Malam Pertama yang Tak di Inginkan

BAB. 5

Selesai acara akad nikah, Reza mencari keberadaan Libia. Namun Libia sudah tidak ada ditempat. Reza sangat mengkhawatirkan Libia. Dia tahu Libia mempunyai fisik yang lemah dari dulu. Dia tidak bisa tertekan pikiran.

“Apa yang kamu cari Reza?” Tanya mamanya kepada Reza.

“Gak ada ma”. Jawab Reza asal.

“Kamu sudah menikah sekarang, stop untuk memikirkan wanita lain. Anis sekarang adalah tanggung jawabmu secara penuh. Mama dan papa harap kamu bisa mencintainya dengan tulus”. Tegas Bu Lida kepada anaknya.

Reza pun hanya diam sembari menundukkan kepalanya karena tidak tahu harus menjawab apa.

“Pak herdi, bu Lida kami pamit untuk mohon diri. Kami akan langsung pulang saja. Tolong titip Anis”. Ucap Pak budi kepada keluarga Herdiawan.

“Kenapa tidak menginap dulu pak? Apa nanti tidak kemalaman sampai dirumah?” ucap Pak herdi dengan lirih sambil menawarkan pak Budi dan bu Rusmi untuk menginap.

“Tidak, terimakasih banyak pak, insyaAllah lain waktu kami akan mengunjungi Anis dan keluarga besar pak Herdi”. Jawab pak Budi.

Pak Budi dan bu Rusmi pun berlalu meninggalkan keluarga Herdiawan dan Anis di ruangan itu. Anis yang melepas kepergian orantuanya pun tak kuasa menahan tangis.

“Jaga dirimu baik-baik dan taatlah pada suamimu ya nak”. Pesan bu Rusmi kepada putrinya sembari mengecup kening putrinya sebelum keluar dari ruangan tersebut.

“Sudah jangan menangis lagi sayang, kamu sekarang bukanlah orang lain tapi anak kami. Kalau ada apa-apa jangan pernah sungkan”. Ucap bu Lida sambil mengelus kepala Anis dan berusaha menenangkan Anis.

“Iya ma terimakasih”. Jawab Anis dengan lirih.

“Reza, bawalah pulang dulu Anis ke rumah, untuk sementara selama papa di rawat kamu tinggal di rumah papa dulu”. Pinta pak Herdi kepada Reza.

Reza pun segera pulang bersama Anis. Di tengah perjalanan mereka tidak berkata apa-apa. Anis memilih untuk memakai headset dan mendengarkan music kesukaannya sebagai cara menenagkan dan menguatkan hatinya. Sementara Reza, reza masih sibuk dengan lamunannya memikirkan kabar dari Libia yang tak kunjung ada.

Ciiiiittttttt….!!!!

Tiba-tiba Reza mengerem mendadak, mobilnya pun segera berhenti. Reza dan Anis keluar dari mobil lalu memeriksa keadaan. Terlihat seorang nenek sedang duduk tepat didepan mobil yang Reza kendarai.

“Nenek tidak apa-apa?” Tanya Anis kepada nenek tersebut.

“Tidak apa-apa cung hanya luka gores saja”. Jawab nenek tersebut.

“Ayo kita ke rumah sakit nek?”,Ucap Anis berusaha menuntuk nenk tersebut.

“Tidak usah cung nenek baik-baik saja”, Kata nenek itu lagi.

“Kalau begitu biar saya obati dulu nek, saya akan mencari obat dulu ditoko itu. Nanti saya akan kembali”. Kata Anis. Nenek itupun menyetujuinya.

Anis pun menuntun nenek untuk duduk di kursi pinggir jalan. Dia segera berlari menuju took yang berada tidak jauh dari situ. Reza hanya melihat apa yang di lakukan Anis. Pikirannya masih kalut memikirkan Libia.

“Tahan sebentar ya nek”. Ucap libia sambal mengoleskan alcohol ke bagian kaki nenk tersebut yang tergores.

Selesai mengobati nenek tersebut. Mereka pun mengantarkan pulang.

“Terimaksih banyak yang cung…kamu bukan hanya canti wajahmu tapi hati mu juga tak kalah cantic dengan wajahmu. Nenek yakin siapapun kelak yang menjadi suamimu akan menjadi orang yang paling beruntung”. Ucap nenek tersebut panjang lebar.

Seketika itu jantung Anis berdetak kencang dia melirik ke arah Reza. Reza pun hanya bisa menunduk.

“Ya sudah kami pamit pulang ya nek”. Kata Anis.

