"Nieh makalah yang kamu minta sayang, makalah itu aku buat dengan penuh cinta dan perasaan." Saga menyerahkan tiga makalan yang sudah dijilid rapi dan sempurna kepada Vero.
"Dasar lebay." desis Vero dalam hati.
Vero mengambil makalah yang diberikan oleh Saga dengan wajah lempeng, jangankan berterimakasih, senyum saja gak sebagai pertanda kalau dia menghargai usaha kekasihnya, yang sebentar lagi bakalan berstatus sebagai mantannya.
"Saga, mulai hari ini kita putus." ucap Vero kejam tanpa peringatan, dan setelah mengatakan hal tersebut, dengan tanpa rasa bersalahnya dia langsung berbalik dan berniat pergi meninggalkakan Saga.
Saga yang tadi terkejut mendengar pemutusan secara sepihak yang dilakukan oleh Vero tersadar dari keterkejutannya, dia meraih lengan Vero yang menyebabkan tubuh Vero kembali berbalik menghadap Saga.
"Apa maksud kamu sayang, kamu tidak benar-benar memutuskan akukan, kamu tidak seriuskan dengan kata-kata kamu barusan, kamu bercandakan sayang."
Vero menepis tangan Saga dengan kasar dari lengannya, "Tentu saja aku tidak bercanda, aku serius, sangat sangat serius malah, mulai sekarang Saga, kita tidak punya hubungan apa-apalagi, jadi stop hubungan aku dan menggrecoki aku." Vero kembali berbalik, dengan langkah lebar dia berjalan menjauh, saat ini dia ingin jauh-jauh dari Saga.
Saga tidak tinggal diam, dia langsung berlari menyusul Vero, intinya dia tidak terima diputuskan begitu saja oleh Vero, "Vero, tunggu Ver, apa salahku Ver, kenapa kamu tiba-tiba mutusin aku begini, kamu tidak bisa seenaknya gini mutusin aku, Ver, ayokalah kita omongin ini baik-baik." Saga berusaha membujuk Vero.
Dan kini Saga telah memblokir jalan Vero yang membuat Vero terpaksa menghentikan langkahnya.
"Minggir lo, gue mau lewat." bentak Vero kesal.
"Jelasin dulu apa salahku Ver, aku tidak terima kamu putusin kayak gini." Saga terlihat menghiba, sumpah dia benar-benar tidak terima diputuskan oleh Vero, dia sangat mencintai gadis itu dengan sepenuh hati dan jiwa raganya.
Beberapa mahasiswa yang berlalu lalang mulai menghentikan langkah mereka untuk menyaksikan adegan drama live yang ada didepan mata, kapan lagi coba menonton hiburan gratis kayak gini.
"Lo gak punya salah Saga, hanya saja, gue sudah bosan dengan lo, lo posesif, lebay, alay, bikin gue ilfil tahu gak." Vero dengan santainya mengatakan hal tersebut seolah-olah menjelaskan kalau dua tambah dua adalah empat, dia tidak sadar kata-katnya itu menyakiti hati Saga.
"Pliss Ver, jangan putusin aku, aku begitu sangat mencintai kamu, aku rela melakukan apapun untuk kamu." Saga Menghiba dan memohon tanpa mempedulikan orang-orang yang ada disekelilingnya yang menatapnya dengan rasa kasihan, dan sekaligus juga sebal sama Vero yang suka seenaknya memutuskan orang hanya gara-gara bosan.
"Lo budek ya, gue bilang gue sudah bosan sama lo, mana bisa perasaan dipaksa begitu." suara Vero meninggi saking keselnya karna Saga menolak putus dengannya, sesuatu hal yang sering terjadi sama pacar-pacar Vero yang sebelumnya yang juga menolak diputuskan seperti Saga.
"Ver, aku mohon, jangan putusin aku sayang, aku mencintaimu, kamu adalah duniaku." Saga meraih tangan Vero, berharap gadis itu luluh, namun Vero langsung menepis tangan Saga dan mendorong tubuh Saga yang membuat tubuh tegap Saga oleng ke samping.
"Minggir lo." sadisnya dan berjalan tanpa menghiraukan tatapan menghujat dari orang-orang di sekelilingnya.
