ling bersembunyi di balik lorong-lorong istana sembari membawa kedua bayinya itu

Sementara raja He yang berada di dalam istana semakin mengganas, Ia melumpuhkan seluruh pengurus kerajaan dan hanya penasehat Ximing dan Jendral Qiabao yang masih sangup bertarung dengannya

Namun setelah beberapa lama pertempuran akhirnya penasehat Ximing terpental ke sudut istana membuatnya tak sangup lagi untuk berdiri dan menyerang

"Tuan kau baik-baik saja?" tanya Jendral Qiabao dengan begitu kuatir lalu kembali menangkis serangan dari raja He.

Kakek Tatao yang melihat pertempuran ganas dari kedua ksatria itu bergegas pergi menemui putrinya Ling

"Gawat, seperti nya tidak akan bisa menang melawan pasukan dari raja He, aku harus mencari cara untuk meredakan perperangan ini, jika tidak dilakukan secepatnya maka akan lebih banyak korban yang akan terbunuh!"

"Berikan putrimu pada ayah, dan bawa penerus tahta besembunyi dari sini!" ucap kakek Tatao dengan nafas terengah-engah

"Ayah apa yang ingin kau lakukan dengan putriku!" teriak Ling dengan mata berkaca-kaca

"Untuk mengakhiri perperangan ini, hanya ada satu jalan saja yaitu menyerahkan penerus tahta pada raja He dengan begitu raja He akan mundur untuk sementara waktu.!"

"Tapi ayah,, putriku pasti akan di bunuh oleh raja He, pikirkan lagi ayah,,dia cucumu! anak dari putrimu sendiri!" balas Ling sembari menangis sesegukkan, Ia tak terima jika bayinya harus menjadi korban.

"Pikirkan lagi baik-baik putriku, ayah juga tidak ingin melakukan ini, tapi hanya ini satu-satunya jalan untuk meredakan perperangan ini, jika tidak maka akan begitu banyak orang yang tidak bersalah yang akan mati terbunuh, Jika kita menyerahkan penerus tahta yang sebenarnya maka itu akan lebih buruk lagi, salah satu jalan terbaik adalah menukar penerus tahta dan menyerahkan pada raja He." jelas kakek Tatao pada putrinya itu, membuat Ling tertegun dan berfikir panjang

Ling dengan tangan gemetar memberikan putrinya itu pada sang ayah, di dalam lubuk hatinya begitu berat melepaskan kepergian putrinya untuk selamanya, namun apalah dayanya Ia terpaksa harus melakukan itu demi keselamatan semua orang di istana

"Ayah!" ucap Ling dengan air mata yang terus mengalir, wajahnya begitu tertekan lalu memberi putrinya itu pada kakeknya

"Pergilah dari sini, selamatkan dirimu dan juga penerus tahta kerajaan!" perintah kakek Tatao pada putrinya itu

Ling hanya mengangguk pelan lalu mulai melangkah dan menjauh dari ayah dan putrinya itu, Ia bembawa kembali penerus kerajaan bersembunyi di dalam lorong-lorong istana

Brakk

Jendral Qiabao tersungkur jatuh dan menabrak meja istana sehingga seluruh alat yang ada di ruang istana itu terpental kemana-mana

Melihat raja He yang ingin membunuh sang Jendral Qiabao, dengan cepat kakek Tatao masuk ke istana

"Hentikan pertengkaran ini!" ucap kakek Tatao dengan berteriak sangat keras, membuat seluruh yang ada di istana menghentikan ayunan pedangnya lalu menoleh ke arah kakek Tatao

"Aku telah membawa penerus tahta kerajaan bersamaku, untuk mendapatkannya kau harus langkahi dulu mayatku! Jika aku kalah kau berhak mendapatkan penerus sang raja, Tapi jika aku yang menang maka kau tidak mendapatkan apa-apa dan berhenti menyerang istana manor!" Tawar kakek Tatao pada raja istana dingin itu sembari menatapnya dengan begitu benci dan marah

