Ijab Qabul Di Rumah Sakit

BAB. 3

Di kediaman Pak Budi, Anis nampak sedang duduk di ranjang, sambil memeluk guling kesayangannya. Dia menghembuskan nafas kasar. Sesekali mengusap wajah dengan dengan kedua tangannya. Dia berpikir keras bagaimana cara untuk keluar dari pernikaha yang diminta oleh bapaknya. Dia pun keluar kamardan mencari ibunyadi dapur.

“Bu…lagi sibuk ya?” tanya Anis sambil duduk di kursi makan.

“Nggak juga nak, ibu hanya membereskan sisa sarapan tadi”.jawab bu Rusmi.

“Ada apa nak?” bu Rusmi balik bertanya kepada Anis.

“Bu…ibu tahukan sejak kecil aku selalu balajar keras agar aku mendapat peringkat satu terus. Aku berpikir jika aku bisa memperoleh peringkat satu maka aku akan mudah untuk meneruskan pendidikanku ke jenjang yang lebih tinggi. Dan terbukti aku memasuki SMP dan SMA unggulan di kota ini.

Masuk SMA aku masih berusaha keras untuk terus belajar, agar nantinya aku bisa mendapat beasiswa di universitas idamanku yaitu “UI”.

Bu…aku ingin mengangkat derajat bapak dan ibu melalui pendidikan dan karirku nanti. Aku belum mau menikah sekarang bu”. Jelas Anis panjang lebar mencoba memberi pengertian kepada ibunya.

Ibunya pun segera menghentikan pekerjaannya sejenak dan menarik kursi didekat putrinya.

“Ibu mengerti apa yang ada dipikiranmu saat ini nak,,,ibu juga tahu bagaimana semangatnya kamu untuk belajar dan selalu nurut apamkata orang tua.

Tapi ibu tidak bisa menentang kehendak bapakmu nak, ibu tak berdaya dengan keputusan itu.

Kita sama-sama paham bagaimana kerasnya bapak”. Ucap bu Rusmi kepada anaknya sambil membelai rambut lurus putrinya yang terurai panjang.

“Bu…apakah peringkat satuku selama ini hanya akan berhenti ditengah jalan dengan aku menikah sekarang? Beratri semua sia-sia yang aku lakukan selama ini bu, belajar keras, menuruti bapak untuk tidak pacaran bahkan untuk tidak dekat dengan laki-laki yang bukan muhrim karna berharap aku akan membanggakan ibu dan bapak dengan kesuksesan ku kelak”. Jelas Anis kepada ibunya lagi yang tanpa disadari airmatanya mulai menetes.

“Apa kamu sangat ingin membuat ibu dan bapak bangga dan bahagia karena mu nak?” tanya buk Rusmi kemudian.

Anis pun menganggukkan kepala tanda mengiyakan perkataan ibunya.

“Kalu begitu ibu minta maaf nak…tolong nurutlah kepada bapakmu untuk yang sekian kalinya. Ibu tidak bisa menjanjikan kehidupanmu nak, tapi bapakmu? Dia adalah kepala keluarga yang harus kita turuti perintah dan kemauannya. Seberapapun kerasnya bapakmu kepada kamu, setegas apapun orang tua kepada anaknya, yang pasti itu untuk kebaikan anaknya sayang. InsyaAllah keputusan ini yang terbaik”. Jelas buk Rusmii kepada anaknya.

“ Banggakah ibu sama bapak selama ini memiliki aku bu?” tanya Anis

“Tentu saja kami sangat bangga kepadamu nak, kamu anak yang cerdas, penurut, dan juga periang. Ayok hapus air matamu sayang, ibu tidak mau melihatmu menangis terus-terusan karna keputusan bapakmu. Yakinlah semua ini baik”. Ucap bu Rusmi mengakhiri perkataannya dan pergi meninggalkan Anis yang masih duduk dikursi makan.

Bu Rusmi berjalan meninggalkan dapur dan menuju ke ruang tamu untuk menemui suaminya, pak Budi.

