Hiks
Hiks
Saat memasuki kelas dengan dua sahabatnya, Vero disambut oleh suara isakan Vita salah satu teman kelasnya, kebetulan mereka masih ada jam kuliah berikutnya dan teman-teman mereka belum ada yang pada datang.
Ida yang merupakan teman Vita mengelus punggung gadis yang menangis tersebut, Ida berusaha menenangkan sahabatnya itu, "Sudahlah Vit, gak usah difikirin, lagian masih banyak kok cowok lain yang lebih tampan dari dia, lo bisa mendapatkan yang jauh lebih baik dari dia."
Vero kepo donk penyebab Vita nangis gitu, makanya dia nanya, "Lo kenapa Vit."
Rara dan Tiar juga tentu saja kepo, tapi pertanyaannya sudah diwakilkan oleh Vero barusan.
Karna Vita tengah tenggelam dalam kesedihannya dan rasanya dia tidak sanggup menjawab pertanyaan Vero, maka Idalah yang mewakili Vita untuk menjawab, "Vita ditolak oleh Bara."
"Hah." kaget Vero and the genk saat mendengar informasi tersebut.
Rara dan Tiar duduk dibangku depan Vita dan menghadap ke arah Vita, tiba-tiba saja dua gadis itu ingin mengintrogasi Vita, sedangkan Vero duduk menghadap depan.
"Lo nembak Bara Vit." tanya Tiar.
Lagi-lagi Ida yang menjawab, "Iya."
"Terus."
"Ya ditolak sama Baralah, makanya nangis kayak gini."
"Kok bisa." tanggap Rara, "Padahal Vita cantik lho."
"Ya mana gue tahu." sahut Ida.
"Duhhh, ngeri juga sieh ya kalau mendapat penolakan gitu, kayaknya gue harus memaksa diri deh untuk menghilangkan rasa suka yang mulai tumbuh untuk Bara di hati gue." Tiar yang mulai rada-rada suka sama Bara kini terpaksa harus menghilangkan rasa sukanya.
"Se be narnya." suara Vita terputus-putus karna isakannya, "Ba ra tidak nolak gue."
"Lha terus."
"Di bilang...dia bilang dia mau fokus kuliah dulu, gak ma u pacaran gitu, takut mengganggu kuliahnya dan membuat nilainya turun." Vita menjelaskan.
Rara dan Tiar fokus mendengarkan tanpa menyela.
"Gue bilang, gue akan jadi cewek yang pengertian dan tidak akan menggrecoki dia, tapi dia tetap bilang dia gak mau pacaran dulu, guekan sedih jadinya, hiks hiks."
"Itu namanya nolak begok." timbrung Vero sadis, "Dia itu nolak lo secara halus."
Vero langsung kena sodokan dari Rara, itu sebagai kode supaya Vero yang bermulut pedas menutup bibirnya.
Vero yang awalnya tidak tahu dan tidak mau tahu tentang cowok bernama Bara itu kini penasaran dan ingin tahu mana yang namanya Bara, sok cakep banget gitu orangnnya, fikir Vero.
"Sudahlah Vit, lupain Bara, lo pasti bisa dapat cowok yang lebih baik daripada Bara, lagiankan stok cowok dikampus kita masih banyak yang bisa lo pilih." Ida kembali menghibur.
"Benar itu Vit, hilang satu tumbuh seribu." sahut Tiar.
Vita mengangguk, namun isakannya masih belum berhenti.
"Lebih baik lo udahan deh nangisnya, entar lo malah jadi tontonan lho saat teman-teman masuk kelas."
Vita kembali mengangguk dan menghapus air matanya
****
Ditengah perkuliahan yang tengah berlangsung, Vero izin ke toilet, setelah dia selesai dari toilet, dia bukannya kembali ke kelas, tapi malah nyelonong ke perpustakaan, dia bosan mendengarkan penjelasan dosennya yang membuatnya mengantuk.
Dan begitu tiba diperpustakaan, dia sengaja duduk dipojokan, bukannya membaca dia malah main HP.
Vero : Selamat mati membosankan
Vero terkikik sendiri membayangkan ekpresi sahabatnya yang membaca pesan yang dia kirim tersebut.