"Hahahah! Ternyata kau! Seorang bidak caturnya raja Jang Ying! bukankah kau sudah lama di buang? Hah tidak ada gunanya mengulang masa lalu! Baiklah,, kebetulan sekali aku sudah bertemu dengan mu, tentu saja aku tidak akan menolak tawaranmu jendral Tatao,,,! Aku akan lebih senang lagi jika kau mati di hadapanku dan dendam ayahku padamu terbalas lunas,,,, Tunggu apalagi cepat serang dan bunuh mereka semua!!!!" balas raja He dengan begitu sinis lalu dengan cepat melayang dan menyerang kakek Tatao.

Kakek Tatao yang melihat hal itu dengan cepat nelempar bayi itu ke Jendral Qiabao, lalu menangkis serangan itu dengan sangat cepat, lalu berbalik menyerang raja He dengan jurus pedang andalannya itu

Setelah beberapa lama pertempuran, keduanya masih saja imbang dan tidak ada yang kalah dalam pertempuran itu

Sreng

Kakek Tatao terpental mundur sembari mengeluarkan darah di mulutnya, melihat kesempatan itu dengan cepat raja He mngambil bayi itu dari Jendral Qiabao lalu melayang pergi meninggalkan ruang istana itu.

Jendral Qiabao yang begitu panik mencoba berdiri dan mengejar raja He untuk mengambil penerus tahta kerajaan itu. Namun di hentikan oleh kakek Tatao

"Jangan kau kejar dia, yang di bawa kabur olehnya bukanlah penerus sang raja namun cucuku, penerus sang raja masih aman bersama putriku!" ucap kakek Tatao dengan nafas terengah-engah laku mengeluarkan begitu banyak darah

"Ayah!!!" teriak Ling sembari berlari mendekati ayahnya, lalu menangis sesegukkan.

"Ayah jangan pergi ayah! Aku mohon, Ayahhhhhh!" tangis Ling pecah saat melihat ayahnya menghembus nafas terakhirnya

***

Setelah kematian sang ayah dan kepergian sang putrinya, Ling begitu tertekan, Ia tidak tau harus tinggal dengan siapa, hanya ayah satu-satunya tempat Ia mengadu kini ayahnya pun ikut pergi menyusul suaminya. Dengan langkah pelan Ia berjalan keruang istana untuk menemui Jendral Qiabao dan penasehat Ximing untuk menyerahkan penerus sang raja padanya

"Terimakasih banyak nyonya Ling, kau sudah begitu banyak berkorban demi istana ini!" ucap Jendral Qiabao dengan begitu hormatnya

"Nyonya Ling jika kau tidak keberatan, aku ingin kau tetap tinggal di sini sekalian bantu menjaga penerus tahta karajan istana ini!" ucap jendral Qiabao lagi pada Ling

Ling hanya tersenyum lalu menganguk pelan, membuat jendral Qiabao dan penasehat Ximing begitu senang mendengar jawabannya itu

Setelah beberapa pertemuan antar pengurus istana, akhirnya Jendral Qiabao di nobatkan menjadi raja manor untuk sementara waktu hingga penerus tahta karajan yang sebenarnya berumur lima belas tahun, setelah itu tahta kembali pada penerus kerajaan yang sesungguhnya

"Hormat kepada raja Qiabao!" ucap penasehat Ximing pada seluruh rakyat manor

"Hormat yang mulia!" balas seluruh rakyat di istana manor.

Sementara melihat keadaan istana yang semakin melemah dan rawan penyerangan, mau tidak mau raja Qiabao harus mengasingkan penerus tahta kerajaan dari istana manor

"Ambil dan bawa penerus tahta sekarang! Kita harus pergi malam ini ke gua Yin!" perintah sang raja Qiabao pada pengawal istana

"Baik yang mulia!"