"Dasar gadis sombong, semoga saja suatu saat nanti dia bakalan kena karmanya." komen salah satu mahasiswi yang menjadi saksi adegan drama tersebut.
"Mentang-mentang cantik, seenakya saja menyakiti hati laki-laki." yang lain turut menimpali.
Beberapa mahasiswa lainnya mendekati Saga dan berusaha menghibur cowok yang saat ini tengah patah hati hati tersebut.
Salah satunya menepuk punggung Saga hanya sekedar untuk memberi penguatan, "Lo yang sabar men, wanita tidak hanya Vero saja, masih banyak wanita cantik dikampus kita yang kelakuannya jauh lebih baik dari Vero."
"Vero akan menyesal telah mencampakkan elo kayak gini men." sahut yang lainnya.
Namun, apapun yang dikatakan untuk menghiburnya, tidak sedikitpun membuat suasana hatu Saga membaik, intinya saat ini dia benar-benar sedih karna wanita yang sangat dia cintai dan telah dia pacari selama 2 minggu ini memutuskannya secara sepihak, jadi wajar saja saat ini dia tidak dalam keadaan baik-baik saja.
****
Tapi bagi cowok-cowok bodoh yang merupakan pengagum Vero, putusnya Vero dan Saga tentu saja menjadi berita bahagia yang disambut dengan suka cita, bahkan tumpengan kalau perlu, termasuk salah satu yang paling bahagia dengan putusnya Vero adalah Rama yang menyaksikan acara pemutusan tersebut secara live barusan didepan matanya, Rama bersiul-siul sambil berjalan menuju kelasnya.
Rama langsung tersenyum saat melihat Bara yang sudah duduk dibangku barisan ketiga, Rama langsung menghampiri Bara yang sedikitpun tidak mengalihkan perhatiannya dari buku tebal yang saat ini dia baca, bahkan saat Rama duduk disampingnya, Bara tetap tidak menoleh.
"Lo tahu gak, ada berita bahagia yang mau gue sampaikan kepada elo." ocehnya saat duduk nyaman didekat Bara.
Bara seperti tidak peduli, buktinya dia mengabaikan kata-kata Rama dan tetap fokus dengan tulisan-tulisan yang tertera dilembar putih yang saat ini ada didepanya.
"Heh Bara, lo denger gak sieh, gue mau nyampaiin berita bahagia." Rama mulai kesal karna dicuekin.
"Gue gak peduli." tandasnya karna merasa terganggu dengan kehadiran Rama.
"Elahh sik kunyuk, sok-sok'an tidak peduli." sergah Rama, tapi meskipun Bara bilang tidak peduli, Rama tetap mengatakan berita bahagia yang ingin dia bagikan, "Tahu gak Bar."
"Gak."
Rama mendengus, tapi sekali lagi dia tidak mempedulikan apakah Bara peduli atau tidak, dia tetap ingin membagikan hal yang membuatnya bahagia itu kepada Bara, "Lo tahu Verokan, gadis tercantik dikampus kita, dia sekarang jomblo men, jomblo." Rama benar-benar menekankan kata-kata jomblo yang dia ucapkan.
Jelas saja Bara tidak peduli dengan hal itu, emang apa pedulinya, mau gadis itu jomblo kek atau punya pacar seribu kek, itu tidak akan berpengaruh sama sekali pada hidupnya.
Dan Bara yang dikasih tahu, ehhh malah teman-teman kelasnya yang lain yang pada antusias, itu terbukti saat Rama mengatakan kalau saat ini Vero jomblo, beberapa teman-temanya mendekat untuk memastikan kebenaran berita yang disampaikan oleh Rama barusan.
"Serius demi apa lo Ram, beneran Vero jomblo sekarang." tanya Agil penuh harap.
"Ini lo tahu darimana Ram, jangan-jangan itu berita hoaks lagi, masak sieh Vero sudah putus dengan Saga, sangat sulit dipercaya mengingat hubungan mereka baru seumur jagung." Ramon sepertinya tidak percaya dengan apa yang didengernya.
"Vero benaran putus dengan Saga, gue sebagai salah satu saksi yang menyaksikan berakhirnya hubungan mereka dikoridor kampus barusan."
"Wahh, berarti gue ada kesempatan nieh buat ngedekatin pujaan hati gue." mata Agil berbinar.
