Episode.5

Beberapa minggu kemudian.

Entah senang atau sedih, namun hari ini Arini mengetahui fakta jika dirinya sedang hamil. Tadi saat pergi ke pasar, Arini pingsan dan di tolong oleh orang. Saat di periksa di klinik, ternyata saat ini dia telah mengandung.

'Apa aku tega untuk meninggalkan anak ini nantinya. Rasanya aku tak rela harus berpisah dengan anakku sendiri,' batin Arini sambil mengusap perutnya yang masih rata. Walaupun nantinya anak yang dia kandung akan di urus oleh Alex dan Mila, namun ada rasa tak rela di hatinya.

Arini menghirup napas dalam-dalam lalu mengeluarkannya perlahan sebelum memasuki rumah mewah yang ada di hadapannya.

Tok tok

Setelah mengetuk pintu, Arini langsung membuka pintu dan melangkah masuk. Arini melihat Mila, Bu Susan dan Alex yang sedang duduk bersama. Dari ekspresi wajah mereka sepertinya sedang berbahagia.

''Arin, sini deh!'' ucap Mila saat melihat kedatangan Arini.

''Iya, Kak.'' kini Arini sudah berdiri di dekat mereka.

''Rin, hari ini saya memiliki kabar bahagia. Saya hamil, itu berarti kamu bisa bebas jika mau menyudahi pernikahanmu dengan Mas Alex,'' ucap Mila.

Arini terkejut mendengar kabar kehamilan Mila. Lalu bagaimana dengan nasib anaknya? Apa Arini harus membesarkan anaknya seorang diri? Jika Mila hamil, itu berarti mereka tak jadi merawat anaknya.

''Itu lebih baik, sayang. Mas juga tidak mau jika terus terikat dengan wanita lain. Karena hanya kamu istri Mas satu-satunya,'' Alex mengecup singkat pucuk kepala Mila. Sungguh suasana hatinya sangatlah baik. Akhirnya penantiannya beberapa tahun kini tercapai juga. Sang istri tercinta positif hamil anaknya.

Arini masih diam di tempatnya, tak mengatakan sepatah kata pun. Sungguh ini tidak adil untuknya.

''Arin, kenapa kamu diam? Kamu tidak suka mendengar kabar kehamilan anak saya?'' Bu Susan bertanya kepada Arini.

''Saya senang kok. Selamat ya atas kehamilannya, Kak.'' ucap Arini sambil mengulurkan tangan.

Mila menerima jabatan tangan Arini.

''Terima kasih, Rin.''

''Sama-sama, Kak.''

Arini hendak pergi, namun perkataan Alex membuatnya tak jadi beranjak pergi.

''Tunggu, Rin. Saya mau bicara sama kamu,'' ucap Alex.

Arini berbalik arah kembali menatap mereka.

''Bicara apa, Kak?'' tanya Arini.

''Detik ini juga saya talak .... '' Alex menghentikan ucapannya karena Arini yang menyerobot perkataannya.

''Jangan!'' entah keberanian dari mana Arini berani mengatakan itu.

''Apa maksud kamu, Rin? Kamu tidak mau berpisah dengan menantu saya? Lagian kamu disini itu sudah tidak di butuhkan lagi,'' ucap Bu Susan.

Bu Susan yang Arini kenal kini terlihat sangat berbeda. Sebelumnya Bu Susan selalu bersikap baik dan lembut. Tapi kali ini terlihat angkuh dan berbicara seenaknya.

''Bukan begitu, Bu. Tapi saya juga sedang hamil. Kak Alex tidak bisa menceraikan saya di saat saya hamil,'' ucap Arini.

''Apa?” ucap Mila dan Bu Susan bersamaan. Mereka tak menyangka jika ternyata Arini juga sedang hamil.

Alex mengusap rambutnya dengan kasar. Dia tak pernah memikirkan ini akan terjadi. Karena dia dan Arini hanya pernah melakukannya sekali.

Bu Susan menyuruh Arini pergi ke kamarnya. Setelah itu mereka bertiga berdiskusi.

''Mah, bagaimana nih? Arini ternyata hamil juga,'' Mila tampak tak tenang.

''Apa itu anaknya Alex? Bukannya dia dan Alex hanya melakukannya sekali saja, tapi kok langsung jadi?'' Bu Susan meragukan anak yang ada di dalam kandungan Arini.

''Mungkin saat itu Arini sedang dalam masa subur, jadinya langsung hamil,'' ucap Mila.

