Arini terbangun dari tidurnya. Seakan enggan untuk beranjak dari atas ranjang. Sekujur tubuhnya terasa remuk, apalagi bagian intinya terasa perih. Ingatannya mulai berputar ke kejadian semalam. Dimana dia dan Alex melakukan malam pertama mereka. Dia ingat jelas jika semalam Alex tak henti-hentinya menyebutkan nama Mila. Bahkan Alex memuji Mila karena menurutnya Mila kembali seperti wanita virgin lagi dan itu membuatnya sangat puas.
Arini tersenyum kecut menatap lelaki yang masih tertidur pulas di sampingnya. Perlahan dia turun dari atas ranjang. Arini mengambil pakaian miliknya yang tergeletak di atas lantai. Lalu dia berlalu pergi menuju ke kamar mandi untuk membersihkan diri.
Di balik pintu, terlihat Mila dan Bu Susan yang sejak tadi mendekatkan telinga mereka di lubang pintu. Namun tidak ada suara apa pun dari dalam.
''Mah, kira-kira semalam mereka berhasil tidak ya?" Mila bertanya kepada ibunya.
''Menurut mamah si berhasil. Bagaimana jika kita buka saja pintunya,'' ucap Bu Susan.
''Boleh juga ide mamah. Mila penasaran sedang apa mereka berdua. Tapi yang masuk Mila saja ya. Mamah jangan masuk.”
''Siap, sayang.'' Bu Susan mengacungkan ke dua jempolnya.
Mila membuka pintu kamar tamu. Dia melihat ke penjuru ruangan. Mendapati sosok lelaki yang masih terbaring di atas tempat tidur. Namun Mila tidak melihat keberadaan Arini. Perlahan Mila melangkahkan kakinya mendekati suaminya. Mila melihat suaminya yang tidur tanpa busana. Hanya selimut yang menutupi tubuh polosnya. Mila juga melihat ada noda merah di atas seprei.
''Yes rencanaku berhasil. Lebih baik aku keluar saja. Takut keburu Arini melihatku,'' gumam Mila.
Mila menghampiri ibunya yang masih berdiri di depan kamar.
‘'Berhasil, Mah. Semalam mereka sudah melakukannya,'' ucap Mila yang terlihat senang.
''Bagus dong, sekarang kita tinggal tunggu, yang semalam membuahkan hasil atau tidak. Oh iya, untuk hari-hari selanjutnya suamimu tidak boleh tidur lagi dengan Arini. Kita tunggu dulu hasil mereka semalam membuat Arini hamil atau tidak,'' ucap Bu Susan.
''Kok gitu? Mereka itu harus melakukan setiap malam loh biar Arini cepat hamil,'' ucap Mila.
''Jangan bodoh, Mil. Jika setiap saat mereka berdua melakukan itu, yang ada suamimu akan jatuh cinta kepadanya. Memangnya kamu mau itu terjadi?''
''Benar juga sih apa kata mamah. Mila tidak mau jika Mas Alex benar-benar cinta sama dia.''
''Jadi kamu harus tetap berpenampilan menarik dan sexy di depan suamimu, agar suamimu tidak berpaling darimu.''
''Itu sih pasti, kalau begitu Mila kembali ke kamar dulu ya. Mila mau mandi setelah itu dandan yang cantik,'' Mila mengecup singkat pipi ibunya, lalu dia berlalu pergi menuju ke kamar.
Alex terbangun dari tidurnya. Dia melihat sosok perempuan yang sedang mengenakan penutup kepala.
''Em kepalaku pusing sekali,'' Alex memegangi keningnya yang terasa berdenyut.
''Kak Alex sudah bangun?'' tanya Arini.
Alex kaget saat tahu jika wanita yang ada di dalam kamar bersamanya bukanlah Mila sang istri tercinta.
''Ngapain kamu ada disini?'' pertanyaan itu yang pertama kali Alex lontarkan saat melihat sosok Arini berada di kamar yang sama dengannya.
''Apa Kak Alex tak ingat yang semalam?''
Alex tak menjawab, dia membuka selimut yang menutupi tubuhnya. Alex terkejut saat mendapati tubuhnya tak berbusana. Dia mengacak kasar rambutnya, merasa sangat bersalah karena sudah meniduri wanita lain. Padahal dia sudah berjanji pada diri sendiri jika tidak akan pernah mengkhianati istrinya. Apalagi sampai meniduri wanita lain.
Arini memperhatikan Alex yang masih terdiam.
''Kak Alex, aku mau keluar dulu ya. Mau bantu-bantu masak,'' setelah mengatakan itu Arini pergi keluar dari kamar.