"Lihat kondisi dan keadaan donk lo Gil, cowok dengan tampang pas-pasan dan kere kayak lo mana mungkin disukai oleh Vero, orang yang setajir dan setampan Saga saja dihempas sama dia." tandas Ramon mengingatkan Agil tentang fakta.
"Ahh lo Mon, melemahkan harapan gue saja, tidak bisakah lo berbohong untuk membuat gue senang."
Ramon dan Rama terkekeh melihat Agil yang terlihat nelangsa.
Kalau dibilang kenal sama Vero, tentu saja Bara kenal dengan Vero, sangat kenal malahan, sebenarnya dia tidak tahu dan tidak mau tahu yang mana gadis yang bernama Veronica Salim, tapi sahabatnya Rama, tiap ada kesempatan selalu saja ngoceh tentang gadis tersebut, Vero itu kayak gini, Vero itu kayak gitu, sumpah sampai overdosis dah Bara mendengar tentang gadis yang bernama Vero itu, belum lagi saat melihat gadis itu berada dikantin saat bersama teman-temannya, Rama dengan heboh menunjuk-nunjuk Vero dan mengatakan betapa cantiknya Vero, Bara memang mengakui kalau gadis yang dikagumi oleh Rama itu memang sangatlah cantik, tapi fikir Rama, buat apa cantik kalau hatinya kayak iblis, Bara mengatakan hal itu mengingat insiden yang pernah terjadi antara dirinya dengan Vero waktu kejadian tabrakan dijalan raya waktu itu, gadis itu benar-benar angkuh dan sombong, intinya, Bara menekankan pada dirinya sendiri kalau dia tidak ingin berurusan dengan wanita itu dalam hal apapun.
****
Rara : Apa beneran lo putus dengan kak Saga.
Ditengah-tengah mengikuti perkuliahan yang tengah berlangsung, Rara mengechat Vero, padahal saat ini Vero tengah duduk disampingnya, ya gak mungkin bertanya langsung juga sieh mengingat pak Suteja dosen mereka tengah menjelaskan didepan.
Tiar : Heh, seriusan lo udah putus sama kak Saga, ya Tuhan, kasihan sekali kak Saga.
Vero : Iya, tadi pagi gue mutusin dia
Tiar : Tega banget sieh lo Ver, apa kurangnya coba kak Saga
Rara : Gak ada kurangnya Tiar, hanya saja, Vero saja yang bosanan anaknya.
Vero : Binggo, lagian buat apa bertahan kalau sudah tidak ada cinta, gak mungkinkan gue nyiksa diri gue
Rara :Kak Saga buat gue saja ya Ver
Vero : Ambil dah Ra, gue ikhkas
Tiar : Lo ada gebetan baru Ver sampai lo mutusin kak Saga
Vero : Ya gak ada, gue mutusin Saga murni karna gue sudah bosan
Tiar : Enak banget ya jadi cewek cantik kayak lo, kalau sudah bosan tinggalin, besok udah banyak dah yang ngantri ingin jadi pacar elo
Iri Tiar.
Vero : Bukannya lo juga banyak yang mau
Tiar : Kata siapa
Vero : Kata guelah, yang ngirimin lo bunga tiap hari itu, siapa namanya...
Tiar : Sik Boneng, idihh ogahlah gue sama dia
Rara : Awas lho Tiar, ntar lo yang malah ngejar-ngejar
Tiar : Amit-amit dah
Begitu perkuliahan berakhir, Tiar langsung tancap gas.
"Heh Tiar, mau keman lo." teriak Rara.
"Rahasia ilahi, ntar gue susul ke kantin ya."
"Mau kemana sieh anak itu, pakai main rahasia-rahasiaan segala."
"Sudahlah gak usah kepo dengan urusan Tiar, mendingan lebih baik kita ke kantin."
Rara mengangguk menyetujui usul Vero, sepanjang jalan yang mereka lewati, beberapa cowok yang mengetahui kalau Vero sudah jomblo melihat Vero dengan pandangan mesem-mesem.
"Hai Ver, makin cantik saja." salah satu cowok menyapa.
"Hmmm." tanggap Vero.
"Denger-denger, katanya lo jomblo ya."
"Emang kenapa kalau gue jomblo."