''Begini saja, sayang. Untuk saat ini lebih baik Arini tinggal disini sampai dia melahirkan. Setelah anaknya lahir barulah Mas akan menceraikannya. Mas juga akan menanggung biaya hidupnya,'' ujar Alex mengatakan ide yang terlintas di benaknya.

''Aku setuju, Mas.''

''Mamah juga setuju, Nak.'' sahut Bu Susan.

....

....

Arini tahu jika kehamilannya itu tidak di inginkan. Namun dia wanita yang mempunyai perasaan. Terkadang Arini sedih saat melihat Alex dan Mila yang terlihat romantis. Apalagi Alex begitu perhatian kepada Mila setelah tahu jika Mila sedang hamil. Lain dengan Arini yang ibarat tak di anggap di rumah itu. Sikap Bu Susan kepadanya semakin hari semakin semena-mena saja.

BI IJah melihat Arini yang lewat di hadapannya.

''Non, kenapa tak jadi ke taman belakang? Kok balik lagi sih?''

''Tiba-tiba saya tak ingin ke taman,'' jawabnya.

Bi IJah melihat raut kesedihan di wajah Arini. Bi IJah pergi ke taman belakang untuk melihat ada apa disana. Dan kenapa Arini sampai tak jadi pergi kesana.

Ternyata di taman belakang ada Alex dan Mila yang sedang bermesraan. Mungkin Arini sedih karena itu.

'Kasihan sekali Non Arini. Sekarang semua orang di rumah ini bersikap acuh kepadanya,' gumam Bi Ijah dalam hati.

Arini mengurung diri di dalam kamarnya. Dia menumpahkan air matanya yang sejak tadi dia tahan. Entah mengapa melihat Alex dan Mila bermesraan membuatnya juga menginginkan itu. Semenjak hamil, dia memang ingin sekali di perhatikan. Namun tidak ada yang perhatian kepadanya selain Bi Ijah.

Mila yang sebelumnya sangat baik kepadanya, kini tak pernah mau menyapanya lagi. Mungkin karena dia hamil, ada ketakutan di diri Mila jika nantinya dia merebut Alex.

''Ingin sekali aku pergi dari sini, tapi jika aku pergi, bagaimana dengan anak ini? Aku tidak memiliki biaya yang cukup untuk menghidupi keseharianku,'' gumam Arini di sela-sela isak tangisnya.

Arini memutuskan untuk tidur agar hatinya kembali tenang.

Satu jam kemudian Arini terbangun dari tidurnya. Dia merasa begitu lapar. Arini beranjak dari atas tempat tidur lalu pergi ke dapur.

Arini melihat meja makan sudah kosong. Tidak ada makanan apa pun disana. Lalu Arini mengecek ke dapur, dan sama sekali tidak ada sisa makanan. Biasanya dia selalu memakan makanan sisa setelah Mila dan keluarganya selesai makan. Namun kali ini tidak ada apa pun disana.

Tatapan Arini tertuju pada tong sampah yang terisi sisa makanan.

''Sepertinya sisa makanan mereka ada yang buang,'' gumam Arini.

Arini membuka kulkas untuk mencari sesuatu yang bisa dia makan. Arini meneguk ludahnya saat melihat ada beberapa potong kue di dalam kulkas. Saat hendak mengambil kue, ada sebuah tangan yang menepuk tangannya.

''Eh jangan di ambil!''

Arini menoleh ke samping melihat siapa yang datang. Ternyata itu Bu Susan.

''Saya sangat lapar, Bu. Ijinkan saya mengambil satu potong saja kue ini,'' pinta Arini.

''Itu kue milik anak saya. Kalau kamu lapar ya beli, atau kerja mungkin biar bisa makan. Enak saja disini cuma menumpang masih saja minta makan,'' ucapan Bu Susan tentu sangat melukai hati Arini.

''Maaf,'' dengan perasaan sedih Arini pergi dari sana.

Arini masuk ke kamarnya sambil menahan rasa lapar. Dia ingat jika masih punya celengan. Mungkin uang yang ada di dalam celengan itu bisa dia pakai untuk membeli makan.

Arini menatap celengan berbahan keramik yang sedang di pegang.

"Sebenarnya ini uang tabunganku untuk di pakai jika dalam keadaan darurat. Tapi sepertinya aku harus memakainya sekarang. Aku takut kandunganku kenapa-napa jika aku tak makan," gumam Arini, lalu memecahkan celengan itu ke lantai.

Terpopuler

Comments

Yunerty Blessa

Yunerty Blessa

kasian Arini.. bodoh nya kau Arini pergi saja

2023-09-02

0

Mei Lisa

Mei Lisa

knp GK prgi aj sih dr rmh itu,,

2023-05-21

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!