NIKAHKU ATAS TEKANAN

NIKAHKU ATAS TEKANAN

Permintaan Sang Ayah

BAB. 1

Di sebuah ruangan President Suit rumah sakit Mutiara Cinta, terbaring seorang laki-laki yang berusia sekitar 60 Tahun bernama Herdi. Dia menderita penyakit jantung 1 tahun terakhir. Selama dua minggu belakangan ini Pak Herdi di rawat di rumah sakit secara intensif.

Semakin hari sakitnya semakin parah. Tubuhnya pun mulai melemah, suara yang keluar dari bibirnya semakin pelan factor penyakit yang di deritanya. Dokter menyarankan untuk melakukan pencangkokan jantung sebagai satu-satunya jalan. Tapi sampai saat ini pun pihak rumah sakit maupun keluarga pak herdi belum menemukannya, karna mencari pendonor jantung memanglah tidak mudah.

Pak herdi mempunyai dua orang anak laki-laki. Pertama berusia 30 tahun bernama reza dan satunya lagi berusia 22 tahun bernama rezi. Pak herdi memiliki sahabat dekat sejak dari SMA. Kedekatan mereka melebihi keluarga sendiri. Sahabat pak Herdi bernama Pak Budi.

Pak Herdi dan Pak Budi merupakan dua sahabat karip yang mempunyai perbedaan sangat jauh dalam hal ekonomi. Namun itu tidaklah menjadi penghalang atas kedekatan mereka. Setiap ada masalah mereka akan saling bercerita tanpa sungkan dan saling membantu, bahkan jika ada urusan pekerjaan di luar kota, Pak Herdi lebih sering menginap dirumah Pak Budi ketimbang menyewa kamar di hotel. Tujuannya bukan karna mencari murah, tentu saja karna kedekatan mereka.

Oh iya, Pak Herdi ini adalah seorang pensiunan tentara namun juga mempunyai banyak perusahaan yang cabangnya sudah menyebar di berbagai kota bahkan sampai beberapa Provinsi di Indonesia. Sedangkan Pak Budi adalah seorang pedagang plastic kecil-kecilan di pasar.

...****************...

Karena beberapa hari ini banyaknya pesanan alat-alat plastic rumah tangga oleh konsumen, sedangkan Pak Budi tidak mempunyai asisten. Tentu saja pekerjaan ini sangat membuatnya sibuk, sehingga belum sempat untuk mebesuk sahabatnya, Pak Herdi. Dan hari ini Pak Budi berencana untuk membesuk Pak Herdi di rumah sakit. Perjalanan Pak Budi dari rumah nya ke rumah sakit sekitar 5 Jam.

Sesampainya di rumah sakit, Pak Herdi begitu sangat bahagia melihat kedatangan sahbatnya itu. Mereka berbincang-bincang seakan pak Herdi lupa dengan sakitnya. Istri Pak Herdi pun berbincang-bincang diliuar kamar.

Walaupun mereka bersahabat sejak SMA, namun mereka tetap bertegur sapa dengan menambahkan kata “pak” pada awal namanya. Itu bertujuan agar anak-anak merekakelak bias saling menghormati keluarga mereka tanpa memandang status social mereka.

“maaf ya pak, saya baru bisa menyempatkan untuk menjenguk bapak hari ini”, ucap pak budi pada pak herdi meminta maaf.

“tidak apa-apa pak budi, saya senang sekali dan berterimakasih karna sudah menjenguk saya”, balas pak herdi di sertai senyuman.

“bagaimana keadaan bapak?”, Tanya pak budi prihatin.

“rasanya, tubuh saya semakin lemah dan juga dada saya terasa sangat nyeri”, jawab pak herdi dengan memalingkan wajahnya untuk menutupi kesedihan.

“Bapak harus kuat ya pak. Harus semangat untuk melawan penyakit itu”, kata pak budi memberi semangat.

“Pak Budi, bagaimana kabar anak bapak?”, Tanya pak herdi yang tiba-tiba menanyakan putrinya.

“Putri saya, Alhamdulillah sekarang sudah kelas 3 SMA pak. Sebentar llagi lulus dan Insya Allah akan melanjutkan kuliah”, jawab pak budi.

“Syukurlah kalau begitu pak”, ucap pak herdi.

“Pak Budi…. Hubungan kita sudah sangat dekat. Bahkan sudah seperti keluarga sendiri. Saya tidak pernah bertemu dengan teman, orang ataupun saudara sebaik bapak. Apalagi persahabatan kita juga sudah sangat lama. Kita sudah sangat mengenal sikap kita satu sama lain…. Kalau seandainya saya tidak tertolong, hubungan kita hanya tinggal cerita”, ujar pak herdi panjang lebar.