"Ya, siapa tahu gue bisa daftar gitu."
"Lo fikir gue sekolahan pakai terima pendaftaran segala, lagian kalau gue mau cari cowok, ya jelas bukan kayak lo lah, gak mungkin banget gue mau sama cowok jelek kayak lo." Vero memang seperti itu, dia tidak pernah bisa menyortir kata-kata yang keluar dari bibir cantiknya, suka seenak udel tanpa memperhatikan perasaan orang lain.
Sik cowok terlihat kesal dan manahan amarahnya mendengar ucapan Vero, dia merasa terhina.
Vero yang menyakiti hati orang, malah Rara yang merasa tidak enak, "Ver, bisa gak sieh lo jangan kasar-kasar amet kalau ngomong sama orang." peringatnya dengan suara yang hanya bisa didengar oleh Vero.
"Apaan yang kasar Ra, kata-kata gue biasa aja tuh."
Biasanya orang kayak gini, gak nyadar dia kalau kata-katanya itu menyakiti hati orang.
Tidak tahu harus menjelaskan bagaimana lagi, Rara menarik lengan Vero supaya cepat-cepat sampai kantin, tapi sebelum itu, dia meminta maaf sama cowok barusan.
"Maaf ya mas, Vero tidak bermaksud nyakitin hati mas tadi."
Sik cowok tidak merespon, dia hanya menatap Vero dengan tatapan tajam.
"Apaan sieh Ra, kenapa pakai minta maaf segala sieh." protes Vero.
"Udah deh diem gak usah protes, ayok jalan." Rara menarik lengan Vero.
****
Tempat yang dituju oleh Tiar ternyata adalah kelasnya Bara, dan kebetulan saat dia sampai, kelas Bara baru saja bubar, dan Tiar langsung melongokkan wajahnya ke dalam untuk mencari keberadaan Bara.
Tiar tersenyum saat dilihatnya Bara tengah membereskan perlengkapanya.
"Ahhh itu Bara." gumamnya dan berjalan dengan percaya diri menghampiri Bara.
"Hai Bara." sapa Tiar begitu sudah berdiri dihadapan Bara.
Mendengar namanya dipanggil, Bara mendongak, tidak hanya dia saja sieh, tapi Rama juga menoleh meskipun bukan dia yang dipanggil.
"Iya." jawab Bara melihat gadis yang berdiri didepannya dengan senyum manisnya.
"Masih ingat aku gak."
"Gak." jawab Bara, Bara memang pintar dan memiliki daya ingat yang kuat dalam hal pelajaran, tapi masalah wanita, jangan harap dia bisa ingat, seperti saat sekarang ini, dia sama sekali tidak mengingat gadis yang menyapanya itu.
Tiar terlihat kecewa saat Bara bilang kalau dia tidak mengingatnya, tapi itu hanya sesaat karna dia ingat memang seperti itulah sifat Bara.
"Aku Tiar Bara, gadis yang kemarin kamu tolongin itu, yang motornya mogok." Tiar berusaha mengingatkan Bara tentang kejadian kemarin.
"Ohhh." bahkan setelah ingatpun, tanggapannya hanya oh doank, benar-benar menyebalkan deh sik Bara ini.
Namun Tiar tidak ambil pusing, dia mengambil sesuatu dari tasnya dan menyerahkannya sama Bara, "Sebagai rasa terimakasihku, aku ingin memberikan ini sama kamu."
Bara hanya menatap kotak kue yang disodorkan oleh Tiar.
Karna Bara tidak kunjung mengambilnya, Tiar menggoyang-goyangkan tangannya, "Ayok ambil Bara."
Rama menyenggol lengan Bara, "Ambil napa Bar, capek tuh tangan anak gadis orang ngegantung diudara."
"Aku ikhlas kok bantuin kamu, kamu gak perlu memberikan apapun padaku sebagai ucapan terimakasih." Bara menolak secara halus.
"Iya aku tahu kok Bara kamu ikhlas, aku hanya ingin ngasih saja." Tiar meraih telapak tangan Bara dan menjejalkan kotak itu ditangan Bara, "Dimakan ya, itu aku beli ditoko kue langganan keluargaku lho."
"Hmmm." gumam Bara.
"Bara, aku boleh minta nomer kamu gak."
