BAB. 4
“Bruuuuuk,, aaww”. Teriak Libia tiba-tiba.
“Eh sorry, sorry aku gak sengaja’. Ucap lelaki itu Sambil melihat ke kearah Libia yang masih menangis.
Libia memegangi kepalanya yang tadi tertabrak lengan laki-laki tersebut. Pipinya masih basah. Tiba-tiba kepalanya sangat sakit, matanya pun berkunang-kunang, badannya semakin lama semakin terasa berat bak tertimpa beban yang amat berat.
“Bruuuk..” Libia pun tak tertahankan diri dan jatuh pingsan tepat berada di depan laki-laki yang menabraknya tadi.
“aduuuh siaall..!, kenapa juga nih cewek pake acara pingsan segala’. Gerutu laki-laki tersebutseraya memeriksa detak jantung Libia setelah itu membopongnya ke ruang UGD.
“Ada apa dok?” tanya salah satu dokter yang bertugas di UGD. Iya, laki-laki yang menabrak Libia tadi adalah Frans, seorang dokter juga sekaligus anak bungsu dari salah seorang pengusaha sukses di Indonesia, Bramansyah. Saat itu Frans sedang buru-buru karna pacarnya sedang dirawat disalah satu ruang VIP lantai empat sedang sekarat dan membutuhkan Frans secepatnya.
“Aku tadi menabrak wanita ini ketika hendak keluar dari lift lantai 4, saat aku lihat ternyata dia sedang menangis dan tidak lama dari itu dia pun pingsan. Aku sudah cek detak jantungnya sangat cepat, kemungkinan wanita ini sedang depresi yang amat sangat berat.
“Tolong tangani dia, aku buru-buru. Pacarku saat ini sedang kritis di lantai empat,” jelas Frans kepada dokter itu yang tak lain bernama Gilang, Sahabat Frans.
“Ok siap, cepat temuilah pacarmu” Perintah Gilang kepada Frans.
Frans pun melangkah dengan buru-buru meningggalkan Gilang di ruang IGD. Sesampainya di lantai empat, tepatnya ruang anggrek 4 VIP, Frans segera membuka pintu ruangan. Didapatinya seorang wanita bertubuh kurus tergeletak di ranjang rumah sakit.
Wanita itu bernama Diana. Seorang gadis berumur 25 tahun sedang mengalami masa kritis karena kenker otak yang dideritanya. Disamping kanan dan kiri ranjang tempat wanita itu tergeletak, tampak ayah dan bunda Diana sedang menggenggam tangan putrinya.
Tidak jauh dari situ berdiri dokter Rivan. Dokter spesialis kanker yang menangani Diana, Frans pun segera menghampiri dokter Refan.
“Dok bagaimana keadaan pacar saya, dia baik-baik saja kan dok?” tanya Frans mencoba tenang.
“Maaf dok, kanker yang diderita Diana saat ini sudah stadium lanjut, kita tidak bisa berharap lebih. Hanya keajaiban dari Tuhan lah yang bisa menolongnya.
“Tolong dok selamatkan Diana, lakukan apapun dengan pacar saya, saya sangat mencintainya. Biarkan saya yang menggantikan posisinya,” ucap Frans yang tanpa disadari air matanya mengalir deras di pipinya.
“kita pindahkan saja Diana ke ruang ICU dok” Pinta Frans lagi kepada dokter Refan.
Dokter Refan pun akhirnya menuruti perkaan Frans untuk memindahkan Diana ke ruang ICU untuk mendapatkan perawatan yang lebih intensif.
Sebenarnya dokter Refan sudah tahu akan sia-sia saja Diana di pindahkan ke ruang ICU karna nafas Diana yang sudah mulai berat dan juga detak jantung yang semakin melemah. Tapi karena Frans bersikeras maka dokter Refan menuruti permintaan Frans.
Diana pun di pindahkan ke ruang ICU. Dia terlihat tak berdaya dengan berbagai peralatan medis menempel ditubuhnya, orang tua diana hanya menangis dan berharap putrinya mendapat keajaiban dari Tuhan dan bisa berkumpul bersama-sama kembali.
Dokter Refan masih sibuk menangani Diana di ruangan, sedangkan Frans menunggu di luar ruangan bersama orang tua Diana. Nampak ketiganya sangat cemas.
“ Maafkan saya Frans..saya tidak bisa lagi menolong Diana, segala upaya sudah saya lakukan semua tapi detak jantung Diana tidak ada peningkatan malah semakin melemah. Kini yang dia butuhkan adalah orang-orang yang dia sayangi untuk mendokan dan mendampinginya”. Ucap dokter Refan memberi penjelasan sambil menepuk pundak Frans berusaha memberi pengertian agar Frans bisa memahami kondisi saat ini.
Frans pun terduduk lemas tepat didepan pintu ruang ICU dimana Diana dirawat. Dia mengacak rambutnya pertanda frustasi.