"Nyonya Ling! ikutlah bersama penerus tahta! jagalah dia di sana, anggaplah dia putramu sendiri!" ucap raja Qiabao pada Ling, Ling hanya mengangguk pelan sembari mendundukkan kepalanya

"Baik yang mulia!" balas Ling pada rajanya itu

"Kalian jangan kuatir, aku akan menyuruh pengawal untuk mengantarkan semua keperluan kalian setiap akhir pekan! dan setiap musim gugur telah tiba aku akan datang menjenguk kalian di sana!" terusnya lagi sembari mengelus-elus pipi sang penerus tahta lalu memberinya pada Ling

Ling mengambil bayi itu dengan lembut dan mengendongnya persis seperti ibu dan anak kandungnya sendiri lalu pelan-pelan melangkah pergi menuju kereta kuda yang telah di siapkan.

Kereta kuda itu mulai berjalan keluar dari istana manor, mereka berencana akan pergi menuju gua Yin

25 tahun kemudian

Setelah kematian sang ayah dan ibunya, Qi Yan tumbuh menjadi raja berdarah panas, seorang raja yang sangat di takuti para musuh, selama ia menjadi raja telah banyak wilayah yang ia taklukkan dan bersatu dengan manor.

Bukan hanya itu, Qi Yan juga di kenal sosok raja yang tidak pernah tersenyum dan berhati batu. Setiap hari Qi Yan hanya berteman dengan pedang darah. Jika ada yang tidak sesuai dengan aturan kerajaan maka mendapatkan hukuman mati dari sang raja, membuat seluruh istana teratur dan tidak berani bersikap semena-mena.

Qi Yan juga seorang raja yang sangat tegas, jujur dan adil, bukan hanya itu ia juga lihai di bidang academy dan juga pertempuran. Dalam menyusun strategi peperangan Qi Yan tidak pernah gagal, dan selalu di akui oleh wilayah lain.

Di usianya yang beranjak dua puluh lima tahun Qi Yan telah menikah sebanyak lima kali, semuanya putri dari berbagai kerajaan yang telah ia taklukkan.

Namun tak satupun yang berhasil selamat, semuanya mati di bunuh oleh raja Qi Yan. Setiap putri yang datang ke istana manor sama saja mereka mengantarkan dirinya ke neraka. Karena setiap putri dari kerajaan yang datang tidak akan pernah kembali.

Meskipun raja Qi terkenal sangat kejam, ia berhasil membuat rakyatnya sejahtera dan wilayah yang aman untuk di tempati. Semenjak ia menjadi raja kota manor terlihat begitu teratur, ia juga sangat memperhatikan rakyat kecil.

"Salam yang mulia, dalam jadwal hari ini ada pertemuan penting di kota manor." ucap jendral feng pada rajanya itu.

"Baiklah, apa kau telah memberi tahu pada semua pengurus kerajaan?" tanya raja QI Yan pada jendral feng

"Sudah tuan, semuanya telah di undang."

"Kalo begitu suruh pelayan menyiapkan semua keperluan ku, setengah jam lagi kita berangkat!" titah sang raja sembari berdiri meninggalkan ruangan kerajaan.

Sesampainya di pusat kota, raja Qi Yan duduk di singgasananya, sembari mendengarkan penasehat kerajaan mengajukan permohonan proposal.

Begitu banyak pendapat yang di ajukan oleh penasihat hukum salah satunya penasehat handal dari kerajaan manor bernama Ximing.

Ximing adalah penasehat handal kota manor, ia menjabat sejak raja Jing Ping menjadi raja hingga saat ini. Dengan kepintarannya dalam mencari dan memberikan solusi, tidak jarang ajuan proposalnya di terima oleh sang raja.