Tiar : Ehhh, lo dimana, kenapa gak balik-balik ke kelas, lo dicari tuh sama pak dosen
Vero : Idihhh bodo amet, sebelum gue mati bosan, lebih baikkan gue menyelamatkan diri ke negeri antah berantah yang lebih seru
Rara : Ahhh curang lo ya Ver, cabut gak ngajak-ngajak
Vero : By the way, begitu perkuliahan kelar, bawain tas gue donk
Rara : Idihh ogah
Tiar : Ogah
Vero : Lo bisa pilih deh barang-barang dilemari gue
Tiar : Perintah dilaksanakan buk boss
Rara : Sip kalau begini mah, jangankan tas, sepatu lo juga bakalan gue bawa
Telinganya memang disumpal dengan earphone, tapi entah apa yang saat ini Vero tonton sehingga kadang dia terkikik sendiri, dan Vero tidak sadar, suaranya itu mengganggu pengunjung perpustakaan lainnya yang saat ini tengah fokus membaca, saking fokusnya sampai tuh wajah tersembunyi oleh buku yang tengah dibacanya, orang itu adalah tidak lain dan tidak bukan adalah Bara.
Sumpah Bara merasa terganggu dengan gadis yang duduk berjarak satu meja didepannya, tiap lima detik sekali gadis itu terkikik, suara kikikannya itu menurut Bara sangat mirip dengan kuntilanak. Bara menurunkan buku tebal yang dia baca dan melemparkan polpennya ke arah Vero, dan polpen tersebut tepat mendarat dengan mulus dijidat Vero dan itu berhasil membuat Vero mengaduh.
"Awhhhh." Vero memegang jidat mulusnya yang kini agak memerah.
Pandangan Vero langsung tertuju pada cowok yang duduk sendirian berjarak sekitar satu meter didepannya, Vero yakin cowok itulah yang melempar polpen sehingga mengenai jidatnya, dan cowok itu malah pura-pura fokus membaca lagi.
Vero menggebrak meja dan berdiri untuk menghampiri cowok yang menurutnya sok fokus itu.
"Heh lo, lo yang melempar polpen ini ke guekan." Vero memukul meja.
Bara menurunkan bukunya perlahan, dan itu berhasil membuat Vero mengenalinya.
"Lo...." tunjuk Vero tidak menyangka kalau dirinya akan bertemu dengan cowok itu lagi.
"Lo ngapain disini."
"Membacalah." jawab Bara menyebalkan.
"Gue tahu, maksud gue, kenapa lo ada dikampus gue."
"Lo fikir gue nguli disini, ya gue kuliah disinilah."
"Heh, yang benar saja lo kuliah disini, inikan kampus mahal."
"Terus kenapa kalau ini kampus mahal, lo fikir hanya orang kaya kayak lo yang bisa kuliah disini, lo kuliah pakai duit orang tua saja sombong."
"Hehh, gue gak kayak gitu." Vero meradang mendengar kata-kata Bara.
"Terus apa namanya, udah kelihatan wajah lo tolol gitu gak mungkin lo dapat beasiswakan."
Sumpah tidak pernah dalam hidupnya Vero merasa terhina seperti ini, kata-kata Bara barusan beneran membuatnya emosi dan sekaligus ingin menendang Bara.
"Jaga ucapan lo ya, meskipun gue kuliah menggunakan duit orang tua gue, tapi gue gak setolol itu, gue pintar kok."
Perpustakaan merupakan tempat yang tenang dan hening, jadi suara sekecil apapun biasanya akan terdengar, apalagi suara pertengkaran Bara dan Vero yang jelas terdengar diseantero perpustakaan yang memancing semua pengunjung perpustakaan yang hanya beberapa orang itu pada datang ke sumber keributan, termasuk ibu Dian pustakawati perpustakaan yang ingin melihat apa yang sebenarnya terjadi saat ini.
"Ehh, ada apa ini ribut-ribut." tanya bu Dian memandang Bara dan Vero bergantian berharap salah satu dari dua orang yang adu mulut itu menjelaskan apa yang menyebabkan mereka ribut.
"Dia yang duluan."
Vero dan Bara kompakan saling menyalahkan dengan jari telunjuk saling mengarah pada satu sama lain.
Bu Dian menggeleng melihat dua mahasiswa itu saling menyalahkan satu sama lain, "Bara, jelaskan apa yang terjadi." pinta bu Dian, karna Bara sudah sering keluar masuk perpustakaan, jadinya bu Dian sudah sangat mengenal Bara.
"Bara." gumam Vero menatap cowok didepannya, "Apa dia Bara yang dibicarakan oleh Tiar dan Rara, Bara yang juga menolak Vita." batinnya.
"Nama lo Barathayudha Arkana." Vero menyuarakan pertanyaannya dalam bentuk lisan.
Tanpa mengindahkan pertanyaan Vero, Bara menjelaskan pada bu Dian, "Gadis ini berisik bu, sudah tahu ini perpustakaan tempat orang membaca, dia malah main HP dan cekikikan seperti kuntilanak, itukan mengganggu pengunjung perpustakaan yang lainnya bu, termasuk saya."
