Sudah tujuh hari sejak kematian neneknya. Kini Arini di ajak tinggal bersama di kediaman Alex. Tentu Arini menurut, karena sekarang dia sudah sah menjadi istri ke dua Alex.
''Arin, anggap saja seperti di rumahmu sendiri. Tapi ingat, jika kita berada di luar, kamu jangan berani mengatakan kepada siapa pun jika kamu adalah istri dari suamiku. Karena nama baik suamiku akan jelek jika orang di luaran sana tahu suamiku memiliki istri dua,'' ucap Mila kepada Arini.
''Baik, Kak.'' jawab Arini.
''Bagus, ayo ikut ke kamarmu!'' ajaknya.
Arini mengikuti kemana Mila pergi. Ternyata Mila pergi menuju ke kamar tamu.
''Mulai sekarang ini menjadi kamar kamu. Silakan jika mau beres-beres, nanti kalau sudah selesai kamu bisa keluar melakukan apa pun yang kamu suka,'' ucap Mila.
''Baik, Kak.''
Setelah kepergian Mila dari kamarnya, kini Arini mulai membereskan pakaian miliknya lalu memasukkannya ke dalam lemari.
Tak pernah terpikirkan olehnya jika akan menjadi orang ke tiga dalam pernikahan orang lain. Setiap wanita tentunya menginginkan menikah sekali dalam seumur hidup dan menikah dengan lelaki yang di cintai. Tapi tidak dengan Arini yang harus menikah dengan suami orang.
Arini sangat menyukai kamar yang sekarang menjadi kamarnya. Karena baru kali ini dia memiliki kamar semewah itu.
"Lebih baik aku bantu beres-beres. Tidak enak jika tinggal menumpang namun tidak melakukan apa pun," Arini bergegas keluar dari kamar.
Tak sengaja Arini bertabrakan dengan seseorang yang tak lain adalah Alex. Sehingga ponsel yang sedang Alex pegang jatuh ke lantai.
"Kalau jalan lihat-lihat dong. Kamu tahu ponsel saya ini harganya berapa? Lima puluh juta, dan kamu pasti tidak bisa menggantinya," Alex menatap Arini dengan tatapan tajam. Baru beberapa menit berada di rumah itu sudah membuat kekacauan.
"Maaf, Kak." Arini menunduk takut. Lalu dia berjongkok dan mengambil ponsel milik Alex. "Sekali lagi maafkan saya," ucapnya sambil menyodorkan ponsel yang sedang dia pegang.
"Hm, untuk kali ini saya maafkan. Tapi jangan harap saya akan memaafkanmu lain waktu," setelah mengatakan itu Alex bergegas pergi dari hadapan Arini.
Arini menghampiri Bi Ijah yang sedang berada di dapur.
"Bi, biar aku bantu," Arini sudah berdiri di samping Bi Ijah.
"Tidak usah, Non. Lebih baik Non istirahat saja."
"Bi, izinkan aku yang memasak. Aku suka sekali memasak," Arini tetap memaksa agar di izinkan memasak.
"Baiklah, Non. Mari masak sama-sama!" ajaknya.
"Biar saya saja yang masak, Bi. Lebih baik Bibi istirahat saja, pasti cape bekerja sejak pagi."
Bi Ijah tersenyum kecil mendengar penuturan Arini. Baru pertama kalinya ada seseorang yang perhatian kepadanya yang hanya seorang pembantu.
"Ini sudah menjadi tugas saya, Non. Biar bibi mengerjakan pekerjaan lain saja. Saya permisi dulu, Non." Bi Ijah berlalu pergi dari hadapan Arini.
Arini masih diam di tempat memperhatikan kepergian Bi Ijah. Dia seperti melihat pengganti sosok neneknya di dalam diri Bi Ijah.
....
....
Semua keluarga sudah berkumpul di ruang makan. Kecuali Arini, dia merasa tak pantas jika ikut makan malam bersama keluarga Alex.
"Arin kemana nih, kok tidak ikut makan malam?" gumam Mila sambil menatap ke sekeliling.
"Sudah biarkan saja, lagian dia bukan siapa-siapa kita," sahut Alex menjawab.
"Jangan seperti itu, Mas. Dia itu istri kamu," ujar Mila.
"Coba kamu panggil ke kamarnya, Mil. Arini itu harus makan tepat waktu loh, biar tubuhnya sehat dan juga cepat hamil," ucap Bu Susan.
Uhuk uhuk
Mendengar kata hamil membuat Alex tersedak. Alex mengingat hari itu, dimana dia terbangun dengan tanpa busana dan di kamar yang sama dengan Arini.
'Tidak-tidak, jangan sampai Arini hamil. Aku tak mau melakukannya lagi dengannya,' batin Alex.
