Keputusan Yang Berat

BAB. 2

Tiba disekolah Anis terlihat sangat lesu. Tidak seperti biasanya, sampai sekolah biasanya langsung ngobrol dengan teman-temannya. Reni, Meli dan Ria sahabat Anis, merasakan ada yang berubah dengan sahabatnya itu. Saat istirahat biasanya Anis mengajak makan bakso sambil ngobrol sama sahabatnya, tapi kali ini dia malah enggan untuk melangkahkan kakinya keluar kelas. Dia menyangga pipi dengan tangan kirinya sambil menatap keluar kelas.

“Kamu kenapa nis?”, lagi bisulan ya?”,Tanya reni tiba-tiba nyeruduk samping Anis. Meli dan Ria yang berada di depan mereka pun memutar bola mata mendengar pertanyaan Reni.

“Heh Ren, Anis ini lagi sedih, bukan lagi bisulan. Iya kan nis?”, Tanya meli.

“Kamu kenapa nis?, tumben jadi kalem gini”, Kini giliran Ria bertanya.

“Emmm…maaf flen aku kira Anis lagi bisulan”, ucap Reni sambil nyengir.

“Aku dipaksa nikah sama bapak”, jawab Anis dengan mata yang mulai berkaca-kaca.

“Wah enak dong gak jomblo lagi nis, malah ada yang nemenin bobok”, celetuk Reni.

“Husst, kamu ini ya, gak bisa banget peka. Lihat tu Anis lagi sedih beneran”, ucap Ria sambil mata melotot kea rah Reni.

“Iye…iye… mangap….eh maaf maksudnya. Ok aku diem deh, peace….”, jawab Reni dengan mengacungkap dua jari, jari telunjuk dan jari tengah kea rah sahabatnya.

“Kenapa kok bisa tiba-tiba dinikahkan nis?, kamu ketahuan jalan jalan sama cowok?”, Tanya Meli penasaran, karna ketiga sahabatnya tahu kalau bapaknya Anis melarang untuk berhubungan dekat dengan laki-laki.

“Enggak, aku gak tahu kenapa bapak tiba-tiba mau menikahkan aku. Bahkan aku belum tau sama sekali siapa calon suamiku, wajah, usia, tinggal dan pekerjaannya. Yang aku tau 2 hari lagi aku akan menikah di rumah sakit Mutiara Cinta”. Jelas Anis kepada sahabatnya.

Ketiga sahabatnya pun memeluk Anis secara bersamaan, berusaha menenangkan Anis.

“Sabar ya Nis, mungkin bapak kamu punya alas an yang kuat kenapa sampai mengambil keputusan itu”, ucap Ria menenangkan Anis.

“Yups, betul. Positive Thinking aja nis. Kita selalu ada untukmu”. Ucap Reni yang tiba-tiba lurus kata-katanya.

“Yuk ke kantin, lapar banget nih, aku udah dari kemarin gak makan bakso, kuah ama mienya, eh di tambah kecap dan sambal juga”,celetuk Reni yang mulai oleng.

“Eh kamu itu ngajak makan atau pelayan toko sih?’, ucap Meli yang mulai kesal lagi.

Reni pun kembali nyengir dengan air ludah yang mulai berjatuhan tanpa disadari.

Sesampainya di kantin, seperti biasa mereka berempat memesan bakso dan es the makanan favorit mereka. Sambil menunggu pesanan datang, tiba-tiba Heri menghampiri mereka dan duduk di samping Anis.

“Hai nis, kamu kenapa?, matamu sembab”, Tanya heri melihat Anis tak seceria seperti biasanya.

“Enggak apa-apa her. Kamu sudah makan?”, Tanya Anis mengalihkan pembicaraan.

“Sudah, dari tadi aku nungguin kamu. Kamu kenapa?”, Tanya heri penasaran.

“m m m.. aku..aku Cuma gak enak badan sedikit her”, jawab Anis berbohong. Dia tidak mau mengatakan yang sebenarnya kepada heri. Dia tahu Heri dari dulu menyukainya. Bahkan beberapa kali pernah menembaknya, tapi Anis selalu menolak karna bapaknya melarang untuk pacaran.

“Kenapa kamu masih masuk sekolah kalau sakit nis?, ayo ke UKS!”, ajak Heri sambil menarik tangan Anis.

“Enggak usah her!, aku nggak apa-apa kok”,tolak Anis sambil melepaskan tangannya dari tarikan tangan Heri.