"Salam yang mulia, sebagai penasehat hukum ke dua saya ingin mengajukan pendapat, mengingat wilayah selatan yang semakin rentan penuyusupan dan penyerangan, bagaimana jika istana manor menambah beberapa ribu prajurit untuk berjaga-jaga." ajukan penasehat ke dua kepada sang raja.

Qi Yan hanya mengangguk dan memberikan kesempatan untuk penasehat pertama untuk memberikan pendapat terbaiknya, ia terlihat begitu tenang sembari menyeruput teh yang telah di sajikan sang pelayan kerajaan.

"Yang mulia, menurut saya ribuan prajurit tidak akan ada artinya tanpa strategi yang matang. Kita tidak perlu mengorbankan begitu banyak nyawa hanya untuk menjaga perbatasan dengan wilayah selatan, yang kita butuhkan saat ini mencari seorang yang bisa mengatur strategi penyerangan." Ximing mengajukan pendapat terbaiknya

"Jadi berikan solusinya tuan Ximing!" balas sang raja sembari meletakkan cangkir tehnya ke atas meja.

"Saya punya solusi yang baik yang mulia, bagaimana jika kita mengadakan pelatihan khusus bulan ini, dari sana kita akan melihat potensi setiap peserta. Peserta yang berbakat akan berhak mengabdi di Kerajaan manormanor, dan menjabat di wilayah selatan."

Raja Qi Yan yang mendengar pendapat dari penasihat Ximing mengangguk pelan, lalu memberi arahan pada pengurus kerajaan.

"Baiklah kalau begitu buat pemberitahuan kepada seluruh pusat kota, bagi yang mau mengikuti pelatihan khusus prajurit, bisa mendaftar di depan istana manor besok!" perintah itu langsung di keluarkan dari mulut sang raja.

"Baik yang mulia" balas seluruh pengurus kerajaan.

Ternyata rencana penambahan prajurit itu terdengar oleh raja He, jantungnya seketika berdetak kencang, raja He yang mengetahui hal itu segera mencari cara untuk mengatasi kekacauan itu.

"Jika raja manor menambah pasukan di perbatasan kota selatan, maka penyelundupan tidak akan bisa di lakukan lagi,, seluruh kerajaan dingin akan hidup morak marid, karena kekurangan bahan pangan dan papan. Apalagi melihat banteng pertahanan manor yang setiap tahun semakin kuat, sepertinya tidak akan mungkin mampu menyerang dan mengambil wilayah selatan. Aku harus bisa mencari solusi masalah ini."

Sementara Ji feng yang berada di perbatasan menanti perintah dari sang ayah, Ji Feng di tugaskan untuk berada di perbatasan kota agar proses penyelundupan bisa berjalan dengan lancar

Ji Feng adalah satu-satunya putra dari kerajaan selatan, anak dari raja He dan ratu Shu Ming, ji feng hanya memiliki seorang ayah dan adik perempuan bernama Chu Ye, keduanya lahir di tahun yang sama hanya beberapa bulan saja

Di saat Shu Ming masih hidup mereka sangat menyayangi Ji Feng dan Chu Ye, namun karena keserakahan raja He akhirnya Shu Ming di jadikan umpan dalam perperangan merebut kekuasaan utara.

Shu Ming yang telah menikah dengan raja He terpaksa mengikuti peraturan kerajaan, namun kehendak berkata lain raja He terlambat menyelamatkan istrinya, hingga berakhir kematian. raja He yang sangat mencintai Shu Ming merasa sangat terpukul dan menyesali perbuatannya itu. Semenjak kematian Shu Ming, raja He memutuskan untuk tidak menikah lagi.

"Pangeran Ji Feng pulang ke istana!" teriak salah satu pelayan istana dingin itu

Seluruh anggota kerajaan memberi hormat dan menundukkan kepalanya.

"Silakan pangeran."

"Dimana Chu Ye?" tanya Ji Feng pada pelayannya itu

"Tuan putri ada di taman belakang pangeran."