Bu Susan yang sedang bersantai, melihat Arini yang baru keluar dari kamar.
"Wah segar sekali wajahnya. Sini Nak!" Bu Susan meminta Arini menghampirinya.
"Maaf, Bu. Tapi saya mau ke dapur, mau bantuin Bibi masak," ucapnya.
"Ngapain pakai masak segala sih? Itu tugas pembantu. Lagian kamu juga pasti masih sakit itunya. Lebih baik duduk bersantai saja sama saya," pinta Bu Susan.
Belum juga menjawab, Arini mendengar dering ponsel miliknya dari dalam kamar.
"Maaf, Bu. Saya mau angkat telepon dulu," Arini terlihat buru-buru memasuki kamar. Dia langsung saja mengambil ponsel miliknya. Ternyata yang menghubunginya dari pihak rumah sakit.
''Apa?'' ponsel itu lolos jatuh begitu saja dari tangan Arini. Arini diam membisu di tempat setelah mendengar kabar duka yang di beritahukan dari pihak rumah sakit.
''Ini tidak mungkin, ini tidak mungkin, pasti dokter salah bicara. Nenek tidak mungkin meninggal. Arrghhh .... '' Arini berteriak cukup keras. Dia memerosotkan tubuhnya ke lantai. Air mata menetes begitu saja dari sudut matanya.
Bu Susan yang berada di luar, langsung saja masuk ke kamar saat mendengar teriakan.
''Nak, kamu kenapa?'' Bu Susan berjongkok, berniat untuk membantu Arini berdiri. Namun tubuh Arini lemas seolah tak kuat hanya untuk sekedar berdiri.
''Nenek ... '' perkataan Arini terputus karena isak tangisnya.
''Ada apa dengan nenekmu? Apa nenek sudah sadar?''
''Nenek meninggal,'' Arini berucap dengan sedikit lemas.
Bu Susan memeluk Arini dan mencoba menenangkannya.
Terlihat pintu kamar mandi terbuka. Alex menatap heran dua orang yang sedang berpelukan.
''Ada apa ini?'' tanya Alex.
''Begini, Lex. Neneknya Arini meninggal. Lebih baik sekarang kita siapkan acara pemakaman untuknya. Kasihan Arini tidak memiliki kerabat siapa pun lagi,'' ucap Bu Susan.
''Baik, Mah. Nanti Alex akan mengurusnya.''
''Ayo kita ke rumah sakit sama-sama, Nak!'' ajak Bu Susan.
Arini menganggukkan kepalanya. Mereka keluar dari kamar karena akan langsung bersiap untuk pergi. Bu Susan juga memanggil Mila dan mengajaknya untuk ikut bersama mereka.
Sungguh miris nasib Arini. Sekarang dia kehilangan neneknya, begitu juga dengan kesuciannya. Entah bagaimana lagi dia akan hidup. Arini rela berkorban demi mendapatkan biaya operasi neneknya. Tapi ternyata neneknya malah pergi untuk selama-lamanya dari hidupnya.
Sepanjang perjalanan Arini hanya menangis dalam diam. Satu-satunya keluarga yang dia punya kini telah tiada.
Mila mencoba menenangkan Arini. Dia tahu jika Arini pasti merasa terpukul kehilangan neneknya.
Akhirnya mereka sampai juga di rumah sakit. Setelah keluar dari mobil, Arini berlari memasuki rumah sakit. Dia mengabaikan Mila dan keluarganya yang masih berdiri di dekat mobil.
"Dasar tidak tahu terima kasih," gumam Alex sambil menatap kepergian Arini.
"Jangan berbicara seperti itu, Mas. Arini itu saat ini sedang sedih. Wajar juga dia pergi begitu saja karena pasti dia sangat ingin bertemu neneknya," Mila tampak menasihati suaminya.
"Sudah sudah, jangan berdebat! Lebih baik kita masuk ke dalam," ajak Bu Susan.
Mereka bertiga melangkah beriringan memasuki rumah sakit.
Arini melihat neneknya yang sudah terbaring tak bernyawa dengan di tutupi kain putih di atas tubuhnya.
"Nek, kenapa nenek pergi secepat ini? Bagaimana Arini menjalani hidup jika tanpa nenek?" Arini memeluk tubuh neneknya yang sudah tak bernyawa.
Mila dan keluarganya sudah sampai di ruangan itu. Mereka mengucapkan belasungkawa kepada Arini.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 46 Episodes
Comments
Yunerty Blessa
setelah melahirkan nanti itu tandanya terima kasih dari Arini
2023-09-02
0