“Sama aku aja ke UKS nya her!, aku lagi kepedasan nih butuh istirahat di UKS!”,celetuk Reni.

“Hehh sawi kepang, kalo kepedasan ntu obatnya minum bukan istirahat ke UKS!”, ucap Ria dengan wajah kesalnya.

“huuh, aku kan Cuma pengen berduaan aja sama Heri!”, kara Reni dengan memonyongkan bibirnya.

“Ya udah aku ke kelas dulu. Kalau ada apa-apa kasih tau aku ya!”, ucap Heri memecah suasana antara Reni dan Ria. Anis pun mengangguk dan tersenyum.

...****************...

Setelah bertemu klien, siang itu Reza menjenguk papanya yang masih berada di rumah sakit. Setiap wanita yang berpapasan dengan nya pasti langsung jatuh cinta dengan ketampanannya dan kegagahan tubuh Reza. Reza ke rumah sakit masih menggunakan kemeja maroon dengan setelan jas hitam dan dasi. Setelah sampai di ruangan papanya, Reza segera duduk di samping papanya.

“Bagaimana keadaan papa?”, Tanya Reza dengan lembut dan menggenggam tangan papanya dengan kedua tangannya.

“Semakin lemah. Dada papa samakin sakit, Papa rasanya sudah tidak kuat lagi za. Oh iya, kamu tau sahabat papa yang bernama pak Budi kan?”, Tanya Pak Herdi kepada Reza.

“iya, kenapa pa?”, Tanya Reza.

“Papa berniat menjodohkan kamu dengan anak pak Budi. Za, papa ingin sekali menjalin hubungan dengan beliau sebelum papa pergi untuk selamanya”, ucap pak Herdi pada Reza.

“Pa… papa tau sendirikan Reza sudah ada Libia, Reza gak bisa pa…”, tolak Reza dengan lembut.

“Iya papa tau, tapi papa sudah meminta pak Budi untuk menikahkan anaknya dengan kamu besok lusa za”, jawab pak Herdi.

“Nggak bisa pa..Nggak segampang itu!.. pernikahan itu butuh waktu, tidak bisa hitungan hari”, balas Reza.

“Lusa, kamu hanya perlu menikah di depan penghulu za. Surat menyuratnya bisa kamu urus setelahnya. Ayolah Za, kabulkan permohonan papa untuk yang terakhir”, ucap pak Herdi memohon.

“Reza akan memikirkannya lagi pa. Reza harus kembali ke kantor sekarang. Beristirahatlah, semoga lekas sembuh pa”, pamit Reza lalu mencium punggung tangan papa nya.

Setelah Reza keluar dari kamar rawat papanya. Pak Herdi pun segera menelpon Pak Budi untuk menanyakan bagaimana kelanjutan dari pernikahan anak-anak mereka.

“Bagaimana Pak?, Apa Pak Budi sudah membicarakan kepada istri dan anak bapak, mengenai rencana kita untuk menjodohkan anak-anak?”, tanya Pak Herdi.

“Tentu saja sudah pak. Semuanya sudah saya bicarakan baik pada istrimaupun anak saya. Tinggal kita panggil penghulu. Lusa saya akan mengajak anak dan istri saya kerumah sakit”, Jawab Pak Budi dengan percaya diri.

“Terimakasih pak. Saya sangat bahagia mendengarnya”, balas pak Herdi dengan perasaan lega.

“Tidak usah berterimakasih pak. Pak Herdi sudah banyak membantu keluarga kami, dan kami sangat bersyukur bisa menjadi bagian dari keluarga Pak Herdi. Jangan banyak pikiran lagi banyak. Pak Herdi harus fokus untuk kesembuhan bapak”, ucap pak Budi.

Setelah menyelesaikan percakapannya dan menutup sambungan telepon dari pak Herdi, pak Budi pun menghubungi pihak sekolah nya Anis, untuk meminta izin Anis tiga hari kedepan karena ada urusan keluarga.

Tanpa curiga, pihak sekolah pun mengizinkan.

...****************...

Di perusahaan, Reza tidak bisa konsentrasi dengan pekerjaannya. Ia memikirkan permintaan papnya yang kini sedang sakit parah dirumah sakit. Disisi lain Reza juga memikirkan Libia, seorang model yang sudah menjadi kekasih Reza selama dua tahun terakhir.