“Pak Herdi pasti sembuh, jangan bicara yang aneh-aneh pak”, kata pak budi.

“Saya berharap kita bisa menjadi keluarga yang sesungguhnya. Sebelum saya pergi, saya ingin menikahkan anak pertama saya Reza dengan putri pak Budi”, kata pak herdi tiba-tiba.

“Tapi putri saya masih SMA dan dia masih mau melanjutkan pendidikannya untuk kuliah pak”, balas pak Budi.

“Saya mohon pak, saya ingin menjalin hubungan keluarga dengan pak Budi sebelum saya pergi untuk selama-lamanya. Saya tidak bisa tenang meninggalkan reza yang sampai sekarang masih belum menikah. Saya takut kelak dia akan salah memilih istri untuk masa depanny. Pernikahan akan dilaksanakan 3 hari lagi di kamar ini”, ujar pak Herdi memohon.

“Iya pak,akan saya bicarakan dengan istri dan anak saya dulu. Semoga mereka mau menyetujuinya”, balas pak budi mengiyakan permintaan pak herdi.

...****************...

Sesampainya dirumah, hari sudah malam. Pak Budi mendiskusikan perbincangannya dengan pak herdi tadi kepada istrinya……….. Tentu saja istrinya menolak. Anak semata wayangnya masih sekolah, masa depannya masih panjang. Tidak mungkin dia membiarkan anaknya untuk menikah muda.

“Bu, pak Herdi sudah sangat baik kepada keluarga kita. Beliaulah yang selalu membantu kita saat keluarga kita dulu berada di titik terendah. Ayolah kita penuhi permintaan terakhirnya”, bujuk pak budi pada istrinya.

“Tapi pak, Anis masih sangat muda. Apa bapak tega mengambil masadepan dan impiannya?”, ucap bu rusmi istri pak budi.

“Pokoknya 3 hari lagi Anis harus menikah dengan anak pak Herdi. Lagi pula kita sama-sama sudah sangat paham bagaimana keluarga pak Herdi!!”, seru pak budi lalu berdiri meninggalkan istrinya diruang tengah sendirian.

Stelah itu bu Rusmi menghampiri kamar Anis. Dia melihat anak gadisnya tertidur lelap. Dia mengusap kepala putrinya dan mencium keningnya sambil berkata “maafin ibu nak”, ucap bu rusmi dengan mata berkaca-kaca. Bu Rusmi sangat paham dengan sifat suaminya yang keras kepala dan tidak bisa di bantah.

...****************...

Keesokan harinya…. Saat sarapan bersama, pak Budi mengatakan kepada Anis tentang perjodohan mereka.

“Anis, 2 hari lagi kamu harus menikah dengan anak sahabat bapak”, ucap pak Budi kepada Anis tiba-tiba.

Anis yang saat itu mulutnya tersumpal makanan pun langsung menganga, tanpa sadar nasi di dalam mulutnya keluar lagi kepiringnya.

“Anis masih kecil pak, masih pengen belajar dan main dengan teman-teman. Apalagi waktunya mepet banget. Bapak kalau bercanda kok kelihatan serius banget gitu..”, balas Anis.

“Bapak memang lagi serius Anis. Lusa kamu ikut bapak kerumah sakit. Kamu harus nurut sama bapak..”,ujar pak Budi.

“Tapi pak, gimana dengan impianku?, anis masih kepingin lanjut kuliah pak,” jawab Anis dengan wajah yang murung.

“kamu masih bisa sekolah maupun kuliah walau sudah menikah,,” balas pak budi.

“tapi Anis belum mau menikah pak, Anis masih mau focus belajar, main sama temen-temen. Anis selalu nurut kata bapak, bahkan saat bapak melarang pacaran dan keluar malam. Anis mohon pak, jangan nikahkan Anis. Anis mohon pak,….Bu, tolong Anis,” mohon anis dan mulai menangis.

Gadis periang itu saat ini sedang terpuruk dan memohon kepada orang tuanya. Ibunya hanya bisa diam dan menunduk sambil meneteskan air mata.

“Sudah cepat habiskan makananmu, lalu pergilah sekolah!,” perintah bapaknya. Anis pun menghabiskan makanannya dengan terpaksa dan berangkat kesekolah dengan langkah gontai.

Terpopuler

Comments

Sugi Yatmi

Sugi Yatmi

Suka dengan alurnya...👍👍👍

2023-02-08

2

Sugi Yatmi

Sugi Yatmi

suka dengan alurnya....👍👍

2023-02-08

2

Mayrima Najma

Mayrima Najma

Aku suka up mu yang rajin thor, novelmu keren. Tetapi coba perhatikan typonya ya. Sesama Author kita saling mendukung jangan lupa juga singgah di Novel kk ya salam sayang.

2023-02-06

2

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!