“Pak kenapa kopinya belum diminum?” tanya bu Rusmi kepada suaminya yang terlihat sibuk membaca koran harian.

“ Iya nanti bu, masih panas”. Jawabnya singkat

“Pak, ibu mau ngomong lho sama bapak”. Ucap bu Rusmi

“Mau ngomong apa bu?” tanya pak Budi seraya menutup koran dan meletakkan di bawah meja tamu.

“Pak, apa benar-benar tidak bisa dicarikan solusi lagi mengenai pernikahan Anis, ibu kasian pak sama putri kita. Semangat belajarnya bisa pupus lho pak kalau kita menikahkan secepat ini. Apa lagi dia belum pernah ketemu dengan anaknya pak Herdi”. Jawab bu Rusmi

“Bu..bapak sebenarnya juga gak mau menikahkan putri kita secepat ini, bapak tahu Anis sangat ingit kuliah dan mencapai keinginannaya. Tapi bapak tidak bisa menolak permintaan pak Herdi. Mereka sudah terlalu banayk membantu kita bu. Bapak juga paham betul bagaimana kebaikan keluarga mereka. Bapak yakin anaknya pun sama baiknya dengan pak Herdi”.ucap pak Budi berusaha meyakinkan istrinya akan keputusan yang diambil untuk menikahkan putrinya.

Bu rusmi pun akhirnya tidak bisa berkata-kata lagi, karena semua yang dikatakan suaminya memang benar adanya.

• * *

Di ruangan rawat inap pak Herdi tepatnya di rumah sakit Mutiara Cinta, sudah hadir keluarga Herdiawan dan perias yang sudah siap untuk merisai sang pengantin. Rezi anak kedua pak Herdi tidak nampak di ruangan tersebut, karna dia sedang ada pertemuan kerjasama perusahan di Australia.

Beberapa saat kemudian terdengar ketokan pintu.

“tok..tok..”. Pak budi, bu Rusmi, dan Anis pun memasuki ruangan.Terlihat senyum bahagia di raut wajah pak Herdi dan bu Lida. Anis pun mencium punggung tangan Pak Herdi dan bu Lida yang sebentar lagi akan menjadi mertuanya.

“Bagaimana kabar pak Herdi sekarang?” tanya pak Budi kepada pak Herdi

“Seperti yang pak Budi lihat saat ini pak, saya merasa senang karna sebentar lagi kita akan besanan, itu artinya kita benar-benar akan menjadi keluarga”.Ucap pak Herdi lemah tapi masih terpancar senyum diwajahnya.

“Kamu cantik sekali nak..” Puji Bu Lida kepada Anis.

“Terimakasih bude.”jawab Anis disertai senyum yang memaksa. Karna hatinya saat ini sedang galau.

Ternyata gini amat rasanya mau nikah muda ya…biasanya hanya bisa menonton dan membaca novel-novel tentang kisah seperti ini, tapi ternyata malah terjadi benaran sama aku. Gerutu Anis dalam hati mencoba tetap tegar dengan berbagai caranya.

“Jangan panggil bude dong, kan sebentar lagi kamu mau jadi menantu mama, panggil mama aja ya”. Pinta Bu Lida kepada Anis.

Anis menganggukkan kepala sambil tersenyum kepada bu Lida.

“Ayo buruan ke meja rias nak, biar bisa langsung di rias”. Pinta bu Lida kepada Anis sambil mengantar ke ruang rias.

Anis langsung melangkahkan kaki ke ruang rias. Dia terbelalak melihat susuatu di sudut ruangan. Ternyata bu Lida sudah menyiapkan beberapa kebaya untuk Anis.

“Ini kebaya sengaja mama beli untuk akad nikah kalian nanti nak, kamu bebas memilih mau mengenakan yang mana”. Ucap bu Lida kepada Anis sambil mengelus rambutnya penuh sayang, karna memang keluarga pak Herdi tidak memiliki anak perempuan.

“Terimakasih ma”. Ucap Anis kepada calon mertuanya tersebut dengan senyum.

.