Merekapun melanjutkan perjalanan untuk kembali pulang. Ditengah perjalanan Anis memberanikan diri untuk bicara kepada Reza.

“Mas tolong perhatikan jalan, kalu mas mau melamun silahkan melamun di rumah jangan di jalan. Cukup nenek tadi yang menjadi korban atas lamunan mas.” Ucap Anis kesal.

“Brisik…!!” jawab Reza cuek.

“Mas bukan kamu aja yang tertekan dari pernikahan ini. Setidaknya kalau kamu tidak memperdulikan atau tidak menganggapku ada kamu harus memperdulikan orang-orang di jalanan!” protes Anis dengan nada penuh penekanan.

“Kenapa kamu menangis?” Tanya Reza tanpa merasa bersalah.

“Gak usah pura-pura gak tahu deh kenapa aku menangis”, Jawab Anis.

“Iya aku minta maaf”. Ucap Reza kemudian.

Setelah itu Reza kembali melajukan mobilnya menuju rumah orang tuanya.

Sebenarnya Reza sudah punya apartemen sendiri. Dan selama ini dia tinggal terpisah dari orang tuanya.

Sesampainya di halaman rumah, Anis tampak sangat takjub melihat rumah keluarga Herdiawan. Tamannya begitu luas, bunga-bunga yang indah menghiasi di setiap tepi jalan. Rumahnya pun terlihat sangat besar dan megah.

Reza segera masuk kedalam rumah tersebut, diikiuti oleh anis yang mengekor di belakangnya. Setelah memasuki rumah, beberapa ART sudah menunggu di ruang tamu. Mereka lalu mengantarkan Reza dan Anis bak seorang raja dan Ratu.

“Mari den saya antar ke kamar”. Kata mbok Ipah, salah satu ART senior keluarga Herdiawan. Mbok Ipah saat ini sudah berumur 50 tahun. Dia mengapdikan diri pada keluarga Herdiawan sejak berumur 20 tahun.

“Aku mau tidur kekamarku yang dulu aja mbok”. Pinta reza kepada mbok Ipah.

“Maaf den, ibu menyuruh aden berdua untuk tidur di kamar yang sudah simbok siapkan, sesuai dengan pesan dari ibu”, lanjut mbok Ipah.

Apa-apaan lagi sii ini. Ucap Reza dalam hati sambil mendengus kesal.

“Mbok bolehkan saya untuk sementara waktu tidur terpisah dengan mas Reza sampai saya lulus SMA?” Tanya Anis kepada mbok Ipah.

“Maaf den gelis..simbok hanya menjalankan perintah dari ibu, kalau den Reza dan den Gelis harus tidur di kamar yang sudah simbok siapkan”. Jelas mbok Ipah lagi.

Akhirnya mereka berdua pasrah dan mengikuti permintaan bu Lida melalui mbok Ipah.

Sesampainya di depan kamar, mbok Ipah segera membuka pintunya. Dan alangkah terkejutnya Reza dan Anis, ternyata kamar tersebut telah dihias sedemikian rupa bak kamar seorang pengantin saat malam pertama.

Ya..Reza dan Anis memanglah pengantin baru, tapi mereka tidak pernah berharap lebih dari pernikahannya. Pernikahan itu mereka lakukan semata-mata untuk menuruti kemauan orang tua mereka. Tak sedikitpun di pikiran mereka untuk mendapatkan perlakuan khusus layaknya seorang pengantin baru.

“Apa maksudnya ini mbok? Kenapa banyak sekali bunga mawar di ranjang?” Tanya reza kepada mbok Ipah dengan kesal.

“Saya permisi dulu ya den. Aden silahkan beristirahat”. Kata mbok Ipah keluar tanpa menjawab pertanyaan Reza.

Anis pun segera duduk dan mengambil koper yang dia bawa untuk mempersiapkan baju piyama. Dia pun lalu melangkah ke kamar mandi hendak ganti pakaian. Badannya sudah sangat gerah tak tahan lagi untuk segera membersihkannya.

“Hei..siapa yang suruh kamu masuk kamar mandi duluan?” ucap Reza tiba-tiba menghentikan langkah Anis.

“Apa seluruh yang akan aku lakukan harus menunggu komando dari mu?” jawab Anis dengan Muka kesal.

“Aku mau mandi duluan”. Ucap Reza sembari nyelonong masuk ke kamar mandi duluan.

“Arrrggghhhh…..dasar orang tua!!”” celetuk Anis kesal.