“Apa yang harus aku lakukan?. Bagaimana caraku menolak permintan papa. Sedangkan papa saat ini lagi sakit parah. Akupun bahkan tidak tahu sama sekali dengan anak pak Budi seperti apa dan berapa usianya?”, gumam Reza didalam ruangannya.

Dikantor Reza terus mencari cara agar bisa keluar dari perjodohan yang diminta papanya.satu sisi dia tidak maumembuat papanya stres karena menginginkan dia menikah dengan anak sahabtanya. Tapi disisi lain dia sanghat mencintai Libia, pacarnya. Akhirnya Rezapun menelfon Libia.

“Halo sayang kamu dimana?” tanya Reza dari telpon.

“Aku lagi istirahat sayang habis pemotretan”jawab libia.

“Bisa kita ketemuan sekarang? Ada yang ingin aku bicarakan. Penting!!”. Ucap Reza

“Tentang apa sayang? Koq tumben banget?” tanya Libia lagi. Ya suda kita ketemuan di taman life garden aja ya. Imbuhnya lagi.

“Ok aku berangkat sekarang”kata Reza. Kemudian Reza pun keluar dari ruangan dan memasuki mobil menuju taman life garden seperti yang sudah mereka janjikan. Reza mengendari mobilnya dengan kecepatan sedang. Dag..dig..dug detak jantungnya semakin tidak karuan karna akan menceritakan kenyataan yang diminta oleh papanya kedapa Libia.

Sesampainya di taman, Reza pun memarkirkan mobilnya di parkiran. Dia segera menghampiri Libia di sebuah gazebo yang terletak dekat dengan danau. Suasana di taman saat itu masih sepi, karna memang hari itu bukan hari libur.

Tidak jauh dari tempat Reza berjalan terlihat seorang wanita cantik dengan dres biru laut, bertubuh tinggi, dengan rambutnya yang diurai membuatnya semakin cantik. Iya, dia adalah Libia.

“Hei sayang, sudah lama menunggu ?” tanya Reza sembari mengecup kening Libia.

“Lumayan sayang”. Jawab Libia dengan senyum manisnya.

“Kamu cantik banget pake dres ini”. Puji Reza kepada Libia yang memang saat itu terlihat sangat cantik.

“Iya dong aku kan dari dulu sudah cantik, kamu baru lihat hari ini kalu aku cantik ya?” gerutu Libia karna merasa perkataan Reza tidak pas dihatinya.

“Nggak dong, kamu memang selalu cantik, tapi hari ini kamu sangat terlihat istimewa “.Puji reza. Reza memang berusaha membuat hati Libia senang sebelum dia menceritakan tentang semua kebenaran.

“Kita jalan-jalan sebentar yok, sudah lama kita gak jalan-jalan sayang”. Pinta Reza kepada Libia.

“kemana? Aku nanti sore ada jadwal prepare untuk pemotretan dilombok lusa”, jelas Libia

“Kita ke mall yuk, kamu udah lama kan gak beli tas”? Ajak Reza

“Hah…! Beneran serius sayang ?” tanya Libia kaget dengan sikap kekasihnya tiba-tiba. Padahal biasanya kalau Libia minta ini itu Reza selalu bilang nanti, tujuannya agar Libia bisa mengerem hobinya yang mengoleksi barang-barang mewah. Tapi kali ini malah Reza sendiri dengan suka rela menawarkannya. Tentu saja dengan senang hati di iyakan Libia.

“ Iya serius lah sayang, emang aku kelihatan lagi bercanda atau jahilin kamu?” tanya Reza dengan wajah gemas menatap Libia sembari mencubit lembut kedua pipi Libia yang mulus.

Mereka pun berjalan sambil berpelukan menuju mobil Reza. Karena sepakat meninggalkan mobil Libia diparkiran.

Maafin aku, aku sayang banget sama kamu, aku sangat mencintaimu, maafin aku kalau aku harus menyakitimu nantinya. Tapi aku janji akan selalu berusaha membuatmu bahagia. Batin Reza tidak tega sambil berjalan memeluk Libia.

Sesampainya di mall, Libia terlihat sangat bahagia, dia selalu memegang erat lengan Reza seolah tidak mau melepaskannya. Mereka pun memasuki toko Tas mewah dan mulai memilihnya.

“Sayang aku boleh milih tas manapun?” tanya Libia kepada Reza.

“Boleh sayangku, pilihlah manapun yang kamu suka”. Jawab Reza sambil mengacak rambut Libia.