"Baiklah, jangan peritahu Chu Ye kalo aku datang! Biar aku sendiri yang menemuinya nanti.!" balas Ji Feng sembari berjalan pergi masuk ke istana

Setelah masuk kedalam istana, Ji Feng menemui ayahnya dan berbincang soal keamanan kota. Setelah selesai Ji Feng belalu pergi ke taman belakang istana

"Chu Yeee,,," Ji Feng memanggil saudara perempuannya itu

"Ayo kemarilah, apa yang aku bawa untuk mu.!" dengan senyuman Ji Feng memberi beberapa buah yang ia ambil dari atas pohon saat ia kembali dengan menunggang kuda menuju istana dingin.

Chu Ye yang lagi asik berlajar memainkan alat nusik ghuzeng membalikkan tubuhnya, membuat rambutnya yang tergerai panjang begitu sempurna.

"Ji Feng,,,,"

"Itu kamu?"

"Kapan kamu pulang ke istana?" Tanya Chu Ye dengan senangnya kedatangan saudara laki-lakinya itu.

Ji Feng hanya tersenyum, lalu menunjukkan rasa rindunya terhadap saudara perempuannya itu

"Kamu ingat Chu Ye, waktu kecil kita sering diam-diam keluar dari istana hanya untuk mencari buah-buahan di pohon." ucap Ji Feng tersenyum menatap ke arah Chu Ye lalu menyodorkan beberapa buah ke tangan Chu Ye

Ia menatap adik perempuan yang ia tinggalkan delapan tahun yang lalu, kini berubah menjadi putri istana yang begitu cantik.

Chu Ye hanya tersenyum lalu menundukkan kepalanya saat mendengar kakak laki-lakinya itu berbicara.

"Sekarang kita sudah dewasa, dan kau Chu Ye masih bertingkah seperti anak-anak!" ucap Ji Feng sembari tertawa lalu merangkul kepala adik perempuannya itu.

"Aku masih Chu Ye yang dulu, bukankah kau yang telah banyak berubah? Semenjak kau di angkat menjadi jendral, kau hanya sibuk dengan pekerjaan mu di perbatasan.! Ji Feng kau tau,, setiap hari aku sangat sangat merindukan mu." jelas Chu Ye sembari memeluk erat tangan saudara laki-lakinya itu. Wajahnya sedikit cemberut membuat ia keliatan begitu cantik.

"Baiklah, jika memang kau rindu pada saudara mu, siapkan teh buatan mu.! sudah lama kau tidak membuatkannya untuk ku."

"Baiklah Jendral Ji Feng. Mari ikut dengan ku!" Balas Chu Ye sedikit tersenyum.

Mereka berjalan menuju masuk ke istana untuk meminum teh bersama

"Chu Ye,, apakah sekarang kau masih sering mimpi buruk?" Tanya Ji Feng pada adik perempuannya itu

"Begitulah Ji Feng,, ya hampir setiap hari,,"

"Ji Feng apakah kau tau, setiap hari ayah ke kamar ku hanya menanyakan perihal mimpiku,, ahh itu konyol sekali.!"

"Ayah selalu menganggu tidurku,," cemberut Chu Ye saat mengadu kepada saudara laki-lakinya itu terlihat sangat mengemaskan.

Ji Feng yang mendengar hal itu hanya tersenyum, mereka duduk di kursi, masih asik berbincang.

semenjak delapan tahun Ji Feng pergi ke perbatasan baru kali ini mereka bertemu, jadi wajar aja kalo Ji Feng dan Chu Ye saling melepas rindu dan begitu akrab. Ji Feng yang dulunya terlihat dengkil dan kurus kini berubah menjadi pangeran tampan sedangkan Chu Ye yang cantik dari dulunya sekarang menjadi semakin cantik, anggun dan berbakat tetapi sayangnya Chu Ye tidak bisa hilang dari sifat konyol dan manjanya.

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!