Iya, rencananya dua bulan lagi Frans akan menikah dengan Diana, kekasihnya yang sudah lima tahun berpacaran. Bahkan undangan, sewa gedung, catering semuanya sudah siap 90 persen.
Tapi tanpa di duga Diana mengidap kanker otak stadium lanjut membuatnya terbaring lemah tak berdaya di ruang ICU saat ini.
“Sudah nak, kita tidak bisa berbuat apa-apa lagi kecuali do’a. Semoga ada keajaiban untuk Diana agar bisa sembuh dan pulih kembali seperti sedia kala”. Ucap pak Deni, ayah Diana.
Frans dan orang tua Diana pun memasuki ruang rawat Diana. Mereka duduk mengelilingi ranjangnya. Frans terlihatmenggenggam erat tangan kekasihnya yang kini terbaring lemah.
“Sayang bangun sayang, ayo buka matamu…dua bulan lagi kita akan menikah dan berumah tangga sayang. Aku mohon jangan tinggalin aku sendirian”. Ucap Frans dengan mata yang sudah basah sembari memohon.
“Nak Frans pulanglah nak..istirahatlah. Tubuhmu butuh istirahat. Diana ada om dan tante yang akan menunggunya”. Perintah bu Risma , bundanya Diana.
“Saya gak capek tante, sayaakan menemani Diana sampai dia sadar”. Jawab Frans bersikekeh.
Waktu pun menunjukkan pukul 22.00 Frans tertidur disamping ranjang Diana dengan posisi duduk sambal menggenggam erat jari Diana. Sedangkan ayah dan bunda Diana tertidur di sofa ruang rawat.
Tidak berapa lama jari Diana yang dipegang Frans bergerak pelan. Frans segera bangun dan melihat apakah itu mimpi atau nyata.
“Om, tante !! Bangun om…Diana siuman jari tangannya bergerak.” Seru Frans membangunkan orang tua Diana.
Orang tua Diana pun langsung melihat putrinya yang berusaha menggerak-gerakkan jarinya seraya berusaha untuk menyampaikan sesuatu.
“Jangan banyak bergerak sayang, aku akan memanggil dokter Refan”. Pinta Frans kepada Diana dan segera memanggil panggilan darurat. Tidak lama kemudian dokter Refan pun dating dan segera memeriksa kondisi Diana.
“Detak jantung dan nafasnya tidak beraturan”. Kata dokter Refan saat memeriksa kondisi Diana.
“Diana akan baik-baik saja kan dok?” Tanya Frans kepada dokter Refan dengan penuh harap.
Dokter Refan tak menjawab pertanyaan Frans. Dia terus focus melakukan penanganan terhadap Diana dengan dibantu beberapa perawat.
Dia tahu saat ini kondisi Diana sebenarnya sudah sangat kritis, dan dia tidak mau memberikan harapan yang berlebih kepada Frans karena takut Frans akan semakin Frustasi.
Dan Tiba-tiba detak jantung Diana pun benar-benar terhenti. Wajahnya yang cekung terlihat semakin pucat, tubuhnya semakin dingin. Tidak ada lagi anggota tubuhnya yang bergerak.
“ Dianaaaaa……!!!! Jangan pergi sayang, aku mohon jangan tinggalin aku. Kamu ingatkan kita akan menikah dua bulan lagi. Aku janji akan mengajak mu Haneymoon kemana pun yang kamu mau”. Ucap Frans kepada Diana yang sudah terbujur kaku diranjang rumah sakit.
“Diana anakku…..kenapa kamu secepat itu ninggalin ayah bunda nak”. Tangis kedua orang tua Diana memecahkan keheningan malam itu.
...****************...
Di IGD, Libia belum juga sadarkan diri. Dokter Gilang akhirnya memindahkan Libia ke ruang rawat. Oh iya Libia ini adalah Putri dari seorang Pengusaha Kain tenun yaitu, Pak Danu dan Bu Shofie. Usaha dari orang tua Libia sudah menembus pasar internasional keberbagai belahan negara.
“Mama…papa kenapa aku ada disisni? Awww…kepalaku sakit sekali ma”. Ucap Libia saat mendapati dirinya bukan di kamarnya melainkan dirumah sakit.
“Kamu pingsan tadi nak dirumah sakit, trus ada dokter yang menolong dan membawa mu kemari”. Jelas Bu Shofie.
“Badan ku lemas ma, kepala ku sakit sekali”. Ucap Libia mengadu keadaanya kepada mamanya.
“Sebentar ya nak, papa akan panggil dokter”. Ucap Pak Danu dan berlalu pergi menuju ruang jaga.
Tidak lama kemudian pak Danu masuk ke ruangan Libian bersama dengan dokter Gilang.
“Dokter ini yang menolongmu saat kamu pingsan nak”. Kata bu Shofie sembari menunjuk ke arah dokter Gilang.
“Terimakasih dok, maaf merepotkan”. Ucap Libia kepada dokter Gilang.