Beberapa cewek menutup bibir mereka karna ingin tertawa mendengar kata-kata Bara barusan.
"Tapi gak seharusnya lo ngelemparin polpen sampai membuat jidat gue terluka kayak gini, kalau jidat mulus gue kenapa-napa bisa gue tuntut lo." Vero nyolot.
"Jidat lo gak kenapa-napa, jadi cewek kok lebay banget."
Kembali dah tuh mereka adu mulut.
"Sudah sudah hentikan." ibu Dian melerai, "Ibu fikir ini bukan masalah yang besar, jadi tidak perlu untuk di besar-besarkan, jadi menurut ibu, sebaiknya kalian berdamai saja." ibu Dian menyarankan.
"Berdamai." ulang Vero, "Gimana saya bisa berdamai dengan orang yang telah membuat jidat saya terluka, dia harusnya minta maaf dan bertanggung jawab."
Wahh, bakalan panjang nieh urusan kalau sudah begini.
"Dasar cewek manja, jidat lo yang kayak lapangan golf itu masih rapi jali, jadi jangan melebih-lebihkan."
Terdengar suara terkikik dari cewek-cewek barusan mendengar Bara mengata-ngatai jidat Vero, cewek-cewek itu menghentikan cekikikan mereka saat Vero menatap mereka dengan tajam.
"Ya Tuhan." ibu Dian sampai menggeleng-geleng, menurutnya dua mahasiswa ini terlalu lebay, karna masalah kecil saja membuat mereka ribut besar kayak gini, "Kalau kalian masih mau ribut, silahkan lanjutkan diluar, jangan membuat pengunjung perpustakaan lainnya tidak nyaman dengan tingkah kekanak-kanakan kalian." marahkan jadinya bu Dian.
"Maaf bu." Bara.
"Maaf bu." Vero.
"Kalau kalian masih ingin berada diperpustakaan ini, sebaiknya tutup mulut kalian, tapi kalau kalian masih ingin melanjutkan kegiatan adu mulut kalian, silahkan lanjutkan diluar."
"Baik bu." kompak mereka.
Dua orang memilih tetap berada diperpustakaan, kalau Bara sieh jelas, dia akan melanjutkan bacaannya, Tapi Vero, anak itu kembali memainkan ponselnya, dari sekian banyak tempat dikampus, dia memilih perpustakaan untuk main HP.
Bara dan Vero saling melempar pandangan sengit satu sama lain sebelum kembali duduk ditempat masing-masing.
Diam-diam Vero mengarahkan kamera HPnya sama Bara, dan setelah berhasil mendapatkan gambar Bara, dia langsung mengirimkannya ke wa grup yang anggota adalah dirinya dan dua sahabatnya.
Foto yang dikirim tersebut disertai dengan caption.
Ini bukan yang namanya Barathayudha Arkana yang lo bicarakan
Tiar : Omj, tampan sekali
Vero mengambil foto saat Bara tengah serius dengan buku yang dibacanya, difoto itu memang Bara terlihat tampan, tapi memang aslinya beneran tampan sieh, bahkan Vero saja mengakui dalam hati, di awal pertemuan pertama merekakan Vero sempat terpana dengan ketampanan Bara.
Rara : Iya benar, itu memang Barathayudha Arkana
Vero : Ohh, jadi ini Bara yang lo sebut-sebut itu
Tiar : Gantengkan Ver
Vero : Biasa aja
Rara : Ganteng Ver, elahh mata lo kenapa sieh, kayaknya perlu dibawa periksa ke dokter mata dah
Vero : Ganteng versi lo, menurut gue, B aja, gantengan juga mantan-mantan gue
Tiar : Tapi Bara itu berbeda lho
Vero : Beda apanya, punyanya sama kok kayak cowok-cowok lain
Tiar : Bukan itu maksud gue dodol, Bara itu tidak kayak cowok kebanyakan, dia itu cuek dan tidak genit sama cewek cantik, lo lihat sendirikan buktinya, sik Vita yang tampangnya lumayan oke saja di tolak sama dia
Vero : Lo itu terlalu berlebihan ya Tiar, semua cowok itu sama, menurut gue, sik Bara itu sok jual mahal, sok cakep dia itu
Tiar : Bukan sok cakep, tapi cakep beneran kali
Rara : Dan gue jamin sieh, sejak masuk perpustakaan, sik Bara sama sekali tidak pernah lirik-lirik lo, gak kayak kebanyakan cowok lainnya yang tidak bisa mengalihkan perhatiannya saat lo lewat.
Dan itu memang benar adanya, Bara memang sama sekali fokus dengan buku yang saat ini dibacanya, sama sekali tidak melirik ke arah Vero, malahan Vero yang tiap dua menit sekali melirik Bara, tapi bukan melirik karna suka, lebih kepada kesal saja.