“Apa kamu bilang tadi?” tiba-tiba pintu kamar mandi terbuka, dan Reza tampak melongokkan kepalanya dari dalam kamar mandi.

“Nggak, Bapak ku sudah tua kasian sekali jika mengingatnya”. Jawab Anis dengan enteng.

Reza pun menutup kembali pintu kamar mandi dan segera membersihkan tubuhnya. Selesai mandi Reza keluar sudah dalam keadaan memakai pakaian lengkap. Dengan segera Anis pun masuk kamar mandi dan gantian dia yang mmembersihkan tubuhnya.

Selesai mandi dan berganti pakaian, Anis pun keluar dari kamar mandi.

“Hei…Kamu tidurlah di sana, aku sudah menyiapkan tempat tidurmu special”. Ucap Reza datar.

“Hahh…aku tidur dilantai???? Kamu yang tidur dilantai. Pokokny aku gak mau tidur dilantai. Kalau kamu gak mau ngalah akan aku adukan mas ke mama”. Ancam Anis kepada Reza.

Reza pun tidak bisa berkutik. Akhirnya Reza sendirilah yang tidur dilantai. Tempat yang telah dia siapkan untuk Anis kini malah menjadi tempat tidurnya saat ini dan ntah akan sampai kapan.

Malam itu Reza tidak dapat tidur, dia masih terus memikirkan Libia. Dari tadi pagi selepas akad reza belum mendapat kabar dari Libia. Dia berusaha untuk menelfon Libia tapi lagi-lagi tidak diangkat. Akhirnya dia mengirim pesan melalu WhatsApp.

Sayang kamu dimana? Tolong angkat telfon aku. Aku sangat mengkhawatirkanmu sayang. Aku tidak pernah menghendaki pernikahan ini. Tolong kasih kabar ke aku. Aku janji akan menyelesaikan masalah ini secepatnya dan akan menikah denganmu. Isi pesan WhatsApp.

Tak ada jawaban dari Libia. Bahkan pesannya hanya di read saja tanpa di balas. Reza pun berusaha menghubungi Libia lagi. Tapi kali ini nomornya tidak aktif. Akhirnya dia memberanikan diri menghubungi tante shofie, bundanya Libia.

“Hallo tante..”. Ucap Reza dalam telfon.

“Iya hallo dengan siapa ini?” Tanya bu Shofie kepada Reza. Karena memang sebenarnya bu Shofie belum menyimpan nomor Reza.

“Ini saya Reza te, Libianya ada gak ya te”? Tanya Reza kemudian.

“Libia sedang pergi. Saat ini dia sedang sangat sibuk. Tolong untuk jangan menggangu anak saya lagi”. Jawab bu Shofie tegas kemudian menutup telfon.

Hati Reza tersentak, tidak biasanya bu Shofie biacara kasar dengannya. Dulubaik bu shofie maupun pak Danu sangat akrab sekali dengan Reza.

Mereka selalu mengobrol bersama seperti anak sendiri. Tapi kali ini bu Shofie sanagt tegas sekali bicara dalam telfon.

Kenapa dengan tante shofie? Kenapa beliau tiba-tiba bicaranya sangat ketus kepadaku? Batin Reza dalam hati. Atau jangan-jangan tante Shofie sudah tahu kebenaran antara aku dan Libia? Bantinnya lagi.

Reza terus saja memikirkan Libia tanpa terasa hari menunjukkan pukul 03.00 dini hari.

Berbeda dengan Reza, Anis yang sudah sedari tadi merasa sangat lelah terlihat tidur sangat lelap. Dia tidur dengan posisi terlentang, mulut terbuka, dan kaki kemana-mana. Di bagian bibir bawahnya terlihat ada cairan yang mengalir kebawah.

“Dasar bocil, tidur aja masih mendekur bikin telingaku sakit”. Gerutu Reza dengan kesal.

Reza pun menghampiri Anis yang sedang tertidur pulas.

“Iih jorok banget ni bocil, sudah tiduk mendengkur, ngiler juga”. Omel Reza yang dari tadi tidurnya terganggu karna dengkuran Anis yang kuat.

“Hhmmm… rasain kamu bocil, aku akan buat kamu menuruti yang aku mau”. Ucap Reza kemudian sembari mengambil hpnya dan mengaktifkan kamera untuk memfoto Anis yang tidur menganga juga ngiler.

Reza pun tersenyum puas, karena kini dia mendapatkan senjata ampuh untuk membuat Anis menuruti perintahnya.

“Besok malam aku gak akan lagi tidur dilantai”. Ucap Reza dengan senyum senang.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!