"Maaf, untuk apa ya." ini adalah sebuah pertanda kalau Bara tidak akan ngasih.
"Ya hanya buat berteman doank sieh, gak apa-apakan."
"Maafkan aku Tiar, tapi aku tidak memberikan nomerku sama sembarang orang." menolak secara halus sieh ini.
"Ohh gitu ya." Tiar jelas terlihat kecewa.
"Ya udah deh kalau gak boleh, gue permisi kalau gitu."
Tiar berlalu dari kelas Bara diikuti oleh mata-mata teman Bara yang ingin tahu tentang siapa gadis barusan.
"Siapa sieh tuh cewek Bar." Rama bertanya.
"Tiar." Bara menyebut nama gadia itu.
"Iya gue tahu namanya Tiar, guekan juga dengar sendiri barusan."
"Kalau lo sudah denger ngapain lo nanya lagi."
"Ihh sik dodol mah, maksud gue itu, dia siapanya lo."
"Bukan siapa-siapa."
"Elahhh gini amet dah punya teman, ngeselin."
"Lo gak denger dia bilang apa tadi, dia ingin berteman dengan gue, tapi buat apa gue punya teman banyak-banyak kalau gak berguna, lo saja nyusahin gue mulu kerjaannya."
"Sialan lo ahh."
"Ehhh ngomong-ngomong, bagi donk kuenya, enak tuh kayaknya."
"Hmmm." Bara menyodorkan kotak kue brownis itu pada Rama.
Dengan antusias Rama menerimanya, dan membuka penutupnya, dia langsung menelan air liurnya saat melihat kue lezat itu terpampang nyata didepan matanya.
"Enak kayaknya Bar." mengambil potongan kue dan melahapnya, "Hmmm enak banget sumpah, sering-sering saja sik Tiar itu ngasih kue ke elo Bar." Rama menikmati kue itu dengan penuh penghayatan.
"Kenapa lo diem saja sieh Bar, makan napa."
"Berhubung lo gak kenapa-napa, kayaknya tuh kue aman untuk dimakan."
Rama langsung menghentikan kunyahannya, dan melotot kepada Bara, "Sialan, jadi lo menjadikan gue pencicip makanan lo gitu."
"Yoi, siapa tahu gitu ada racunnya, guekan gak mau koit."
"Ahhh, dasar lo sahabat lucnut."
****
"Idihhh lo habis ngapain neng, datang-datang wajah lo senyum-senyum gitu." cecar Rara saat Tiar sudah duduk dikursi yang tersisa.
"Gue habis ketemu Bara."
"Barathayudha Arkana maksud lo." Rara juga ternyata mengenal Bara.
"Hmmm, siapa lagi."
Vero hanya melirik bergiliran antar Tiar dan Rara, sumpah dia sama sekali tidak tahu siapa yang dibicarakan oleh kedua sahabatnya itu.
"Terus terus gimana."
"Kemarinkan dia nolongin gue memperbaiki motor gue saat mogok, dan sebagai tanda terimakasih, gue membawakan kue untuknya."
"Terus terus."
"Ya diterimalah kue pemberian gue sama dia, gue bilang dimakan ya, dia jawab iya, duhh senangnya gue."
"Lo berdua lagi ngomongin siapa sieh sebenarnya, Bara Bara, siapa sieh tuh orang."
"Barathayudha Arkana Ver, cowok tampan dari fakultas tehnik arsitektur."
"Barathayudha Arkana, kok gue gak pernah dengar ya, orangnya kayak gimana sieh."
"Yang jelas tampanlah, pinter lagi, dia salah satu mahasiswa berprestasi dikampus kita."
"Yang mana sieh orangnya, kok gue gak pernah lihat."
"Jelas lo gak pernah lihatlah, Bara itu lebih banyak menghabiskan waktunya diperpus, ya maklum sieh ya anak pinter."
"Mmmm." Vero tidak bertanya lebih lanjut tentang laki-laki yang bernama Barathayudha Arkana yang disebut-sebut oleh sahabatnya tersebut karna memang dia tidak tertarik, gimana mau tertarik, lihat saja gak pernah, ehh pernah ding, waktu insiden tabrakan itu, hanya saja Vero tidak tahu namanya.
****
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 36 Episodes
Comments