Vero memilih mengabaikan chat Rara.
Rara : Gimana kalau kita taruhan
Tiar : Taruhan apaan
Rara : Gue mau nantang Vero untuk menaklukkan Bara
Vero : Ihhh, ogahlah gue, lo fikir gue gak punya kerjaan apa taruhan-taruhan segala
Tiar : Gue ikutan, kalau bisa membuat Bara jatuh cinta sama lo dalam jangka satu minggu, gue akui lo benar-benar hebat dan penakluk laki-laki.
Tanpa mengindahkan ketidaksetujuan Vero, Tiar ikut meramaikan taruhan yang dimulai oleh Rara.
Vero : Heh sialan, guekan sudah bilang, gue ogah, lihat sik batubara itu saja gue malas apalagi kalau harus berdekatan dengan dia
Tiar : Lokan mendapat julukan sebagai penakluk laki-laki, nahh, gue baru mengakui kalau lo benar-benar penakluk laki-laki kalau lo bisa menaklukkan Bara.
Tantang Tiar yang membuat ego Vero tersentil.
Rara : Benar lo Tiar, selama inikan laki-laki yang bertekuk lutut sama Vero itu emang dasarnya saja pada genit dan ganjen, gak bisa lihat cewek bening dikit main nemplok aja
Rara ikut-ikutan memanaskan suasana.
Vero yang awalnya tidak berminat mengikuti permainan kedua sahabatnya mau tidak mau akhirnya menyetujui tantangan sahabat-sahabatnya tersebut .
Vero : Oke, gue terima tantangan lo, gue gak butuh waktu satu minggu untuk menaklukkan Bara, satu hari juga gue bisa membuat cowok itu jatuh cinta, kalau gue berhasil, apa yang lo berdua tawarkan sebagai imbalan untuk gue.
Vero benar-benar memiliki kepercayaan diri tingkat tinggi, ya wajar sieh memang mengingat dia cantik dan menyandang predikat sebagai primadona kampus, sehingga dia sangat yakin bisa menaklukkan Bara dalam jangka waktu satu hari.
Tiar : Gue dan Rara akan dengan rela dan ikhlas ngerjain tugas-tugas lo selama satu semester, tapi kalau lo yang gagal, lo harus nraktir kami dikantin selama satu semester.
Tawaran yang menggiurkan untuk Vero, tentu saja dia setuju, kalau dia berhasilkan dia tidak perlu bersusah payah ngerjain tugas-tugasnya selama satu semester.
Vero : Oke deal, gue setuju
Tiar : Tunggu sebentar, kok gue ragu ya lo bakalan bisa menaklukkan Bara dalam jangka waktu sehari, itu kayak mustahil banget.
Vero : Lo meragukan gue
Rara : Gue juga berfikir hal yang sama seperti lo Tiar, satu minggu saja itu kayaknya mustahil Bara bisa ditaklukkan apalagi sehari.
Vero : Gue akan buktikan ya sama lo berdua, besok lusa, laki-laki bernama Bara itu akan resmi jadi pacar gue, siap-siap saja untuk ngerjain tugas-tugas gue selama satu semester
Tiar : Oke
Rara : Oke
Tiar : Karna gue baik hati, gue tetap memberikan lo waktu satu minggu Ver.
Vero mendengus membaca chat Tiar yang terakhir, "Huhh, Tiar meremehkan gue, akan gue buktikan sama lo Tiar, Ra, kalau gue bisa menaklukkan Bara kurang dari 24 jam."
Setelah membuat kesepakatan tentang taruhan tersebut, Vero melirik ke arah Bara, cowok itu terlihat khusyuk dengan buku yang dibacanya, dia kayak memiliki dunianya sendiri.
"Ihhh, gue ogah sebenarnya dekat-dekat dengan cowok menyebalkan itu, tapi demi membuktikan kalau tidak ada laki-laki yang bisa menolak pesona gue, gue terpaksa harus berusaha membuat cowok itu jatuh cinta sama gue."
"Oke, berhubung dia sini, lebih baik gue langsung sajalah melancarkan misi gue."
Vero melihat tampilannya dilayar ponselnya, dia sedikit memperbaiki tatanan rambutnya dengan jarinya, setelah dirasa oke, barulah dia berjalan mendekati Bara.
"Senyum Vero, senyum, lo harus terlihat menawan supaya sik batu bara itu kleper-kleper sama lo." Vero mengingatkan dirinya untuk tersenyum demi kelancaran misinya saat berjalan mendekati Bara.
****
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 36 Episodes
Comments