Libia pun memilih tas merk “LV” dengan warna merah.

“Yang ini sayang”. Ucap Libia

Reza pun langsung membayari tas yang sudah dipilih Libia. Selesai membeli tas, mereka pun makan disalah satu cafe yang terdapat di Mall tersebut.

“sayang tadi katanya kamu mau ketemu karna ada yang ingin kamu bicarakan? Ada apa emangnya?” tanya Libia saat mereka selesai makan.

“Iya…sayang kamu tahu kan aku sangat mencintaimu, bahkan aku berniat akan melamarmu dalam waktu dekat ini, tapi papaku belum juga menadapatkan pendonor jantung. Bahkan akhir-akhir ini badannya mulai melemah, dadanya pun sering sakit. Aku sudah berusaha menghubungi berbagai rumah sakit, bahkan sampai ke singapure dan taiwan untuk mencari pendonor jantung. Tapi sampai saat ini belum menemukannya”. Jelas Reza kepada Libia

“Terus masalahnya apa?” tanya Libia penasaran.

“Papa sangat menginginkan aku menikah beberapa hari lagi”. Jawab Reza dengan wajah menunduk

“Sudah kita turuti kemauan papa kamu sayang, kita bisa menikah secepatnya kalau memang itu mau papa mu”.Jawab Libia mengira dialah calon yang dimaksud papanya Reza , pak Herdi.

“Sayang maafkan aku, aku sangat mencintaimu”. Ucap Reza sambil menggenggam erat kedua tangan Libia dengan mata yang berkaca-kaca.

“Iya aku tahu, aku juga sangat mencintaimu sayang, kenapa kamu menangis? Ada apa sebenarnya ini?” tanya Libia bingung.

Reza pun terdiam sesat, karna merasa tidak tega untuk mengatakan yang sebenarnya kepada Libia.

“Ada apa sayaang, gak biasanya kamu seperti itu?” tanya Libia lagi.

“Papa berniat menikahkan aku dengan anak sahabatnya dalam waktu dua hari lagi”. Jawab Reza frustasi seraya mengusap rambut dengan kedua tangannya.

“Udahlah sayang jangan ngeprank aku kayak gini, gak lucu tahu”. Ucap Libia tertawa dan menganggap perkataan Reza sebatas sikap jahilnya yang sering dia lakukan selama ini dengan Libia.

“Apa aku terlihat tidak serius?” tanya reza

“Udah ah sayang aku gak mau hubungan kita dipake untuk bercandaan kayak gitu”. Kata Libia kemudian.

“Aku serius sayang, aku mau dinikahkan papa, aku sudah bilang kalu aku sudah punya kamu dan gak mungkin bisa menikah dengan wanita lain, apalagi wanita itu benar-benar tidak aku kenal bahkan belum pernah melihat sama sekali”. Jelas Reza panjang lebar meyakinkan Libia kalau perkataannya tidaklah main-main.

Seketika itu mata Libia pun berkata-kaca, dia tak mampu lagi berkata-kata karena masih tidak mempercayai apa yang dikatakan Reza.

“Apa kamu mau meninggalkan aku sendirian sayang?. Apa hubungan kita akan berakhir kalau kamu menikah dengan wanita lain? Terus aku gimana sayang?”, tanya Libia tak kuasa membendung air matanya lagi.

“Sayang aku mohon maafin aku, aku tidak berniat menyakitimu, aku mengatakan kebenaran ini agar kita bisa mencari jalan keluar sama-sama”. Jelas Reza kepada Libia seraya mengenggam erat kedua tangan Libia berusaha menenangkan.

“Apa lagi yang harus dicari jalan keluarnya? Gak ada jalan keluar, papamu sedang sakit jatung. Itu hal yang mustahi kalu kamu mengelak pernikahan itu. Dan aku? Aku akan sendirian disini melihat kamu bahagia dengan wanita pilihan papamu”. Ucap Libia dengan suara bergetar menahan sakit hatinya.

“Apa kamu kira aku bahagia dengan permintaan papaku? Apa kamu kira aku akan secepat itu melupakanmu? Tidak semudah itu sayang, bahkan saat ini kamulah semangat aku”. Ucap Reza menekankan perkataannya mencoba memberi pengertian kepada Libia.

“Tolong jangan tinggalkan aku sayang..” pinta Libia kepada Reza memohon.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!