“Jangan bilang terimakasih nak, sudah kewajiban mama menyiapkan semua ini”.Kata bu Lida. “mama tinggal dulu ya”. Lanjutnya lagi

“Iya ma”. Balas Anis

Anis pun segera duduk di depan cermin untuk di rias. Tangannya meremas kemeja yang dia pakai, hatinya tak menentu.

Harusnya hari ini aku masih ada disekolah dengan teman-temanku, mengobrol, tertawa, ke perpustakaan bareng. Batin Anis dalam hati.

Matanya pun mulai berkaca-kaca, dengan cepat Anis mendongakkan wajahnya keatas menahan air matanya agar tidak jatuh membasahi pipinya yang lagi di rias oleh seorang perias.

“Dik jangan menangis ya nanti make-up nya luntur”. Kata perias tersebut.

“Iya mbak maaf”. Ucap anis kepada periasnya.

“Adik umur berapa sekarang?” tanyanya ke pada Anis untuk mengalihkan lamunan Anis agar tidak menangis lagi.

“18 tahun mbk, saya masih SMA”. Jawab Anis

“Maaf sebelumnya, adik dijodohkan sama orang tua ya?” tanya perias itu lagi sembari memoles wajah Anis dengan alat rias.

“Iya mbk, bapak menjodoh kan saya dengan anak pak Herdi”. Jawab Anis dengan nada lirih.

“Ooh..begitu”. Ucap perias tersebut sembari mengangguk mengerti alasan gadis kecil yang sedang diriasnya tadi berkaca-kaca menahan untuk tidak menangis.

Tidak apa-apa dik, keluarga pak Herdi dan bu Lida di kenal keluarga yang baik, insyaAllah adik bahagia dengan keluarga mereka”. Lanjut perias itu berusaha menenangkan Anis.

Selesai di make-up Anis pun mengambil kebaya sembarangan yang sudah disiapkan Bu Lida. Dia tidak mood untuk memilih kebaya yang yang akan digunakan untuk akan nikah yang sama sekali tidak dia kehendaki. Dia mengambil kebaya warna hijau dan memakainya.

Selesai ganti pakaian Anis keluar dan duduk diantara orang tuanya. Dia terlihat sangat cantik. Semua mata di ruangan tersebut menatapnya takjub. Karena memang selama ini Anis bukanlah tipe seorang gadis yang pandai berias dan menggunakan alat make-up. Dia selalu tampil natural hanya dengan bedak my baby di pipinya yang memang sudah putih.

“Kamu sangat cantik nak, cocok sekali dengan kebaya ini”. Puji bu Lida kebada Anis.

“Terimakasih ma’. Jawab Anis tersenyum.

...****************...

Dikantor Reza baru saja menyelesaikan meeting bersama para kliennya, dan tidak lama kemudian Libia datang.

“Sayang apa beneran kamu akan menikah hari ini”? Tanya libia pada Reza.

“Ntahlah sayang, aku tidak mau membicarakan itu”. Jawab Reza malas

“Kring….Kring….Kring…”

Ponsel Reza berdering, di layar ponselnya tertuliskan nama “Mama”.

“Assalamu’alaikum, Iya hallo ma.” Ucap Reza.

“Wa’alaikumsalam, kamu dimana sekarang? Semua orang sudah menunggu lama disini”. Ungkap Bu Lida kepada anaknya.

“Ma tolong ma…Reza sangat mencintai Libia. Sekalipun Reza menikahi anak pak Budi hati Reza tidak bisa begitu saja lepas dari Libia. Reza akan menyakiti dua wanita sekaligus. Tolong mengerti ma”. Mohon Reza kepada mamanya.

“Cinta kalian nanti akan tumbuh seiring berjalannya waktu, dan dengan Libia? Mama tahu dia gadis yang baik walaupun stilenya tinggi, tapi lebih baik Anis putri pak Budi”. Jawab bu Lida.

“Kamu kesini sekarang, ini permintaan papamu yang saat ini lagi lemah dirumah sakit, kalau dalam waktu 30 menit kamu tidak juga sampai sini, mama dan papa tidak akan mengganggapmu lagi sebagai anak” ucap bu Lida mengancam anaknya.