Dokter Gilang pun segera memeriksa kondisi Libia.
“Libia mengalami depresi yang amat berat buk, tekanan darahnya sangat rendah hanya 70/90, dia butuh tenang dan istirahat total. Tolong untuk selalu menghiburnya”. Kata dokter Gilang menjelaskan keadaan Diana kepada orang tuanya.
“Aku akan memberi resep tambahan agar tubuhnya segera lebih baik”. Ucap dokter Gilang lagi sembari menuliskan resep untuk Diana.
“Terimakasih dok”. Kata orang tua Libia hampir bersamaan.
Setelah memberikan resep kepada orang tua Libia, dokter Gilang pun berlalu keluar dari ruang rawat tersebut.
“Ada apa sama kamu nak?”apa yang kamu pikirkan sehingga membuatmu depresi seperti ini? Mana Reza belum juga kelihatan disini?” Tanya bu Shofie terhadap anaknya dan tiba-tiba menanyaka Reza, pacar Libia.
Libia tak menjawab pertanyaan mamanya. Dia hanya menghembuskan nafas kasar dan memalingkan wajahnya karna lagi-lagi matanya mulai berkaca-kaca saat mengingat Reza.
“Mungkin Reza lagi sibuk ma”. Jawab Libia singkat sesaat kemudian.
Tak lama dari itu Libia pun tertidur, karna dokter sengaja memberinya obat tidur agar dia bia beristirahat maksimal.
Tak puas dengan jawaban putrinya, bu Shofie pun akhirnya menyelidiki apa yang sebenarnya terjadi antara Libia dan Reza. Karena tidak biasanya saat Libia sakit Reza tidak menjenguknya. Reza adalah soso seorang pria penyayang. Apalagi dengan Libia.
Bu Shofie pun memeriksa handphone putrinya. Ternyata sudah puluhan panggilan dari Reza tak terjawab. Ada pesan whatsaap masuk di hp Libia. Bu shofie pun segera memeriksa pesan tersebut.
Sayang kamu dimana? Tolong angkat telfon aku. Aku sangat mengkhawatirkanmu sayang. Aku tidak pernah menghendaki pernikahan ini. Tolong kasih kabar ke aku. Aku janji akan menyelesaikan masalah ini secepatnya dan akan menikah denganmu.
Bu Shofie pun terkejut saat membaca pesan whatsaap putrinya dari Reza.dia segeramenghapus pesan tersebut. Kini dia paham apa yang membuat putrinya terbaring di ranjang rumah sakit saat ini.
...****************...
(Keesokan harinya)
Di ruangan, Pak danu sedang membicarakan perkembangan bisnisnya dengan para asistennya.
“Pak kondisi perusaan kita benar-benar krisis, pandemi ini membuat harga jual kain tenun kita merosot tajam 90% selama tiga bulan. Sebanyak dua ribu penenun belum menerima haknya sudah dua bulan terakhir. Jika hal ini berlarut seperti ini terus akan mengakibatkan ribuan orang terbayar gajinya” jelas Deas, asisten perusaan pak Danu.
Memang semenjak terjadi pandemic covid 19 yang merebak diseluruh negara, Perekonomian dunia mengalami penurutan drastis. Tak heran jika perusaan tenun pak danu pun ikut terkena imbas dari pandemi tersebut.
“Saya tidak mau para karyawan perusahaan ini kehilangan pekerjaan, Deas tolong gencarkan promosi perusaan kita agar para investor menginvestasikan ke perusaan kita”. Perintah pak Danu kepada Deas.
“Mayoritas perusaan saat ini sedang membekukan aktifitasnya sementara pak, mereka menutup semua akses proposal investasi”. Jelas Deas
“Perusahaan kita akan tetep berjalan pak, tapi hanya dengan jalan memangkas karyawan 85 persen dari jumlah total karyawan kita” imbunya lagi kepada pak Danu.
“Ooh…jangan, itu tidak boleh terjadi, nanti saya coba untuk mencari cara keluar dari masalah ini”. Ucap pak Danu.
Deas pun segera mohon diri dan keluar dari ruangan pak Danu.
“Hallo selamat siang, bisa bicara dengan direktur anda?” Tanya pak Danu dalam telfonnya.
“Iya pak akan segera saya sambungkan” jawab seseorang diseberang sana.
“ Iya hallo saya direktur dari bank Amanah ada yang bisa dibantu pak?” tanyanya kemudian.
“Saya berniat akan mengajukan pinjaman senilai 40 M pak, saya punya aset perusahaan, rumah, dan beberapa kendaraan pribadi. Kalu dimungkinkan nanti saya akan ke kantor dan melengkapi dokumen yang diperlukan”. Jelas pak Danu kepada seseorang didalam telfon.
“Silahkan datang ke kantor pak, nanti secepatnya akan ada survei jika dokumennya memenuhi syarat”. Ucap orang tersebut.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 38 Episodes
Comments