Mila berlalu pergi untuk memanggil Arini. Beberapa menit kemudian dia kembali namun sendiri. Arini tak mau di ajak makan malam bersama.
''Mil, kok kamu sendiri? Dimana Arini?'' tanya Bu Susan.
''Arini tidak mau makan bareng kita. Katanya nanti saja,'' jawabnya sambil kembali duduk di kursinya.
''Ya sudah, ayo kita mulai makan.''
Tidak ada yang bersuara di antara mereka. Mereka semua fokus melahap makan malam masing-masing. Kali ini Alex makan lebih lahap dari pada biasanya. Karena dia merasa jika makanan yang dia makan lebih enak dari biasanya. Begitu juga dengan Mila dan Bu Susan yang menyukai masakan itu.
''Mas, kalau makan pelan-pelan dong,'' ucap Mila sambil memperhatikan suaminya.
''Iya, sayang. Tapi ini enak sekali,'' jawabnya.
''Ini Arini loh yang masak,'' ucap Mila.
Mendengar kata Arini membuat Alex berhenti mengunyah. Dia mengambil gelas dan langsung meneguk habis air yang ada di dalamnya.
''Sayang, Mas sudah dulu ya,'' Alex beranjak dari duduknya lalu pergi meninggalkan ruang makan.
''Mas, ini belum habis loh,'' Mila menatap aneh suaminya yang tiba-tiba menyudahi makan malamnya. Tidak biasanya suaminya menyisakan makanan di dalam piring.
''Mil, ada apa dengan suamimu? Aneh sekali dia,'' ucap Bu Susan.
''Entah, Mila juga tidak tahu,'' jawabnya.
Mila dan Bu Susan kembali melanjutkan makan malam mereka.
....
....
Pagi sekali Mila sudah terlihat rapi dengan penampilannya. Kebetulan hari ini ada pemotretan di luar kota.
Alex mengerjapkan ke dua matanya. Tatapannya tertuju kepada istrinya yang sedang berdiri di depan cermin.
''Sayang, kenapa kamu jam segini sudah rapi? Kamu mau kemana?'' Alex mendudukkan diri di atas ranjang.
''Aku mau pergi pemotretan di luar kota, Mas.''
''Kenapa tidak bilang sejak kemarin?''
''Jika aku bilang, pasti Mas Alex akan melarangku.''
Alex menghela napasnya, selama ini istrinya sama sekali tak mau menurut dengannya. Alex tak ingin istrinya kelelahan. Apalagi karena lelahnya bekerja mungkin yang membuat istrinya sampai sekarang belum juga hamil.
''Selama ini Mas mampu loh membelikan apa pun yang kamu inginkan, jadi berhentilah bekerja. Semua ini demi kebaikan pernikahan kita, sayang.'' Alex mendekati istrinya, memeluknya dari belakang.
Mila tersenyum memperhatikan wajah suaminya dari pantulan cermin.
''Iya aku akan berhenti, tapi tidak sekarang. Mas tahu kan kalau saat ini karierku sedang ada di puncak. Aku tidak mau menyia-nyiakan kesempatan ini,'' bukan Mila namanya yang menyerah begitu saja. Apalagi menjadi seorang model terkenal sudah menjadi cita-citanya sejak dulu.
''Terserah kamu saja,'' Alex melepaskan pelukannya dari istrinya, lalu pergi menuju ke kamar mandi. Jujur saja Alex begitu kecewa dengan istrinya yang tak mau menurut dengannya.
Terdengar dering ponsel milik Mila yang tergeletak di atas meja rias. Dia mengambil ponsel itu, melihat ada panggilan masuk dari atasannya.
''Hallo, Pak.'' ucap Mila ramah.
''Mil, kita tunda keberangkatan kita. Pemotretannya di tunda sampai besok.''
''Baiklah kalau begitu.''
Mila kembali menaruh ponsel miliknya ke atas meja rias. Terlintas sebuah ide di benaknya agar suaminya tak lagi merajuk kepadanya.
Beberapa menit kemudian Alex keluar dari kamar mandi. Mila mendekatinya dan langsung menyerangnya.
''Mas, aku tidak jadi pergi ke luar kota. Bagaimana jika kita bersenang-senang saja,'' Mila mengedipkan sebelah matanya.
''Kamu benar tidak jadi pergi?"
Mila mengangguk tanpa menjawab perkataan suaminya.
Alex yang merasa senang, dia langsung menggendong istrinya dan menidurkannya ke atas ranjang. Terjadilah percintaan panas di antara ke duanya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 46 Episodes
Comments
Yunerty Blessa
apakah Mila sebenarnya takut hamil..takut bentuk tubuh nya jelek
2023-09-02
0