Reza pun memutus telfonnya. Dan berkata kepada Libia yang sedari tadi mendengar percakapannya dengan bu Lida di telfon.

“Sayang tolong dengarkan aku, aku sangat mencintaimu aku gak mau semua ini terjadi sayang. Aku janji akan menyelesaikan permasalahan ini dan menikah dengan mu”. Ucap Reza sambil menatap wajah Libia yang sudah mulai basah.

“Jangan terlalu banyak menjanjikan aku sayang, ini sudah cukup sangat membuatku terluka”. Ucap Libia dengan suara gemetar.

“Tolong jangan membenciku sayang, aku tak mau ini semua terjadi pada hubungan kita”. Ucap Reza sambil memeluk Libia.

“Tentu saja aku tidak membencimu, aku bahkan masih sangat mencintaimu saat ini. Aku akan menunggumu kembali padaku sayang”. Ucap Libia membalas pelukan Reza dengan erat.

Keduanya sepakat akan tetap menjalin hubungan walaupun Reza sudah menikah.

“Aku pergi dulu ya sayang”. Kata Reza sampil mengecup kening Libia.

“Aku mau ikut”. Ucap Libia.

“Jangan !! Itu akan semakin menyakitimu nantinya. Aku tidak mau terlalu banyak menyakitimu”. Ucap Reza sambil mengusap airmata Libia di pipinya.

“Biarkan aku ikut dan menyaksikan pernikahan kalian, ini permintaanku sebelum kamu menikahi orang lain sayang. Aku ingin kamu melihat betapa sakitnya aku saat kamu mengikrarkan ijab qobul nanti”, jawab Libia

Aku ingin kamu mengingatku terus dan secepatnya bisa menyelesaiakan permasalahan ini’. Lanjut Libia.

Akhirnya Reza pun pasrah dengan argumen Libia. Mereka memasuki mobil dan melaju menuju rumah sakit Mutiara cinta. Sesampainya di ruangan pak Herdi, semua orang sudah menunggu termasuk penghulunya.

“Kenapa kamu mengajak Libia kesini?’ tanya bu Lida kepada anaknya dengan kesal.

“Biarkan aku melihat Reza untuk yang terakhirkalinya sebelum dia menikah tante”. Ucap Libia kepada bu Lida.

“Ok tidak masalah, tapi kamu harus berjanji untuk tidak bikin rusuh disini’. Tegas bu Lida kepada Libia.

Libia hanya mengangguk menjawab perkataan bu Lida. Sedangkan Reza hanya pasrah dengan semua yang dikatakan mamanya.

Tak jauh dari situ ternyata Anis memperhatikan Reza dan Libia saat memasuki ruangan berdua. Dia sudah yakin jika perempuan yang berbicara dengan bu Lida adalah kekasih lelaki itu yang tak lain adalah anak pak Herdi.

Semuanya pun kembali duduk. Reza duduk di depan penghulu. Sedangkan Libia terliahat duduk di barisan paling belakang dan memperhatikan Reza dengan sangat tajam. Hatinya perih bak disiris pisau. Matanya berkaca-kaca.

“Apakah sudah siap”? Tanya pak penghulu kepada Reza.

Reza hanya mengangguk tanpa bersuara.

Lalu penghulu mengucapkan akad nikah yang dijawab oleh Reza.

“SAH” jawab semua orang yang ada di ruangan itu. Mata Libia pun tak mampu membendung air matanya dan bergetar. Dia kemudian keluar meninggalkan orang-orang yang ada di dalam ruangan itu. Libia berlari keluar rumah sakit dengan air mata terus mengalir. Saat dia memasuki sebuah lift dia menabrak seseorang.

“Bruuuuuk,, aaww”. Teriak Libia tiba-tiba.

“Eh sorry, sorry aku gak sengaja’. Ucap lelaki itu Sambil melihat ke kearah Libia yang masih menangis.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!